Tampilkan postingan dengan label music. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label music. Tampilkan semua postingan

Kamis, 14 Januari 2016

Meracau: Tentang Unit Hardcore-Punk Baru yang Menjanjikan


Oleh Mochammad IH | @aliasjojoz

Ketika penulis diminta untuk me-review sebuah single pertama dari sebuah unit hardcore-punk baru dari Jombang, penulis sedikit segan, mengingat koleksi penulis untuk musik hardcore-punk sangat terbatas. Kemudian posisi penulis yang tidak terlalu mengikuti skena musik arus bawah tanah Jombang dikarenakan kesibukan.  Lagipula penulis tidak menemukan hal yang baru dalam skena Jombang dalam hal tendensi dan keberpihakan politik mereka, sesuatu yang penulis tunggu-tunggu sejak gelombang Gerakan Menolak Reklamasi Teluk Benoa di Bali. Namun penulis ingin tulisan ini menjadi sebuah usaha yang sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya. Berikut single pertama Meracau yang diunggah ke akun soundcloud mereka:



Ketika mendengar pertama kali, sound gitar yang dipakai oleh mereka cukup retro. Hal ini memaksa penulis mendengar koleksi unit-unit punk lawas dan menemukan beberapa track Warzone yang cukup membawa pengaruh namun minus solo gitar. Ketika membuka koleksi musik punk kontemporer, penulis mendapati ada Vomit Crew dan The Kuda dalam Sebotol Whiskey, musik yang digeber cepat dan bertenaga tanpa tedeng aling-aling.



Di departemen lirik, suara mahasiswa perantauan indekos yang masih bergantung pada kiriman orang tua cukup kentara. Penulis merasakan apa yang ditulis Meracau adalah kejujuran atas kehidupan mereka. Hal ini cukup sering ditemui pada musisi arus pinggir lain, tentang suara-suara yang mereka rasakan sendiri secara subyektif, yang malah terkesan obyektif karena beberapa kelompok masyarakat juga merasakan perasaan dan penderitaan yang sama. Fenomena ini pernah penulis tuliskan dalam halaman yang lain di blog ini.

Penulis jadi mengingat Widji Thukul. Penyair ini menyuarakan kehidupan sehari-harinya dalam puisi-puisinya, suaranya dirasakan oleh orang-orang yang sehari-harinya bernasib sama dengan Widji Thukul, kaum miskin kota dan pekerja sektor informal yang dipinggirkan atas nama "pembangunan" Orde Baru. Sedang Meracau menyuarakan keadaan sehari-harinya yang diamini oleh kelompok-kelompok mahasiswa perantauan.






Wajah-wajah punggawa Meracau adalah para pemuda yang cukup aktif berseliweran di skena Jombang. Saking aktifnya, hampir tiap gig arus bawah tanah di Jombang unit-unit mereka selain Meracau menjadi langganan line up utama skena Jombang. Ya, Meracau bukan band pertama yang mereka bangun. Ketika penulis mendapati teaser proyek Meracau dibagikan di media sosial, penulis berpikir musik apalagi yang akan dihadirkan oleh anak-anak ini? Mungkin terkesan hobi membangun unit-unit musik yang baru dan terkesan meninggalkan unit lawas, namun penulis pikir inilah cara otentik mereka untuk membangun skena Jombang--yang seringkali dipandang kota yang tidak istimewa-istimewa amat, apalagi dalam dunia perkancahan musik arus pinggir. Penulis menghormati usaha-usaha mereka yang aktif membagikan hal-hal segar di skena. Viva la scena!

Kabar terbaru yang mereka bagikan kepada penulis, Meracau berencana akan mengemas Sebotol Whiskey dan 6 lainnya dalam bentuk CD, semangat Do It Yourself mereka tonjolkan. Sepertinya ini serius dan menjanjikan. Tabik.***

Senin, 11 Januari 2016

Perdebatan Seni Budaya Tentang Dekat Atau Tidak Dengan Keseharian



Beberapa hari yang lalu penulis membaca sebuah pendapat di salah satu wawancara dengan musisi arus pinggir yang baru saja mengeluarkan single terbarunya. Wawancara itu membawa sebuah narasi bahwasanya gairah terhadap musik arus pinggir (sidestream) yang semakin hari semakin kencang tak lepas dari pengaruh keseharian musisi tersebut yang rata-rata hadir dalam setiap karya-karyanya. Beda sekali dengan musisi arus utama (mainstream) yang rata-rata fulltime yang karya-karyanya kadang jauh sekali keseharian mereka bahkan pendengar mereka.

Musisi non-fulltime kadang bekerja paruh waktu menjadi pekerja, pedagang atau malah menjadi bos perusahaan. Soal keseharian yang dihadirkan musisi non-fulltime ini bisa diterima dan bahkan ramai pujian adalah karena keseharian mereka mirip, sama bahkan persis dengan para pendengar mereka, seolah-olah suara mereka terwakili oleh karya musisi non-fulltime tersebut.

Pendapat tentang keseharian awalnya penulis pikir adalah hal yang menggeneralisir. Dikarenakan tidak semua musisi fulltime tidak menggambarkan keseharian mereka, ada kemungkinan mereka menggambarkan keseharian mereka dalam sebuah karya. Namun bila ditarik ke dalam sejarah, perdebatan musisi fulltime vs non-fulltime ini menggambarkan perdebatan melegenda antara kamerad-kamerad Lekra dengan para punggawa Manifes Kebudayaan pada era paska Revolusi Kemerdekaan '45, bahkan perdebatan kontemporer di kancah musik arus utama yang diawali oleh rasa sinis Jrx dari Superman Is Dead (SID) terhadap para musisi yang tidak terjun dalam dunia aktifisme.

Perdebatan Lekra dan Manifes Kebudayaan terletak pada letak kebudayaan itu sendiri. Lekra bependapat bahwa kebudayaan haruslah ada campur tangan politik dan membawa manusia dan kesehariannya. Manifes Kebudayaan berpendapat bahwa kebudayaan itu haruslah lepas dari politik dan berdiri sendiri sebagai seni yang murni tanpa ada campur sosial di dalamnya. Setelah Lekra dimusnahkan bersama Partai Komunis Indonesia, jelas Manifes Kebudayaan adalah pihak yang menang bersama Orde Baru-nya. Hal ini bisa ditandai dengan seni kontemporer negeri ini yang seringkali dikotak-kotakkan dengan seni kelas berduit dan seni kelas kere. Ya, seringkali kita merasa ada seni yang tak terjangkau dan hanya milik kaum berduit.

Perdebatan Jrx dengan musisi fulltime yang tidak bergerak dengan keadaan sosial secara historis bisa dilacak dari konsistensi SID membuat lirik perlawanan atas ketidak-adilan dalam karya-karyanya. Dalam filsafat materialisme, sesuatu yang dibuat oleh manusia berasal dari kesadarannya akan alam dan kesehariannya yang saling berdialektika. Jadi SID membuat lirik-lirik pemberontak itu berasal dari keseharian mereka sendiri, bukan dibuat-buat. Kemudian background Jrx sendiri yang seorang musisi namun juga aktivis yang 2-3 tahun ini fokus bersuara dalam perlawanan terhadap proyek reklmasi Teluk Benoa. Keseharian Jrx inilah yang tidak dimiliki oleh musisi fulltime yang disebut olehnya.

Tesis dan antitesis ini akan saling berdialektika hingga akhirnya bernegasi. Manifes Kebudayaan menegasi Lekra. Musik arus pinggir menegasi musik arus utama. Namun tesis musisi yang tidak peduli keadaan sosial melawan antitesis wacana Jrx bersama gerakan melawan proyek reklamasi Teluk Benoa masih berlangsung.***

Sabtu, 25 Oktober 2014

Klimaks



So, sudah jadi satu lagu.

Ternyata gue gak puas sama hasil recording nya hahaha. Ampun jelek banget. Lalu berpikir ah mending gak usah terlalu dipromosikan muahaha. Dari sini juga gue berpikir ternyata gue kalo bikin lick/melody susah bangets. Kalo lihat Tohpati, Budjana kok gampang banget yak hahhh hahaha. Gue perlu berkali-kali take ulang untuk bikin lick nya jadi harmoni. Tapi hasilnya sama aja hahaha. Harus gimana nih ya.

So, judulnya adalah Klimaks.

Ibarat film, gue gak mau premis awalnya adalah pertemuan, jadi gue memulai dengan perpisahan. Jadi lagu ini bercerita tentang semua ego yang meledak. Ibarat terlalu penuh mengisi baterai, jadi meledak baterenya. Di fase inilah semuanya bermula. Ibarat ada yang bilang, "cowok itu cuma berjuang di awal" padahal sebenernya banyak juga cowok juga yang berjuang ketika sudah putus hahaha.

Dari pertengkaran-pertengkaran kecil lalu menjadi besar kemudian memuncak dan akhirnya kerjasama antar dua insan yang menjalin hubungan telah diakhiri sepihak. Gak adil memang, tapi ya begitulah hidup.

Gue dalam proses lagu kedua. Sulit hahaha.

Rabu, 15 Oktober 2014

Bikin Album Solo

Karena akhir-akhir ini sering posting demo lagu di soundcloud, entah kenapa kepikiran bikin album. Alasan utamanya ya, kalo posting lagu aja kayaknya gue gak bakal menembus langit heheh. Maksudnya kemampuan gue bakal disitu-situ aja, gak berkembang, gak bisa menembus limit skill gue bermusik. Akhirnya gue mau mengetes kemampuan gue di bidang musik, memaksa diri sampai mana sih pembelajaran musik gue dengan bikin album. Selain itu gue juga mau nyari, "Musiknya Jojoz itu yang kayak gimana sih?". Ibaratnya seperti suara, nada-nada, musik yang memang asli dari dalam hati sanubari. Nah itu yang pengen gue cari, nasehat dari Budjana, Iga Massardi dan sodara M. Sholikhin aka Cak Doyok hehe.

