Tampilkan postingan dengan label underground. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label underground. Tampilkan semua postingan

Kamis, 14 Januari 2016

Meracau: Tentang Unit Hardcore-Punk Baru yang Menjanjikan


Oleh Mochammad IH | @aliasjojoz

Ketika penulis diminta untuk me-review sebuah single pertama dari sebuah unit hardcore-punk baru dari Jombang, penulis sedikit segan, mengingat koleksi penulis untuk musik hardcore-punk sangat terbatas. Kemudian posisi penulis yang tidak terlalu mengikuti skena musik arus bawah tanah Jombang dikarenakan kesibukan.  Lagipula penulis tidak menemukan hal yang baru dalam skena Jombang dalam hal tendensi dan keberpihakan politik mereka, sesuatu yang penulis tunggu-tunggu sejak gelombang Gerakan Menolak Reklamasi Teluk Benoa di Bali. Namun penulis ingin tulisan ini menjadi sebuah usaha yang sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya. Berikut single pertama Meracau yang diunggah ke akun soundcloud mereka:



Ketika mendengar pertama kali, sound gitar yang dipakai oleh mereka cukup retro. Hal ini memaksa penulis mendengar koleksi unit-unit punk lawas dan menemukan beberapa track Warzone yang cukup membawa pengaruh namun minus solo gitar. Ketika membuka koleksi musik punk kontemporer, penulis mendapati ada Vomit Crew dan The Kuda dalam Sebotol Whiskey, musik yang digeber cepat dan bertenaga tanpa tedeng aling-aling.



Di departemen lirik, suara mahasiswa perantauan indekos yang masih bergantung pada kiriman orang tua cukup kentara. Penulis merasakan apa yang ditulis Meracau adalah kejujuran atas kehidupan mereka. Hal ini cukup sering ditemui pada musisi arus pinggir lain, tentang suara-suara yang mereka rasakan sendiri secara subyektif, yang malah terkesan obyektif karena beberapa kelompok masyarakat juga merasakan perasaan dan penderitaan yang sama. Fenomena ini pernah penulis tuliskan dalam halaman yang lain di blog ini.

Penulis jadi mengingat Widji Thukul. Penyair ini menyuarakan kehidupan sehari-harinya dalam puisi-puisinya, suaranya dirasakan oleh orang-orang yang sehari-harinya bernasib sama dengan Widji Thukul, kaum miskin kota dan pekerja sektor informal yang dipinggirkan atas nama "pembangunan" Orde Baru. Sedang Meracau menyuarakan keadaan sehari-harinya yang diamini oleh kelompok-kelompok mahasiswa perantauan.






Wajah-wajah punggawa Meracau adalah para pemuda yang cukup aktif berseliweran di skena Jombang. Saking aktifnya, hampir tiap gig arus bawah tanah di Jombang unit-unit mereka selain Meracau menjadi langganan line up utama skena Jombang. Ya, Meracau bukan band pertama yang mereka bangun. Ketika penulis mendapati teaser proyek Meracau dibagikan di media sosial, penulis berpikir musik apalagi yang akan dihadirkan oleh anak-anak ini? Mungkin terkesan hobi membangun unit-unit musik yang baru dan terkesan meninggalkan unit lawas, namun penulis pikir inilah cara otentik mereka untuk membangun skena Jombang--yang seringkali dipandang kota yang tidak istimewa-istimewa amat, apalagi dalam dunia perkancahan musik arus pinggir. Penulis menghormati usaha-usaha mereka yang aktif membagikan hal-hal segar di skena. Viva la scena!

Kabar terbaru yang mereka bagikan kepada penulis, Meracau berencana akan mengemas Sebotol Whiskey dan 6 lainnya dalam bentuk CD, semangat Do It Yourself mereka tonjolkan. Sepertinya ini serius dan menjanjikan. Tabik.***

Senin, 11 Januari 2016

Perdebatan Seni Budaya Tentang Dekat Atau Tidak Dengan Keseharian



Beberapa hari yang lalu penulis membaca sebuah pendapat di salah satu wawancara dengan musisi arus pinggir yang baru saja mengeluarkan single terbarunya. Wawancara itu membawa sebuah narasi bahwasanya gairah terhadap musik arus pinggir (sidestream) yang semakin hari semakin kencang tak lepas dari pengaruh keseharian musisi tersebut yang rata-rata hadir dalam setiap karya-karyanya. Beda sekali dengan musisi arus utama (mainstream) yang rata-rata fulltime yang karya-karyanya kadang jauh sekali keseharian mereka bahkan pendengar mereka.

