Selasa, 17 Juni 2014

[Review Awam] Just For Today - Gold, Glory And Gospel (2013)





Karena seorang cewek, jadi dengerin lagi band-band metalcore. Langsung teringat ada temen yang pengen kita ngereview album mereka, sebuah band dari skena musik keras Jombang bernama Just For Today.





Band ini cukup punya nama di skena Jombang meskipun baru didirikan sekitar tahun 2011 (menurut situs reverbnation mereka). Sempat gue nulis tentang event launching album mereka setahun yang lalu, dan sedikit gue review album mereka di postingan itu. Karena gue emang anak baru di skena, jadi ya mohon maklum kalo reviewnya awam banget hehehe. Apalagi metalcore yang gue tau cuma segelintir, itupun sebagian besar generasi-generasi nya BMTH, dan teman-temannya x)

Awalnya gue kaget-sekagetnya ketika genre mereka dirubah, dari awal yang gue kenal mereka bergenre  Deathronic (bener kan deathronic?) menjadi Metalcore. Yak, kekagetan itu terjadi setelah mereka menggratiskan single mereka, The Unseen Hands. Dan temen-temen gue yang lain yang kenal sama JFT dengan Superman Is My Hero juga mengatakan hal yang sama.

Pada saat awal melihat album mereka di genggaman, menurut gue dari awal konsep mereka sudah jelas, menurut gue mereka memakai mitos-mitos Masonic sebagai konsep utamanya. Mulai dari judul lagu macam For All People Who Called One Eye (Teruntuk semua orang yang disebut mata satu) dan The Unseen Hands (tangan yang tak terlihat), (mungkin) lirik lagu, judul album, desain packaging albumnya.

Hal yang memorable dari track pertama Gold, Glory and Gospel, Tortured (Tersiksa) adalah breakdown yang "gak seperti biasanya"  hahahaha menurut gue itu jenius sekali! Diawali dengan suara harmoni piano yang minimalis tapi dramatis (mengingatkan gue sama backsound nya game Yugi-oh di Playstation yang dulu cukup fenomenal di masa SD gue hahaha yang sama-sama memakai tema masonic). Ada part dimana masih ada unsur synth keyboard yang menurut gue bener-bener ciri khas dari JFT (Just For Today) yang bener-bener enjoyable banget dengerinnya.

Track kedua, For All People Who Called One Eye (Untuk Semua Orang Yang Dipanggil Satu Mata--google translate). Pernah lihat lagu ini dibawakan pada sebuah gigs--kalo gak salah Battle Party #1. Masih berada akar yang sama dengan track awal namun lebih banyak breakdown yang lebih metal di lagu ini (menurut kamus orang awam hahaha). Ditambah porsi synth yang lebih banyak, dan ada part harmoni piano yang dramatis lagi disambung dengan rythym gitar dengan keras. Mungkin gegara lagu ini, sampai ada temen gue yang bilang genre mereka jadi Gothic metal. Kalo gotik-goyang itik mah tampil di tivi bro hahahai.

Victim (Korban) berada di track ketiga. Mungkin hal yang memorable adalah harmoni dari piano, breakdown dan growl yang bener-bener pas yang bener-bener membangkitkan semangat untuk berpogo. Kalo saja kamar gue segede lapangan mungkin udah moshing gue hahaha. Kemudian ada part dimana ada pembacaan sebuah rangkaian kata-kata dalam bahasa Inggris (gue sih nyebutnya puisi hahaha) diiringi dengan melodi gitar dan harmoni dari piano. Vokal serak-serak (?) dan growl yang bersahut-sahutan, bener-bener asoy. Dan diakhiri dengan

Librarim menjadi track keempat yang menemani kita bermosh-ria. Diawali dengan melodi gitar berdistorsi yang bersahutan dengan dobel pedal, metal sekali. Di track inilah gue menyadari ada unsur metal di album ini (dari tadi kemana aja vroh x). Namun menurut gue, formulanya hampir gak ada perbedaan dengan track-track sebelumnya.

Mungkin The Unseen Hand adalah lagu yang paling nempel di otak gue. Ada beberapa part yang gue suka. Pertama, ketika di awal vokal growlnya masuk ke lagu. Kedua, suara synthesizer nya masuk dan disambung dengan growl kemudian disambung dengan melodi gitar yang bersahutan dengan vokal serak-serak (?) dan begitu kerennya ketika suara pianonya memakai skill kecepatan dengan harmoni seperti itu bersahutan dengan distorsi gitar.



Breath of Ruins menjadi penutup mini album temen-temen kita. Intronya bener-bener keren bro! Dan nilai sendiri di official lyric video mereka!


Kesimpulannya, kalo kalian yang kenal JFT dari lagu-lagu mereka sebelum ini pasti juga bakalan kaget. Tapi menurut gue mereka juga gak meninggalkan akar musik mereka yang dahulu, masih dengan synth, full distorsi, double pedal, breakdown dan growl. Cuma bedanya ada sound melodi gitar dan sound piano yang cukup banyak porsinya, mereka gak pake scream dengan nada tinggi lagi (begitulah gue menyebut scream nya deatchcore hahaha).

Lalu bagi kalian yang penasaran dengan konsep mereka coba aja cari soundtrack-soundtrack game persian macam Assasin's Creed atau game mitologi Yunani macam God Of War. Atau tonton kembali film-film kolosal mitologi macam 300, Gladiator, dll. Menurut gue sih konsep musik JFT kurang lebih mirip dengan soundtrack-soundtrack tersebut, cuma lebih dark aja sih mereka. Maaf sotoy x)

Tapi bagi kalian yang mencoba search google dengan keyword masonic music, mungkin bakal menemukan nama Mozart. Dan setelah gue cek di youtube, ternyata musik nya Mozart jauh dari yang gue cari hahaha. Lebih klasik ternyata.

Dan bagi kalian yang mau order CD mereka bolehlah menghubungi



Kemudian untuk musisi-musisi skena di era digital ini gue mau share satu link artikel dari Robin, gitarisnya Puppen:

Sejarah Unresolved

Semoga bermanfaat :D

Sekian review awam kali ini. Orang awam jadi review nya pun awam. Saking awamnya butuh dua malam buat nulisnya hihihi :p

Tidak ada komentar:

Posting Komentar