Maunya dibikin catatan/blogpost perlagu bagaimana proses bikinnya. Terinspirasi Dewi Lestari saat bikin novel Perahu Kertas--meski pada dasarnya Perahu Kertas itu draft lama Dee saat kuliah kalo gak salah. Maunya juga gak ditarget 55 hari kayak Dee, yaa sebisanya aja kalo udah dapet 10 lagu yaudah tinggal launching dan promo.

Kualitas rekamannya emang jelek banget muahahah. Kalo kalian dengerin 2 lagu terakhir di soundcloud gue, nah seperti itulah hasil akhirnya nanti. Maunya sih pake soundcard biar lebih bagus hasilnya kayak anak-anak soundcloud yang lain yang bagus-bagus hasil mixing and recording-nya, tapi ya gitu apalah daya masalahnya di bagian keuangan. Semoga ada rejeki buat bisa beli. Amin.

Maunya konsep dan genrenya sendiri instrumental akustik. Karena satu, alat musiknya cuma ada elektrik gitar--yang gue namain Noella (kapan-kapan gue kenalin) heheh. Dua, kenapa instrumental? Maklum kalo pake vokal, vokal gue sendiri vokal yang sumbang. Janganlah, jangan paksa gue untuk memainkan nada-nada sumbang, nanti terkesan sombong (?) hehe. Konsep intinya sederhana aja, ada verse dan reffrain. Tapi makin ke sini gue pake konsep yang dimainin jazz standart, jadi setelah bagian lagu dinyanyikan, disuarakan kemudian diisi dengan melody-melody terindah. Tapi bukan melody nurramdhani, bukan juga melody laksani, apalagi melody JKT48 (?) tambah ngelantur gini hehe. Setelah satu putaran lagu diisi melody kemudian diulang lagi lagunya untuk putaran terakhir.

Maunya temanya adalah move on. Yaa meskipun gak pake lirik, tapi gue bersemangat sekali. Gue yakinlah tiap orang merasakan pedihnya, perihnya relationship yang harus diakhiri. Yaa emang curhat sih, tapi jujur loh hal relationship yang udah game over itu emang merubah cara pandang gue tentang kehidupan, persoalan romansa khususnya. Perjalanan panjang selama kurang lebih 3 tahun untuk menerima kenyataan memang bener-bener berarti di kehidupan pribadi gue.

Maunya sih seperti proses penyembuhan hati. Diawali dengan klimaks nya hubungan cinta dua manusia yang harus diakhiri, lalu tersesat oleh pikiran dan fakta sendiri. Kemudian beberapa kali terjebak ke lubang yang sama hingga akhirnya ditampar oleh kenyataan dan berangsur-angsur memulai kembali hidup dan lebih ke penyadaran bahwa diri sendiri pun harus dicintai. Detilnya nanti deh.

Sementara ini dua orang telah gue beritahu perihal bikin album ini. Tapi mereka berdua gue pikir gak terlalu  tertarik dengan temanya, tapi lebih kepada kualitas audionya. Yah, namanya juga anak kemarin sore. Toh tujuan gue juga bukan buat famous kan.

Ohiya udah sempet bikin artwork-nya, entah nanti dipake atau enggak. Tapi kalo dilihat hampir mirip seperti kualitasnya belajaran hahaha, Kayak anak abg yang baru belajar desain grafis hihihi.


Udah ah.

Jumat, 19 September 2014

Pertunjukkan Dapur: Iya, Manusia Berubah. Berkembang Menjadi Lebih.

Gadis itu terlihat santai, menikmati duduknya. Lalu keluarlah suara, nada-nada yang keluar dari mulutnya. Dia bersiul. Diikuti dengan ketukan-ketukan kecil pada kakinya mengisyaratkan bahwa dia menikmatinya. Percaya diri. Mengintimidasi semua orang di sebuah ruangan yang mereka sebut dapur.

Mungkin aku terlalu melebih-lebihkan, tapi perasaan kaget itu tak dapat ditolak. Untungnya aku sadar bahwa ini kejadian langka dan ikut dalam buaian siul-siul metronomik itu. Berusaha mencerna lagunya.

Mungkin lagu dari sebuah band swing trio singer wanita, yang diperdengarkan sejak tadi. Atau mungkin lagu yang dia latih akhir-akhir ini untuk sebuah pertunjukkan jazz akhir pekan besok. I don't know.

Kemudian dia berhenti, karena saatnya pulang telah tiba. Namun perasaanku berbahagia, ikut berbahagia melihat secara nyata perkembangan seorang gadis yang mengiringiku untuk menyanyikan 11 Januari 7  tahun yang lalu.

***

" Minimal, aku ingin bisa bermain musik. " ujarmu dahulu.

Baru kemarin aku menghubungimu lagi karena suatu hal yang belum pernah menjadi topik pembicaraan kita berdua. Seni rupa. Aku berusaha mengambil hak, dan kamu bertanggung jawab pada permintaanmu sendiri. Kemudian terbersit dalam pikiran, topik musik yang biasa kita bicarakan mungkin bukan hal yang relevan.

Mengetahui bahwa kamu masih tetap tak bisa bermain alat musik, tapi menjadi musik itu sendiri membuat pikiran antara bahagia, menyesal, menghormati dan membuatku berpikir panjang ke depan.

Bahagia karena melihatmu berkembang sejauh itu. Menyesal karena telah meremehkanmu. Menghormati karena ku rasa perkembanganmu melebihi diriku. Dan membuatku berpikir panjang tentang proyek-proyek musik selanjutnya, membuat posisimu bukan lagi sebagai penyanyi bersuara merdu tapi sebagai musisi yang menyumbang tones sebagai komposisi lagu.

Ah mungkin berlebihan.

Tapi satu hal yang aku sadari, kita berdua berbeda pada jalur musik yang kita tuju. Kamu yang tetap konsisten pada musik yang menekan pada improvisasi dan takkan lekang oleh waktu, sedangkan aku yang sok folk, sok indie, sok psikedelik, sok blues dan sok sok yang lain hahaha.

Namun hidup tetap jalan terus. Aku punya beberapa mimpi dan entah dirimu juga punya atau tidak. Namun yang pasti, kita berusaha untuk mengejarnya meski tak bersama-sama.


Senin, 30 Juni 2014

[Review Awam] Billfold - Memories Of Mine

Buffering lagunya dulu deh


Billfold adalah sebuah band pop punk/hardcore yang berasal dari Bandung. Menurut gue semua anak yang bergaul di dunia skena musik hardcore/punk di Indonesia pasti tau band ini, semacam popular sekali. Kalo manggung pasti penuh berdesakan. Gue sekali lihat mereka dan memang benar-benar memecah suasana, emang daya magis nya Gania ini bener-bener keren hahahah bercanda.

Jadi bulan Juni kemarin mereka resmi rilis full album dan langsung menghajar para fans nya dengan ngadain Brave Tour Jawa-Bali. Sebelumnya mereka juga bikin mini dokumenter yang terbagi jadi 4 episode menceritakan bagaimana proses pengerjaan Brave.







Ada satu lagu dalam album Brave yang melenceng jauh dari genre mereka sendiri, nah itu yang pengen gue review hahaha.

Memories of Mine dibuka dengan sebuah melodi pelan yang kedengarannya bersatu dengan ketukan drum dan iringan rhytm-nya. Mengingatkan pada lagu-lagu "sendu" nya Blink 182 (ex: I Miss You) hahaha. Suara Gania mengalir tanpa ada power yang cukup signifikan. Cocok banget didengerin ketika kita berada pada sebuah perjalanan atau ketika jam-jam pulang dari kantor atau sekedar menemani ketika kita merasa sendirian. Lagu ini dijamin bakal jadi hits besar di dunia mainstream jikalau punya agensi yang paham betul pasar mainstream di Indonesia, dan melupakan sejenak bahwa Billfold adalah band garis keras hahahah. Iseng banget nih temen-temen Billfold bikin lagu ini.

Belum ada yang bocorin liriknya di Internet, tapi albumnya sudah bocor di Youtube. Gue tau memang salah, etikanya memang salah ketika CD nya belum habis namun sudah ada yang sharing musik yang mungkin beberapa orang tau cara mendownload nya secara gratis.

Namun sejak awal ketika mendengar kabar bahwa Billfold mencetak album Brave dengan CD, gue langsung kecewa. Kenapa gue kecewa alasannya ada di artikel ini, jadi baca sendiri hahaha. atau yang ini

Tapi menurut gue skena musik Bandung itu unik sekali, cara teraneh yang menolak pakem yang ada mereka bisa bertahan bahkan semakin besar. Contohnya mungkin banyak sekali sekarang band-band di Bandung yang masih pake sistem jual CD dan masih terngiang namanya.



Sukses terus buat Billfold!

----------------------------------------------------------------------

Akhirnya nemu juga liriknya hueheheh.

Lirik lagu

Billfold - Memories Of Mine

Watching the clock counting down the hours
Just stare out the window sit and look at the street light
The trees dancing and just ask myself
I've thrown my voice out at more than one litle
Trying to make that smiley face stick where the lips split
On this road trip

Wheels and singing hills join the chors
Just close my eyes and the memories take me home
Didn't think it would be this hard
Look happy or i will ruin all the fun
Throw my hands in the air and every wind
That blows and windows down chillin with a songs

Oh... Another day another round
And the days gone by
Listen closer to this song
Just a memory of mine
And the days gone by

-----------------------

Whoever Sydney G is, Thank you very much! :D

Btw ada beberapa lirik lagu Billfold yang lain di sini https://community.musixmatch.com/lyrics/Billfold/Memory-Of-Mine

---------------------------------------------------------------------------
Jombang, 17 Maret 2016

Karena sebagian besar pengunjung blog ini mencari arti lirik dari lagu ini, maka saya jadi ingin menerjemahkannya. Baiklah ini terjemahan manual dan kasar, enjoy.

Memories of Mine (Kenangan Milikku) by Billfold

Memandang jam yang berdetik menghitung waktu.
Hanya duduk menatap jauh lewat jendela dan melihat pada lampu lalu lintas.
Pepohonan menari dan bertanya pada diriku.
Aku mengeluarkan suaraku lebih dari sekali.
Mencoba untuk menempel senyum di wajah meski bibir ini robek.
Dalam perjalanan ini.

Roda dan bukit bernyanyi ikut meramaikan suasana.
Aku hanya menutup mata dan anganku membawaku ke rumah.
Tidak pernah berpikir bakal sulit begini.
Berusaha terlihat bahagia atau aku bakal melewatkan semua kesenangan.
Aku melemparkan tanganku ke udara, setiap angin yang bertiup dan jendela menutup tenang dengan sebuah lagu berputar.

Oh, lain hari, lain babak.
Dan hari pun berlalu.
Mendengarkan lagu ini lebih dekat.
Hanya kenangan milikku.
Dan hari pun berlalu.***

Interpretasi: ini sebuah lagu road trip, lagu yang bisa disetel di mobil dalam sebuah perjalanan jauh dalam keadaan hujan. Sang protagonis menggambarkan dirinya dalam keadaan bosan, terasing, seperti menjalani rutinitas biasa. Mungkin Billfold terilhami dari perjalanan tur panjang mereka sebelum menulis album penuh pertama mereka ini. Atau mungkin juga tidak, who knows? Menjalani tur panjang dengan kegiatan manggung-tidur-main2-menempuh jalan jauh-tidur-manggung, dst terdengar membosankan. Namun lagu ini bisa juga diinterpretasikan pada kaum urban kelas menengah yang terjebak macet di jalanan, membenarkan kredo tua di jalan dengan sublim: berusaha ingin terlihat bahagia, namun tetap saja frustasi.***

Sabtu, 28 Juni 2014

[Review Awam] Thirteen - Klimaks (ft Fajar Ibel)

Thirteen adalah sebuah band Electro-Post-Hardcore/Screamo berasal dari Jakarta. Penuh kenangan kalo nulis tentang Thirteen, apalagi nyemplungnya gue di dunia underground music movement gegara lihat perform mereka di Radio Show:



Setelah itu gue sempet pasang foto personilnya sebagai header di Facebook, dan langsung jatuh cinta sama musik mereka. Apalagi sejarah mereka panjang sekali di lingkungan skena musik Jakarta, menurut gue semua anak-anak di skena mungkin hormat sama mereka (tapi entah di jaman hardcore/punk sekarang hahaha).




Setelah album pertama mereka keluar, udah terjadi pergantian personil. Lalu setelah album kedua, Epidemic rilis tahun 2011 jarak 3 tahun kemudian (tepatnya tahun 2014) growl vocal mereka, Raynard memutuskan keluar. Lalu baru-baru ini basist dan drummer mereka, Jodi dan Akbar/Radit memutuskan keluar juga. Sedikit kecewa sih, tapi hidup terus harus moving on kan. Lagian Thirteen itu adalah satu dari sekian band yang hidup di jaringan skena musik underground/indie movement Jakarta, jadi meski gak bermain bersama Thirteen lagi, dalam hati mereka tetap dukung karena mereka masih berada satu lingkungan, satu roots, satu akar, apalagi Akbar termasuk salah satu pendiri Thirteen.

Oke kelamaan basa-basinya hahahaha.


Klimaks adalah single Thirteen untuk pemanasan sebelum Undead, judul EP mereka rilis secara resmi. Intronya ada manipulasi suara sedikit (yang familiar)  namun ketika vokal sudah masuk langsung mengingatkan gue pada lagu BMTH - Fuck namun tanpa melodic. Gue kira Thirteen bakal ganti genre Metalcore, namun pada part lagu selanjutnya langsung menyadarkan gue bahwa mereka masih Thirteen yang mengeluarkan album Epidemic, lalu part selanjutnya sedikit ada melodic tetapi masih dengan ketukan yang sering terdengar di album Epidemic. Dua part ini mengingatkan gue pada lagu Hip Your Hop di Epidemic namun tanpa melodi dari synth. Lalu kemudian sahutan rap dengan ketukan nu metal/hip rock. Lalu di lanjut dengan part clean vokal yang kali ini dengan tempo yang lebih santai. Memang pada perpindahan part rap ke clean vokal menurut gue rada sedikit miss, tapi selanjutnya dibayar lunas dengan raungan distorsi dan growl vokal yang cukup membawa suasana. Keren. Lalu ditutup dengan breakdown dengan nada-nada synth yang mengiringinya.

Overall menurut gue ini Thirteen yang sama, namun tanpa growl vokal Raynard yang garang itu dan tanpa clean vokal Jodi, mungkin karena masih ada Eponk dan Bondry yang mengisi departemen gitar dan synthezizer. Tapi vokal clean dan growl yang ini juga (gue gak tau siapa hahaha) keren juga kok, seperti rasa baru dari Thirteen. Mungkin intronya sendiri yang lebih metal sih menurut gue. Dan Thirteen selalu mix and match musik dengan genre lain, dan memasukkan rap di dalam lagu mereka itulah bukti mereka masih mempertahankan ciri Thirteen yang kita kenal selama ini.


Panjang umur, Thirteen!

Selasa, 17 Juni 2014

[Review Awam] Just For Today - Gold, Glory And Gospel (2013)





Karena seorang cewek, jadi dengerin lagi band-band metalcore. Langsung teringat ada temen yang pengen kita ngereview album mereka, sebuah band dari skena musik keras Jombang bernama Just For Today.





Band ini cukup punya nama di skena Jombang meskipun baru didirikan sekitar tahun 2011 (menurut situs reverbnation mereka). Sempat gue nulis tentang event launching album mereka setahun yang lalu, dan sedikit gue review album mereka di postingan itu. Karena gue emang anak baru di skena, jadi ya mohon maklum kalo reviewnya awam banget hehehe. Apalagi metalcore yang gue tau cuma segelintir, itupun sebagian besar generasi-generasi nya BMTH, dan teman-temannya x)

Awalnya gue kaget-sekagetnya ketika genre mereka dirubah, dari awal yang gue kenal mereka bergenre  Deathronic (bener kan deathronic?) menjadi Metalcore. Yak, kekagetan itu terjadi setelah mereka menggratiskan single mereka, The Unseen Hands. Dan temen-temen gue yang lain yang kenal sama JFT dengan Superman Is My Hero juga mengatakan hal yang sama.

Pada saat awal melihat album mereka di genggaman, menurut gue dari awal konsep mereka sudah jelas, menurut gue mereka memakai mitos-mitos Masonic sebagai konsep utamanya. Mulai dari judul lagu macam For All People Who Called One Eye (Teruntuk semua orang yang disebut mata satu) dan The Unseen Hands (tangan yang tak terlihat), (mungkin) lirik lagu, judul album, desain packaging albumnya.

Hal yang memorable dari track pertama Gold, Glory and Gospel, Tortured (Tersiksa) adalah breakdown yang "gak seperti biasanya"  hahahaha menurut gue itu jenius sekali! Diawali dengan suara harmoni piano yang minimalis tapi dramatis (mengingatkan gue sama backsound nya game Yugi-oh di Playstation yang dulu cukup fenomenal di masa SD gue hahaha yang sama-sama memakai tema masonic). Ada part dimana masih ada unsur synth keyboard yang menurut gue bener-bener ciri khas dari JFT (Just For Today) yang bener-bener enjoyable banget dengerinnya.

Track kedua, For All People Who Called One Eye (Untuk Semua Orang Yang Dipanggil Satu Mata--google translate). Pernah lihat lagu ini dibawakan pada sebuah gigs--kalo gak salah Battle Party #1. Masih berada akar yang sama dengan track awal namun lebih banyak breakdown yang lebih metal di lagu ini (menurut kamus orang awam hahaha). Ditambah porsi synth yang lebih banyak, dan ada part harmoni piano yang dramatis lagi disambung dengan rythym gitar dengan keras. Mungkin gegara lagu ini, sampai ada temen gue yang bilang genre mereka jadi Gothic metal. Kalo gotik-goyang itik mah tampil di tivi bro hahahai.

Victim (Korban) berada di track ketiga. Mungkin hal yang memorable adalah harmoni dari piano, breakdown dan growl yang bener-bener pas yang bener-bener membangkitkan semangat untuk berpogo. Kalo saja kamar gue segede lapangan mungkin udah moshing gue hahaha. Kemudian ada part dimana ada pembacaan sebuah rangkaian kata-kata dalam bahasa Inggris (gue sih nyebutnya puisi hahaha) diiringi dengan melodi gitar dan harmoni dari piano. Vokal serak-serak (?) dan growl yang bersahut-sahutan, bener-bener asoy. Dan diakhiri dengan

Librarim menjadi track keempat yang menemani kita bermosh-ria. Diawali dengan melodi gitar berdistorsi yang bersahutan dengan dobel pedal, metal sekali. Di track inilah gue menyadari ada unsur metal di album ini (dari tadi kemana aja vroh x). Namun menurut gue, formulanya hampir gak ada perbedaan dengan track-track sebelumnya.

Mungkin The Unseen Hand adalah lagu yang paling nempel di otak gue. Ada beberapa part yang gue suka. Pertama, ketika di awal vokal growlnya masuk ke lagu. Kedua, suara synthesizer nya masuk dan disambung dengan growl kemudian disambung dengan melodi gitar yang bersahutan dengan vokal serak-serak (?) dan begitu kerennya ketika suara pianonya memakai skill kecepatan dengan harmoni seperti itu bersahutan dengan distorsi gitar.



Breath of Ruins menjadi penutup mini album temen-temen kita. Intronya bener-bener keren bro! Dan nilai sendiri di official lyric video mereka!


Kesimpulannya, kalo kalian yang kenal JFT dari lagu-lagu mereka sebelum ini pasti juga bakalan kaget. Tapi menurut gue mereka juga gak meninggalkan akar musik mereka yang dahulu, masih dengan synth, full distorsi, double pedal, breakdown dan growl. Cuma bedanya ada sound melodi gitar dan sound piano yang cukup banyak porsinya, mereka gak pake scream dengan nada tinggi lagi (begitulah gue menyebut scream nya deatchcore hahaha).

Lalu bagi kalian yang penasaran dengan konsep mereka coba aja cari soundtrack-soundtrack game persian macam Assasin's Creed atau game mitologi Yunani macam God Of War. Atau tonton kembali film-film kolosal mitologi macam 300, Gladiator, dll. Menurut gue sih konsep musik JFT kurang lebih mirip dengan soundtrack-soundtrack tersebut, cuma lebih dark aja sih mereka. Maaf sotoy x)

Tapi bagi kalian yang mencoba search google dengan keyword masonic music, mungkin bakal menemukan nama Mozart. Dan setelah gue cek di youtube, ternyata musik nya Mozart jauh dari yang gue cari hahaha. Lebih klasik ternyata.

Dan bagi kalian yang mau order CD mereka bolehlah menghubungi



Kemudian untuk musisi-musisi skena di era digital ini gue mau share satu link artikel dari Robin, gitarisnya Puppen:

Sejarah Unresolved

Semoga bermanfaat :D

Sekian review awam kali ini. Orang awam jadi review nya pun awam. Saking awamnya butuh dua malam buat nulisnya hihihi :p

Jumat, 02 Mei 2014

[Review] Just For Today New Merch Tee 2014

Awalnya iseng mesen tapi akhirnya jadi beli juga hahaha. Di detik detik akhir malah ganti ukuran maunya yang XXL, biar cocok sama animo HC di Jombang hhohohoho. Dasar emang tukang ngikut trend. Tapi unik juga sih, kaos metal tapi fashion nya HC. Wah wah wah. But, who's care. Pokoknya support terus hohoho.




Menurut informasi yang gue terima, vendornya dari Kediri. Dan gue juga termasuk dibilang langganan dari brand yang pake vendor tersebut--gak usah sebut merek deh ya hahaha. Gue sama Just For Today udah kenal lama, masa awal-awal ketika gue mengenal tentang scene underground Jombang sekitar masa dimana demam awal HC yang akhirnya sekarang rata-rata tiap anak SMA di Jombang memakai dress code hip hop.

After all, tentang kaosnya mungkin gue nilai 6 karena kualitas sablonnya. Ini karena menurut gue hasil sablonnya tidak sesuai dengan gambar desainnya. Emang sih gue menyadari kalo emang sulit sekali menyablon kaos dengan kualitas sama dengan desainnya. Apalagi format photoshop. Begini perbandingannya.







Yang di atas yang gue beli dan yang di bawah adalah desain yang disebarkan sebagai Pre Order. Saran gue sih next time, desainnya pake format vector aja jangan bitmap heheheeh.

Kalo kalian mau beli juga segera aja Chargecity x Inception 99 di Jalan Pahlawan, Jombang. Ada bonus CD + sticker juga dari Just For Today.



Happy weekend, fellas!

Jumat, 28 Maret 2014

Inside x Dead Trap: Havoc - The Undiscovery Paradise Indonesian Tour 2014 Jombang



Jikalau kalian udah nonton video di bawah ini duluan, ada dua hal yang gue kasi tau.



Pertama, kalian pembaca setia blog ini. Terimakasih atas apresiasi kalian.

Dua, video tersebut udah mencerminkan apa yang mau gue tulis di postingan ini. Hehehe. Jadi untuk memperlengkap video nya maka dari itu gue harus menambahi beberapa hal.

kalo gak salah Brightside Haze pas lagi sound check

Hal yang pertama adalah susunan band yang perform. Di video ada beberapa band yang enggak gue sebutin karena salah baca banner (bannernya terus di update sama panitia hingga hari H, jadi gue kebingungan nyari yang mana harus dibaca hahaha.

Kedua, layar hitam yang kalian lihat di pertengahan video itu gak sengaja sih. Jadi ada satu scene gak penting dan gue kehabisan ide buat ngeditnya. Dan hasilnya gue suka! Hahaha seringkali ketika gue lihat videonya jadi kaget sendiri, apa ada yang rusak sama lepi gue hahaha. Nice try!

Ketiga, kenapa namanya Gigs Exploration? Sebenernya itu gegara Jaenab.



Nah karena masih nyambung sama postingannya Jaenab jadi lebih baik pake nama yang sama. Cihuy.

Ohiya, thumbnail video nya sebenernya udah diganti tapi kok sama aja yak. Ini thumbnail resminya.


Apalagi yak. Mungkin dalam waktu dekat belum ada lagi, karena gigs di Jombang masih belum ada yang menarik buat di review. Tapi gak menutup kemungkinan gig-gig yang ada di Jombang doang, mungkin di luar kota gue juga bakal review dan videoin.

Ohiya, inspirasi utama untuk bikin video ini adalah seperti apa yang gue bilang adalah anak-anak dari Roadkill Picture. Mas-mas mantan mahasiswa jurusan film ini menyalurkan keahlian akademisnya dengan menggabungkan hobinya idolling, itupun awalnya cuma 2 orang, akhirnya bertambah banyak yang ikutan. Menurut mereka pada suatu wawancara, awalnya banyak acara sejenis tapi satu-satu berguguran dan hanya menyisakan mereka seorang dan sekarang sudah 51 episode webseries mereka online di youtube.

follow  @officialumn48

Udah ah gitu aja.

Bonus:



Senin, 17 Februari 2014

Jombang Hardfest 2014: Perjudian Besar


Judulnya sok kontroversial hehehe. Padahal isinya biasa-biasa aja. Tapi memang intinya memang perjudian sih, menggagas sebuah acara yang dinilai beberapa teman bakal jadi bentrokan antar skena metal, punk dan hardcore.

gedung juang
Hadir sangat terlambat karena pada awalnya tidak begitu bersemangat dengan line up yang dijanjikan. Jadi melewatkan perform dari teman-teman GM (mereka bawa banner GM Familia yang super besar di dalam venue hahaha). Jadi enjoy saja menikmati perform seadanya, tak mengerti tentang rundown acara, sambil menjadikan venue ajang saling sapa ke teman-teman yang terlihat familiar dan sering ketemu di event-event seperti ini serta juga menikmati beberapa wajah-wajah ayu yang meng-eksiskan diri di ranah underground, bahkan ada yang sampai pamer paha. Kamu memang putri hari itu, lady.

gedung KPRI nih http://aldocyber.blogspot.com/
Overall permulaan yang bagus untuk tahun ini sebagai event yang dinantikan oleh para scenester Jombang yah terutama oase buat para hatkor kit sih. Terakhir mungkin Metal Blast 2013 Desember yang lalu, entah event-event metal yang lain yang mungkin gak terendus hidungku hehehe sejak Januari yang lalu.

Kekhawatiran terjadi bentrokan yang besar ternyata tidak terjadi, guys. Meskipun pada akhirnya ada saja bentrokan-bentrokan kecil yang mungkin gak sampai berujung tawuran saat Battle Party kemarin. Yah, mungkin peristiwa itu jadi pelajaran buat kita semua sebagai supporter indie music movement di Jombang. Namun beberapa teman sudah hapal dengan aktor-aktor dibalik bentrokan-bentrokan yang seharusnya tidak perlu terjadi itu.

Tempatnya benar-benar sampah, sungguh Gedung Juang itu tidak layak pakai untuk event music, dengan sound yang benar-benar tidak maksimal bekerja. Ditambah dengan adanya himbauan untuk tidak melaksanakan acara hingga malam hari yang sudah menjadi rahasia umum di tengah teman-teman. Mungkin karena proses ijin yang mudah serta sudah friendly dengan teman-teman, maka tempat itu jadi selalu jadi pilihan teman-teman buat melaksanakan acaranya. Mungkin lain kali ngambil gambar tempatnya deh ya.

Panitia acaranya sendiri friendly dan terlihat sudah berpengalaman dalam melaksanakan acara-acara seperti ini. Mulai dari ticketing, pemasangan banner dan yang memorable adalah area jalur masuk dan keluar yang diberi pagar-pagar besi sehingga teman-teman bisa masuk dengan tertib. Sungguh kreatif sekali. Jempol deh. Dan baru kali ini melihat event dengan penuh logo-logo sponsor seperti itu, meski yah banyaknya sponsor tidak menandakan dana yang diterima panitia juga besar. Kemudian juga baru kali menemukan beberapa teman skinhead lengkap dengan sepatu "doc marten" nya hahaha.

Ben-ben semacam gothic metal banyak yang hadir buat main, namun ini baru pertama kalinya aku lihat para metalhead Jombang ber-headbang ria dengan tertib. Beda sekali ketika salah satu temen HC yang tiba gilirannya untuk bermain malah 75% venue digunakan oleh para hc kids untuk ajang "berolahraga". Seru sekali. Hahaha. Maka dari itu kadang memang terasa ada diskriminasi tertentu antara para hc kids dengan metalhead mengenai apresiasi musik terhadap ben-ben yang main.

Tapi pada dasarnya niat kita ikut event apa sih? Ya bersenang-senang dong, masa bodoh, peduli setan, persetan dengan diskriminasi, fasis dan istilah-istilah yang menandakan ada tembok di antara kita.

Ya kan? Ya dong.

Rabu, 29 Januari 2014

Apakah Hanya Euforia Sesaat Yang Gampang Dilupakan?

Rossi Musik Fatmawati -- salah satu venue tersibuk untuk event-event underground di Jakarta
(menurut aku sih hihi)
Suatu hari cak Herman, salah satu kakak kelas yang suka naik gunung bertanya.

"Sebenernya konser-konser yang mengatasnamakan sosial, penggalangan dana itu dampak sosial yang jauh itu apakah ada atau cuma hanya euforia tanpa edukasi?"

Sebenernya pertanyaannya gak sepanjang itu kalimatnya, cuma aku nangkepnya seperti itu. Maksud si cak Man juga bukan untuk event-event kecil saja, tapi event-event besar yang punya guest star seperti Slank, dkk. Kan kebanyakan bikin konser amal untuk tema tertentu. Namun yang kita lihat hanya sebentar saja dampaknya, tak ada kelanjutan.

Yang aku juga ingin tanyakan apakah konser-konser itu hanya euforia semalam? Atau hanya ketika ada yang bersuara untuk keprihatinan? Gak ada dampak sosial yang jauh yang merubah derajat sosial seseorang? Dari yang miskin kemudian mendapat penghasilan? Gak ada dampak yang lebih konkret hingga mereka bisa terlepas dari jerat-jerat lintah-lintah penguasa yang menghisap mereka? Ah rasanya terlalu lebay ini tulisannya (karena memang rasanya diri sendiri juga belum bisa melakukan hal yang konkret seperti di atas).

Kemarin sempet baca salah satu thread di Kaskus tentang sudut pandang orang mengenai uang.


Sementara baca aja dulu dan dengerin salah satu lagu JKT48 favorit aku X)


Sudah?

Line yang paling aku suka adalah "orang-orang yang gemar berkorupsi itu seringkali menyimpan uang dan menghambat jalannya perputaran uang" hahahah. Ini bener banget, salah satu faktor kenapa Indonesia bertahan pada krisis global karena daya beli masyarakat yang kuat sekali. Jadi pandangan-pandangan seperti menabung sepertinya menyesatkan hahaha. Dulu waktu kecil juga sering diberi sugesti-sugesti tentang menabung. Jadi kalau dipikir sangat menyesatkan juga hahahah.

Kembali lagi ke topiknya ya. Aku sekarang ini juga ikut ke organisasi kemanusiaan dimana agenda tahunannya adalah membangun rumah untuk fakir dan miskin yang telah di survei sebelumnya oleh tim independen.


Tapi apakah itu membuat mereka derajat sosialnya naik? Apakah mereka mendapat penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka? Ya, setidaknya mereka punya rumah untuk mereka berlindung untuk berkumpul dan untuk kesehatan mereka.

Saran untuk skena? Ya mungkin yang aku harapkan agenda sosialnya harus rutin dan tepat sasaran aja, bukan ketika ada kejadian duka seperti sekarang aja. Tapi tetap aku acungin jempol buat para pionir di skena yang membuat agenda sosial seperti ini. Kita harus sama-sama belajar lagi untuk kebaikan ke depannya :)

Membahas topik ini bikin aku inget juga salah satu nilai dari semangat DIY yang dielu-elukan sama skena HC/Punk/Metal adalah dengan inget darimana kita berasal. Ini pelajaran buat semua orang yang memulai kesuksesan dari nol, dimana masih banyak orang-orang yang sama sepertinya dulu.

Apa mau menimbun harta untuk diri sendiri? Oh ayolah ini harga dari kesuksesan tapi hei! untuk apa harta-harta itu kalau tidak digunakan untuk kebaikan diri sendiri atau malah untuk kebaikan orang banyak. Mari kita belajar untuk mengejar kebaikan.

Happy Wednesday!

Minggu, 26 Januari 2014

Eksploitasi Mengatasnamakan Indie Movement

Setelah baca-baca link ini dan ini jadi banyak dapet pencerahan.

Sementara baca dulu aja opini dan interview nya dan play Bohemian Rhapsody berikut ini.


Ketika indie movement menjadi hip dan massa-nya semakin hari semakin ramai maka banyak orang-orang melihat adanya keuntungan yang bersifat kapitalisme--atau bahasa kasarnya "orang-orang rakus" yang berdatangan untuk bermain di skena.

Yah, kapitalisme memang seperti itu. Artikel yang pertama memang isinya mengeluhkan tapi juga memberi peringatan ke kita semua, juga memberi pekerjaan rumah ke kita untuk mencari jalan bagaimana agar nilai-nilai DIY dan indie movement gak rancu dengan kapitalisme.

Kapitalisme memang dibutuhkan tapi nilai-nilai dan semangat DIY jangan sampai luntur.

Artikel interview yang kedua berbicara tentang kapitalisme yang merayap pada brand-brand clothing lokal yang menyoroti kegiatan mereka yang lebih banyak membuat produk laku daripada membuat produk yang bagus.

Ini pencerahan sih buat aku dimana banyak temen-temen skena beranggapan membuat sebuah brand itu bukan menjadi sebuah pekerjaan tetap. Dalam pandanganku yang sekarang, jika kita membuat bisnis clothing menjadi pekerjaan tetap maka hal yang kita lakukan setiap hari adalah membuat barang-barang yang laku bukan membuat produk yang bagus dan berkualitas.

Barang yang berkualitas itu barang yang keren dan dibutuhkan orang-orang yang udah kecewa membeli barang yang tidak berkualitas. Hahaha.

So, enjoy your weekend and stay safe(?)!

http://twitter.com/jazzjombang

Sabtu, 25 Januari 2014

Jazz Jombang: First Gathering on RC Foodcourt

Lupa kalo punya janji buat diri sendiri buat nulis ini minggu kemarin hahaha.

Mr. Sony, cs
Sebenernya dari dulu Jombang punya orang-orang mumpuni yang berkutat di musik Jazz, cuma pergerakannya timbul dan tenggelam. Meski begitu orang-orangnya tetap sama dan semangatnya tetap sama. Meskipun panitianya kali ini orangnya bukan orang yang sama tapi pengisinya orang-orang yang sama hahaha.

Awalnya ada kabar-kabar mau mengadakan Jazz show, tapi gak tau kalo rencana itu ternyata tinggal eksekusi, seminggu sebelum acara (acaranya Sabtu Malam Minggu, 18 Januari 2014) baru tau dan gak sempet latihan (padahal niatnya emang gak mau tampil hahaha).

Malah selepas acara diminta kak Sony ngisi buat minggu depan. Aih matek.

So, ada beberapa saran sih. Sebenernya kalo tiap minggu bikin acara rasanya terlalu sering. Seperti kata-kata temen dari skena, lebih baik jangan sering bikin event sehingga orang-orang bakal nunggu-nunggu event dari kita.

Kemudian, komunitas lintas genre juga diundang kalo bisa, kalo bisa yang skena hardcore, metal sama punk juga hahaha. Entah ini saran yang baik atau buruk. Tapi aku sendiri berkeyakinan, fenomena di kota-kota besar sekarang genre kian rancu. Metalhead temenan dengan anak-anak hipster indie pop, anak-anak hipster temenan sama orang Jazz. Jadi bukan hanya tentang satu roots, tapi malah lebih luas lagi (meskipun semuanya berakar dari Blues). Jadi bukan hal yang aneh lagi ketika lintas genre berkumpul pada satu event.

Ohiya sekedar informasi, mereka tiap minggu bikin music show (bukan murni jazz show) di salah satu foodcourt di Ringin Contong (depan BCA Jombang). Tagline mereka, "bikin event music di titik nol kota Jombang". Hahaha.

So, enjoy your weekend!

Rabu, 08 Januari 2014

Apa Yang Harus Dilakukan Untuk Skena Underground Jombang

Sebenernya postingan ini utang sih hahaha. Akhirnya aku bisa nulis gini sebagai pandangan obyektif aja dan menyampaikan pandangan beberapa anak bagaimana idealnya merawat skena underground di Jombang. Ya ini skena lintas genre, mau pop punk, hc, metal ataupun indie pop (yang terakhir setengah serius). Langsung saja.

Just For Today, Jombang metalcore
1. Harus Rukun Biar Bisa Ngundang Band Besar ke Jombang.

Memang benar ada perang dingin, perpecahan, saling sikut, saling tusuk dari belakang di skena Jombang. Disadari maupun tidak, diakui maupun tidak. Jadi ini saran dari temenku, Genks.

Dia ini pengen sekali seluruh skena di Jombang bersatu bikin event besar dan ngundang ben underground yang besar. Dia yakin nama Jombang bakal "naik" dan disegani oleh skena-skena kota yang lain.

Open Face Surgery, Jombang death metal

2. Bikin Forum Bersama

Masalah-masalah yang yang sering terjadi antara lain bentrok dan mepetnya jarak antara event satu dengan yang lain. Jadinya sebagai penikmat musik, aku sendiri juga bingung mau ikut yang mana hahaha.

Jadi dibikin forum bersama dengan mengundang satu orang dari skena-skena di Jombang.

Hello Knuckles, Jombang pop punk/easycore
3. Contoh Kota Lain Yang Pintar Merawat Skena

Iya, semacam study tour gitu ke skena-skena di kota lain terus dibandingkan dengan skena di Jombang. Apa yang perlu diperbaiki, ditambah atau dikurangin. Lalu sosialisasikan ke skena. Gampang sekali. Hahah.

Kalo lihat perkembangannya di Indonesia katanya sih kota yang punya skena dengan citra yang bagus adalah Yogyakarta. Katanya.

Mungkin tiga dulu deh ya. Ini kan masih ide, kita juga menunggu aksi-aksi dari temen-temen skena yang lain bagaimana merawat skena yang sudah mulai tumbuh besar di kota kecil kita.

Happy Wednesday!

Selasa, 07 Januari 2014

Behind The Story For Me To Know Who's Banda Neira


Karena nama duo ini (mereka menyebutnya band) mereka hampir sama dengan dengan nama duo yang bergenre jazz Bandanaira:

mereka berdua yang berwarna merah
Jadi karena letak namanya yang sama aku bener-bener udah illfill sama duo yang di atas. Kemudian ada artikel ini meskipun nama Banda Neira gak ada di postingan tapi di kolom komentar ada. Kemudian stalking mas Wenz dan gak tau alasannya apa hingga aku langsung mampir ke Soundcloud mereka




Langsung deh Jatuh Cinta sama musik mereka hahaha.

Sebelumnya sih aku tau Rara Sekar dari soundcloud. Jadi salah satu temen di soundcloud repost (semacam retweet di twitter) cover music dari Rara sama seorang sahabatnya, Isyana Saravasti.


Dan jelas kalo kamu dengerin mereka nyanyi pasti kamu milih Isyana, soalnya suara dia gampang dikenali. Ya aku sih gak ngomong suara Rara buruk tapi kalo dibandingin sama suaranya kang Nanda sih jauh hahahahaha. Dan nilai plusnya si Isya ini yang main piano di lagunya. Dan aku lebih ngefans sama Isya ketimbang Rara hahahahahah. Dan mau tau dimana Isya sekarang? Dia masih kuliah di Singapore kalo gak salah. Dan lebih bermusik untuk akademisi menurutku.

Dan waktu temenku ngerepost mungkin sekitar bulan april-mei dimana Banda Neira mengguncang skena indie pop Indonesia.


Waktu ngeliat dokumentasi Float2Nature, Banda Naira juga diundang ternyata. Dan saat itu juga baru tau kalo Rara Sekar yang aku tau di soundcloud ternyata ikut duo itu. Dan itu sama sekali belum dengerin musik mereka karena masih ilfil. Hahahah.

Lalu berkembang hingga kejadian di atas.

Banda Neira are:

Ananda Badudu, wartawan Tempo
Rara Sekar, dulu magang di Kontras sekarang jadi aktivis di Ubud
Kalo mau sedikit info kesini aja

Kalo tambah penasaran ke blog mereka aja:

http://dibandaneira.tumblr.com

Karena mereka tipe-tipe orang pencerita banget. Atau kesini aja dimana Rara menceritakan abis tentang tahun 2013 di hidupnya.

Ohya karena 2 hari ini nyetel lagu mereka terus jadi ada keinginan ngebikin kartun buat mereka. Tungguin aja ya and Happy Tuesday, fellas!


Kamis, 02 Januari 2014

Resolusi 2014


Sempet nyesel juga tahun kemarin gak bikin resolusi jadi gak bisa dievaluasi. Lagian aku mau nulis resolusi tahun ini juga bingung apa yang mau dikejar dan ditulis.

Kemaren sempet juga ke-inspirasi sama presiden Uruguay yang dijuluki presiden termiskin sedunia:


"Saya dijuluki 'presiden termiskin', tapi saya tidak merasa miskin. Ini hanyalah masalah kebebasan, jika anda tak memiliki banyaka keinginan, anda tak perlu bekerja seumur hidup seperti budak untuk memenuhinya. Dan dengan begitu anda memiliki lebih banyak waktu untuk diri sendiri" --Jose Alberto Mujica Cordano.

Terus kemarin juga sempet lihat suamigila.com bahas peta politik tahun 2014 dimana yang dibutuhkan Indonesia ialah presiden yang udah gak perlu memenuhi kebutuhan dirinya sendiri tapi lebih mementingkan kebutuhan orang lain. Dan lingkungan pendidikanku sendiri mengajarkan lebih mementingkan kebutuhan orang lain, meski aku sendiri rada gak sinkron dengan aksiku sendiri.

Jadi apa nih ya resolusinya?


1. Kemaren sempet kepengen jadi orang yang dikenal karena jasanya, karyanya, hasil jerih payahnya, yang ditulis dalam sejarah seperti Soekarno, Hatta, Tan Malaka, atau seperti BJ Habibie. Wah keren sekali kalo namamu ditulis di buku sejarah dan orang-orang mengingatmu. Mungkin nanti inginnya kayak Pablo Picasso yang mengguncang dunia dengan kubisme. Entah Jojoz di masa mendatang akan berpegang pada keinginan atau enggak ya hehehe.


2. Sebenernya gak terlalu berharap ORANGECAKE bakal tambah besar. Kekuatan besar menghasilkan tanggung jawab yang besar. Mungkin pengennya menambah jalur distribusi ke kota-kota yang lain, selain Jombang.


3. Kamera SLR. Gak yakin kalo punya kamera SLR tahun depan. Tapi sangat butuh sekali kamera untuk liputan gigs. Atau minimal punya partner fotografer.

Septian Fajrianto from @sketsa_ku
4. Karena ORANGECAKE konsepnya artwear maka harus punya komunitas menggambar untuk disupport. Semoga lancar.

Jadi begitu saja dulu.

Ohiya. Kemaren cobain bikin video cover lagu, mohon saran dan kritiknya biar bisa professional *ciegitu hahaha

Senin, 30 Desember 2013

Billfold - Indie Clothing Carnival

Hai kembali postingan tentang gigs review, masih bersama Jojoz. Kali ini mau review gigs kemarin Jum'at dimana guest starnya adalah Billfold (Bandung). Alias pertama kalinya melihat neng Gania live!

ini kenapa torpedo coba ikonnya

Sebenernya bukan Billfold aja sih, ada Rosemary juga yang satu skena sama Billfold, ada Fraud, Full Frontal dan beberapa ben indie yang cukup punya nama di Surabaya.

Sampai di venue ketika setengah jam setelah adzan maghrib menjelang. Setelah muter-muter gak jelas bersama Danang (yang akhirnya doi gak beli apa-apa) kita berdua mutusin buat menikmati alunan ska dari:

Ska Banton
Venue performance stage langsung penuh aja. Bener-bener belum pernah aku temui di Jombang! Hahaha. Jadi pengen nyari-nyari lagu-lagu ska gara-gara massa yang bener-bener menarik sekali. Meski kebanyakan  fashion hardcore tapi bisa ajojing juga.

Pig Face Joe
Kalo gak salah ini genrenya ska-punk karena di intro awal mereka bawain genre tersebut lalu dilanjut lagu-lagu mereka yang punk rock abis.

Full Frontal
Susasana memanas ketika ben ini naik panggung. Moshpit yang besar terbentuk. Dan alhamdulillah saya dapet kaos yang dilempar sama vokalisnya! Kapan-kapan aku post di sini.

Fraud
Gak jauh panas dari Full Frontal, pokoknya yang aku inget mereka bawain Wrong Roots sebagai pembuka. Meski moshpitnya gak jadi satu, tapi aku sempet kena bentrok dengan kepala orang. Sialan. Tapi emang sudah resiko sih.

Billfold
lihat tuh tumpek blek
instagram.com/billfoldx

Akhirnya bisa lihat neng Gania! Hahaha! Membuka dengan It's Over, lalu dihajar dengan Bisa dilanjut dengan salah satu lagu baru yang belum mereka publikasikan atau lagu cover? Gak tau juga hahaha. Gania waktu itu memakai hot pants, converse merah, kemeja chambray tanpa dikancing dengan tshirt putih.

Lagu selanjutnya adalah Sama kemudian ben berhenti sebentar, Gania kemudian ngumumin kalo mereka bakal meluncurkan album pada 2014 mendatang. Amin deh ya. Optimis aja sih soalnya ben indie itu rada susah kalo nyusun rekaman hahaha. Setlist mereka hampir sama kayak video di bawah ini.


Lagu selanjutnya adalah Abaikan yang telah dinanti-nanti massa yang udah memenuhi venue, dan sangat keren sekali Billfold me-medley-kannya dengan Tuta-Tua Keladi. Awalnya sih gak ada yang hapal lirik tapi begitu reff, aku sendiri pun langsung hapal di luar kepala, sing along semua deh. Gokil! Bener-bener pengalaman yang tak akan terlupakan deh hahahaha (lebay).


Tua-Tua Keladi aransemennya hampir sama kayak video di atas cuma saat bridge Billfold masukin beat punk/hardcore ke dalamnya.

Rosemary
Selanjutnya adalah ben Bandung yang udah cukup lama nih bertahan di dunia indie (namun eke gak punya album mereka hahaha abis ini cari deh). Lagu yang familiar sama aku adalah 3 lagu terakhir mereka. Supergirl (FEATURING SAMA GANIA LIVE!)


Karena lagi santai dan kecapekan jadi bisa ngerekam. Lagu satunya lupa judulnya cuma akunya pernah nonton di Youtube pokoknya soal pertemanan. Lalu mereka menutup acara malam itu dengan Punk Rock Show. Mantap. Lagu sejuta umat skate-punkers Indonesia.

Overall keren, brand-brand yang ikut juga deket sama indie movement jadi rame, meski aku sendiri beli salah satu produk dari Magelang. Kapan-kapan aku review deh ya.

Panggungnya juga bener-bener niat bikinnya. Pernah dulu pake panggungnya JX dan gak karu-karuan malah karena tambah sempit dan mepet sama booth. Pokoknya gak banget deh waktu itu.

Rabu, 18 Desember 2013

Battle Party #2 - Gigs Review


"Ini kali pertama gue lihat tawuran di event gigs indie/underground Jombang"

Hei, kembali bersama Jojoz disini. Di sini kita mau report gigs lagi. Tapi sebelum kita review, kita belum ada keterangan dari pihak panitia masalah tawuran itu. Selentingan dari kawan-kawan ada teman-teman dari Pare, Kediri yang ikut berperan dalam tawuran. Namun mudahan bisa jadi pelajaran buat kita semua, terlebih buat panitia (salut buat Andre, cs sudah melakukan hal-hal yang terbaik buat melanjutkan gigs).

Yah, mungkin Jombang perlu dengan bentrok, supaya jadi pembelajaran buat skena-skena hardcore/punk/metal yang lain di Jombang. Di kota-kota yang lain mungkin malah udah menganggap itu bukan hal yang baru, bahkan sudah mempelajari polanya sehingga bisa diantisipasi. Atau mungkin kita mengingat kejadian gigs di Bandung hingga mengakibatkan kematian bagi para penonton. Gak cuma kematian, tapi hal-hal selanjutnya yang menutup ruang gerak musik-musik underground di Bandung seperti diabadikan oleh Seringai di lagunya Dilarang Di Bandung.

Aku belum tau cerita yang lengkap dibalik lagu tersebut. Tapi mudahan bisa secepatnya biar kita bisa ngambil pelajaran dari situ.

Battle Party bukan hal yang baru lagi. Untuk yang #1 ada banyak orang-orang yang berperan, mulai dari sponsor rokok dan beberapa distro tapi untuk yang #2 ini banyak wajah-wajah yang hilang diganti dengan wajah-wajah baru. Ada juga pagar besi yang menghalangi panggung di dalam Gedung Juang yang bikin aku ilfil dari pertama menginjakkan masuk ke dalam hahaha.

Mari kita ngereview ben-ben yang tampil. Mungkin gak lengkap karena aku terlambat hehehe. Dan banyak yang lupa tentang suasananya. Harap maklum.

Nothing For Something.
Membawakan post hardcore perawakannya seperti anak-anak SMA/Maba tapi jauh-jauh regist dari Kediri. Sayang aksi panggungnya perlu dikonsep lagi. Namun mereka bermain musik dengan bersih.

Attack The Party
Ini ben lokal yang cukup bawa massa lumayan banyak. Salah satu gitarisnya pake #ResistIgnorance dari ORANGCAKE, sayang gak punya kamera. Main musiknya bersih. Vokalisnya total.

Lucifer.
Unit deathcore yang memanaskan suasana.

Walking One Side.
Yak unit easycore ini bermain kembali dan membawa massa lebih banyak dari Jumat kemarin.

Monster Killer.
Masih bingung karena mereka membawakan Hardcore tapi wajah-wajah personil lain selain vokalisnya lebih ke Metalhead hahahha. Mainnya juga, mungkin rada mirip Suicidal Tendencies. Mungkin Metal Hardcore? Tapi suka sekali ketika mereka memberi pesan untuk tidak perlu memperhatikan fashion. Ini hardcore bung, bukan acara fashion show hahaha.

Give For Night.
Ini bukan kali pertama GFN, namun permainan mereka seperti jalan di tempat. Vokalisnya One Man Show tapi tetap total.

Scary Nobita.
Unit easycore yang cukup bersih mainnya. Cukup menjanjikan ke depannya.

Losershead.
Gak komenlah. Seperti biasa. Panas hahaha.

Electric Monster Fire (ELMO).
Gak seperti show mereka di launching GoldGloryGospel, hari itu cukup sepi yang moshing tapi permainan mereka total. Setelah Elmo ada unit easycore yang gak sempet lihat karena aku kebelet pipis hehehe.

Just For Today.
Mungkin ini show tersepi dari JFT, gak tau kenapa mungkin anak-anak kelelahan, atau mungkin karena JFT main sebagai pembuka setelah break Dhuhur, tapi yang aku inget semua penonton berdiri semua. Keren. Kali ini Abhi sendiri yang berada di vokal.

Out Control.
Nah ini bikin venue jadi bentrok/tawuran. Membawakan genre beatdown, hawa panas semakin tak terkendali dan bentrok pun terjadi. Dan itupun lumayan lama. Gila. Dari pojok ke pojok, setelah sempet dilerai kembali lagi diterjang. Dilerai, ada yang nerjang lagi hingga gue gak ingat lagi gimana mereka berhenti. Setelah itu break lama sekali.

Number 12.
Dihajar lagi dengan hardcore beatdown bener-bener deh. Apalagi mereka mainnya enerjik sekali. Sound yang mereka mainkan juga bener-bener bagus. Alatnya pasti mahal hahaha.

Beringas.
Membawakan lagu orang lain mungkin bikin ilfil tapi track-track yang mereka bawa adalah lagu-lagunya Seringai hahahaha. Apalagi permainkan mereka all out, bener-bener jauh-jauh dari Ngawi buat ngehibur orang.

Before Nineteen
Ini kali kedua melihat unit easycore ini main, lebih bagus daripada pertama aku lihat mereka. Permainan mereka bersih, meski gak punya cukup massa (mungkin karena massanya jadi panitia semua kali ya hahhaa).

Step To Fight.
Ben yang jauh-jauh dari Malang cuma bawain satu-dua lagu (cukup lupa) langsung dicut sama panitia. Tapi aku dapet stiker dari mereka. Uhuy. Tapi lagi-lagi dihajar hardcore beatdown hahah.

One Last Stand.
Unit hardcore beatdown yang cukup bisa memanaskan suasana.

Penguin Suck.
Unit easycore dengan frontwoman dari Kediri. Aku inget merch mereka ada dijual di CC. Ketika dengerin lagunya ternyata rekamannya bener-bener gak menjanjikan sama sekali. Tapi ketika lihat mereka live, ini ben ternyata performancenya lebih bersih dari rekamannya hahahah. Keren!

Husky.
Ben yang aku tunggu-tunggu untuk main. Setelah harap-harap cemas karena Jombang hujan tapi terbayar juga. Cukup sepi waktu itu tapi mereka bermain all out tapi saudari Trevie sepertinya lagi gak mood buat show, tapi tetep total kalo main. Ini mungkin pertama kali mereka aku ngelihat mereka bawain lagu mereka sendiri, tapi sayangnya saudari Trevie tidak hapal hahahah.

Kingme.
Ben screamo dari Kediri. Mungkin ini ben pertama yang aku lihat bener-bener main screamo, terlihat dari intro mereka sebelum vokalisnya masuk. Setelah ben ini ada Open Face Surgery, lalu Sakramen yang aku skip karena udah pengen pulang tapi hujan deras belum reda reda. Huh.

Angel Of Danger.
Bener-bener gak terpikirkan kalo ben dari Blitar ini main sebagai penutup, karena suasana venue udah sepi dan udah lewat jam 5. Ternyata ketika aku di luar venue, baru sadar kalo vokalisnya Angel of Danger lagi ngelobi panitia buat main. 2 lagu cukup untuk memanaskan kembali para Hardcore kid yang masih bertahan di venue. Jangan kapok main di Jombang, girls! :D
Oke sekian. Mungkin minggu depan ngeliput Metal Blast 2013. Sampai jumpa!

Senin, 11 November 2013

Review Gigs: Seringai (The 5th ICE Surabaya)

diambil dari Facebook nya Seringai

http://www.ronascent.biz/2013/11/the-5th-indie-clothing-expo-day-2_10.html


Hola! Jojoz disini! Kali ini mau ngereview gigs yang aku bela-belain nontonnya tadi malam. Seringai!

Kita awali dengan cerita gak penting tentang perjalananku menuju Surabaya. Setelah diniati dari seminggu yang lalu, mendengarkan album Taring, Serigala Milita bahkan EP Hig Octane Rock! Tapi pada saat event emang yang singalong-able itu yang album Taring. Hehehe.

 Sempet galau karena kantor meeting hari Sabtu pagi, tapi akhirnya setelah berpikir ini challenge buat lelaki lemah macem aku, akhirnya bolos juga! Ha! Ngebis ke Stasiun Jombang, sempet oper bis di Terminal Jombang akhirnya sampe juga di Stasiun. Namun yang terjadi? Baru tau kalo pemesanan tiket harus pake KTP! Ha! Dan KTP ku belum aku urus setelah sempet ilang! Ha! Setelah bergalau-galau dan berpikir dengan jernih di warung kopi depan stasiun, akhirnya aku sms Aga, drummernya Radius 99 minta tolong buat disusul. Makasih, Mo! :D

Setelah hampir satu jam nunggu akhirnya gue ajak dia buat ngopi lagi. Kita ngopi di Mak Nyak, disitu aku ketemu sama Nyobhi dan temennya (aku gak tau namanya). Ternyata mereka juga berangkat buat Seringai, nah di situ dapet ide untuk bareng sama mereka, entah satu atau 2 hal mereka berangkat duluan. Jadi gak ada deal di antara aku dan mereka. Tapi aku masih berusaha untuk ngejar mereka, akhirnya setelah dianterin Aga buat nyegat bis lalu berdesak-desakan di bis, sempet macet-macetan, ngambil sepeda yang jaraknya hampir 1 km, akhirnya aku ngejar Nyobhi, dkk buat berangkat bareng.

Tapi sesampai di Jombang gak ada kabar. Akhirnya aku putusin buat ke CC store buat nyari-nyari informasi dari Ardian. Dan malah di situ si Ardian ngajak aku, dan saat aku tanya gimana caranya kesana. Dia iyain aja (padahal aslinya dia gak tau hahaha!). Gak taunya si Ardian ngajak temennya yang tau alamatnya ke sana. Jam 3 tepat kita berangkat bertiga lewat Peterongan (biasanya aku ke Surabaya dari jalur sungai Brantas tembus ke By Pass Mojokerto).

Sempet salah arah, karena jalur yang biasa mereka lewati gak sama dengan jalur yang biasa aku lewatin hahaha. Tapi akhirnya sampe juga ke Surabaya. Nah pas di tengah kota, ternyata kita ketemu rombongan Nyobhi. Akhirnya kita ikutan jalur mereka. Setelah beberapa saat muter-muter, akhirnya sampe juga di Grand City Mall. Nah karena gak ada parkiran di venue akhirnya, DK sebagai petunjuk jalan ngambil parkiran liar. Dan tau gak tarifnya berapa? Lima ribu! Sinting!

Setelah berkeliling venue clothing, dan gak ada yang menarik untuk belanja (emang sangunya aja yang pas-pasan ha!). Kalo menarik perhatian sih banyak, dari dedek gemes sampe pamer leher dan paha, juga ada kontes fingerboard. Nah yang bikin ilfil sih panggung indoor di venue nya, mudahan aja Teh Saravasti minggu malem kemarin gak manggung di situ. Gimana ya, bener-bener sempit banget!

Di jalur exit, area komunitas nemu komunitas Doodle Art. Karena temen-temen pada gak minat akhirnya bisa lihat dari pintu kaca setelah keluar. Melas! Ha! Tapi yang bikin ilfil sih, para peserta Doodle live nya yang duduk gak diatur bikin jalur masuk ke stand mereka jadi hampir gak ada.

Tips buat ke pameran clothing kek gini, kalo niatnya emang pengen belanja lebih baik pergi dua orang aja jangan bergerombol deh. Memencarkan diri dan ketemuan di satu tempat yang udah disepakati. Lalu kalo beli tiket mending yang beli cuma satu orang, jadi kumpulin duitnya dulu baru berangkat, biar gak ngantri lama-lama.

Review tentang brand-brand hadir, mungkin lebih ke pasaran sih ya, gak mencerminkan brand-brand yang mendukung musik dan komunitas-komunitas movement. Sama aja kayak tahun lalu. Cuma beberapa aja yang bener-bener support scene. Bener-bener harus milih brand yang hadir kalo mau sesukses JakCloth. Entah ini perasaan aku dan temen-temen aja ya?

Venue outdoornya lebih luas dan lebih panas! Ha! Ada area skate nya, area muralnya, custom motor, area makanan dan minuman ringan, area spg rokok juga ada. Ha! Stagenya lumayan gede, dengan pagar yang lumayan tinggi. Oke kita lanjut ke perform band aja ya.

Pertama ada ben ber-genre Metalcore, aku lupa namanya. Permainannya mirip-mirip Memphis May Fire atau STDC. Apik. Moshpit terbentuk dan yang moshing kebanyakan anak-anak HC. Dan waktu itu aneh juga masih sepi venuenya. Yang bikin keren itu si pemain keyboardnya yang gotong Mac, entah buat gaya atau apa. Ha!

Setelah itu ada ben alternative rock yang ngecover Careful nya Paramore. Vokalnya kurang power menurutku, terus gitaris mereka cuma satu doang. Dan suaranya vokalnya itu loh bener-bener ngingetin sama orkesan. Duh. Meski udah tampil cantik, seksi, bahenol, ngobatin mata, tapi sebagai mantan die hard fans nya Paramore, udah ilfil dari lagu pertama! Ha!

Lalu ada ben Hardcore Beatdown asal Surabaya, Raising Down. Gokil, moshpitnya gede banget! Jadi di lagu terakhir bener-bener si vokalis ini mancing para HC kids buat bikin moshcircle yang gede banget! Bener-bener keren! Yah, thanks buat mereka yang jadiin HC sebagai barang yang hip! Ha!

Lanjut ada ben mateng bernama Zorv. Awalnya aku kira ben ini ben rock n roll punk macem Ramones, ternyata mereka bawain lagu berbau grunge juga. Absurd lihat ben ini. Gak tau gimana moshingnya hahaha. Namun hal yang memorable ketika lihat Zorv manggung adalah di part terakhir dimana sang gitaris yang ngerangkap vokal menunjukkan teknik gitar noise yang bener-bener keren dan menghibur. Ha!

Setelah Zorv, ada indie heroes dari Surabaya, Devadata. Meski udah denger kebesaran mereka dari jauh-jauh hari, tapi ini kali pertama lihat secara live. Jadi inget, dulu ketika denger namanya kayaknya ben bergenre black metal/death metal atau sejenisnya ternyata bukan, cacak-cacak ini hardcore. Awalnya aku kira oldschool hardcore tapi ketika aku lihat kemarin ternyata genrenya Metal/Hardcore.

Meski mengusung Hardcore, aneh juga sih ketika melihat rata-rata orang yang ngeramein venue bukan Hardcore Kids yang dari awal moshing+violent dance, tapi para metalheads! Lucu! Ha! Mungkin karena Devadata dibesarkan di skena metal, jadi agak rancu. Atau mungkin ada yang tau alasannya? Meskipun keadaan yang rancu begitu tapi venue berhasil diramaikan dan penuh sekali. Keren!

Yang perlu diketahui ketika nonton konser-konser seperti ini adalah jeda persiapan peralatannya yang lumayan banget lamanya. Ben-ben besar macam Devadata atau Seringai memang punya banyak kru, tapi gak menutup kemungkinan persiapan peralatannya lama banget. Nah tipsnya? Ya gak ada sih. Resiko! Ha! Hahaha. Ya mungkin pinter-pinter aja sih mengalihkan perhatian. Soalnya berdiri pas konser itu sangat melelahkan. Kecuali kalo kamu excited banget, jadi gak kerasa capeknya. Apalagi kalo dari awal capek abis perjalanan (jombang-surabaya 100 km lebih!) jadi harus ada planning istirahat sebelum masuk venue.

Untuk menunggu Seringai perform memang cukup lama, tapi aku cukup pintar buat mengalihkan perhatian ke backstage dimana Papa-Papa Seringai lagi sibuk ngobrol. Mungkin yang paling cukup asyik ngobrolnya Papa Arian, bahkan ketika Papa-Papa yang lain udah naik ke atas panggung doi masih asyik ngobrol sama cacak-cacak Devadata. Entah ngobrolin apa. Sempet juga ngeliat cewek berkuncir pake kaos hitam dan hotpants, yang awalnya gue ragu itu Kak Putri, road managernya Seringai (@missHOTRODqueen) tapi ternyata setelah gue google lagi, ternyata bener dia. Ngomong-ngomong kalo lihat doi dari jauh kelihatan jutek gitu ya. Hahaha. Bukan bermaksud Kak Put! :D

Mungkin gak terlalu jelas sih yang mana lagu pertama yang Seringai bawain, tapi ketika papa Arian udah bergabung sama papa-papa yang lain, mereka langsung bawain Dilarang Di Bandung! Ha! Moshpit pun langsung terbuat!

Mungkin gak perlu nulis tentang setlistnya Seringai ya, soalnya biasanya webzine-webzine yang lain bakal nulis hal yang sama (bilang aja udah lupa sama setlistnya!), jadi kite orang mau nulis keadaan pas performnya Seringai. Ha!

Ada beberapa hal yang absurd tentang penonton di performnya Seringai. Pertama, penontonnya gak liar dari awal sampe akhir. Mungkin awalnya sih moshing semua, kemudian pas tengah-tengah semuanya malah diem-dieman. Mungkin capek kali ya? Sungguh gak seru nih hahaha. Tapi pas di dua lagu terakhir Seringai pada moshing semua, Mengadili Persepsi dan Ace of Spades (Motorhead).

Kedua, moshpit sendiri ada dua! Sangat absurd! Jadi ada moshpit violent dance nya HC kids dan moshpitnya para metalheads. Hahaha. Ini lucu.

Ketiga, bener-bener deh pidatonya Papa Arian ini keren banget. Hal yang memorable ketika doi sarkas sama penonton yang nyari-nyari dompet. "Yak yang disitu ngapain tuh lihat-lihat ke bawah? Hape hilang? Dompet hilang? Resiko! Ha!". Kemudian doi juga menyinggung edukasi moshing kepada bapak-bapak generasi yang belum ngenal mosh rules. Dan bener-bener perlu banyak orang yang pinter bicara macam Papa kita yang satu ini untuk membuat orang paham tentang budaya moshing ini.

Ada tips lagi sih buat yang ngerasa kejauhan dan merasa jauh dari stage. Jadi saat orang-orang udah rusuh pada moshing, jangan malah mundur menjauh, tapi tetep di tempat. Ketika moshing sudah reda segera maju aja. Percayalah banyak space longgar buat mendekat ke arah stage. Trust me! Ha!

Dan performance yang bener-bener memorable, vokal Arian yang stabil, perform yang bener-bener sama dengan kaset (namanya juga konser musik keras bro, bukan konser jazz hahaha), juga pidato-pidato Arian yang terkesan sarkas tapi membakar semangat para penonton. Keren!

Udah ah.

For Seringai!