Musisi non-fulltime kadang bekerja paruh waktu menjadi pekerja, pedagang atau malah menjadi bos perusahaan. Soal keseharian yang dihadirkan musisi non-fulltime ini bisa diterima dan bahkan ramai pujian adalah karena keseharian mereka mirip, sama bahkan persis dengan para pendengar mereka, seolah-olah suara mereka terwakili oleh karya musisi non-fulltime tersebut.

Pendapat tentang keseharian awalnya penulis pikir adalah hal yang menggeneralisir. Dikarenakan tidak semua musisi fulltime tidak menggambarkan keseharian mereka, ada kemungkinan mereka menggambarkan keseharian mereka dalam sebuah karya. Namun bila ditarik ke dalam sejarah, perdebatan musisi fulltime vs non-fulltime ini menggambarkan perdebatan melegenda antara kamerad-kamerad Lekra dengan para punggawa Manifes Kebudayaan pada era paska Revolusi Kemerdekaan '45, bahkan perdebatan kontemporer di kancah musik arus utama yang diawali oleh rasa sinis Jrx dari Superman Is Dead (SID) terhadap para musisi yang tidak terjun dalam dunia aktifisme.

Perdebatan Lekra dan Manifes Kebudayaan terletak pada letak kebudayaan itu sendiri. Lekra bependapat bahwa kebudayaan haruslah ada campur tangan politik dan membawa manusia dan kesehariannya. Manifes Kebudayaan berpendapat bahwa kebudayaan itu haruslah lepas dari politik dan berdiri sendiri sebagai seni yang murni tanpa ada campur sosial di dalamnya. Setelah Lekra dimusnahkan bersama Partai Komunis Indonesia, jelas Manifes Kebudayaan adalah pihak yang menang bersama Orde Baru-nya. Hal ini bisa ditandai dengan seni kontemporer negeri ini yang seringkali dikotak-kotakkan dengan seni kelas berduit dan seni kelas kere. Ya, seringkali kita merasa ada seni yang tak terjangkau dan hanya milik kaum berduit.

Perdebatan Jrx dengan musisi fulltime yang tidak bergerak dengan keadaan sosial secara historis bisa dilacak dari konsistensi SID membuat lirik perlawanan atas ketidak-adilan dalam karya-karyanya. Dalam filsafat materialisme, sesuatu yang dibuat oleh manusia berasal dari kesadarannya akan alam dan kesehariannya yang saling berdialektika. Jadi SID membuat lirik-lirik pemberontak itu berasal dari keseharian mereka sendiri, bukan dibuat-buat. Kemudian background Jrx sendiri yang seorang musisi namun juga aktivis yang 2-3 tahun ini fokus bersuara dalam perlawanan terhadap proyek reklmasi Teluk Benoa. Keseharian Jrx inilah yang tidak dimiliki oleh musisi fulltime yang disebut olehnya.

Tesis dan antitesis ini akan saling berdialektika hingga akhirnya bernegasi. Manifes Kebudayaan menegasi Lekra. Musik arus pinggir menegasi musik arus utama. Namun tesis musisi yang tidak peduli keadaan sosial melawan antitesis wacana Jrx bersama gerakan melawan proyek reklamasi Teluk Benoa masih berlangsung.***

Senin, 30 Juni 2014

[Review Awam] Billfold - Memories Of Mine

Buffering lagunya dulu deh


Billfold adalah sebuah band pop punk/hardcore yang berasal dari Bandung. Menurut gue semua anak yang bergaul di dunia skena musik hardcore/punk di Indonesia pasti tau band ini, semacam popular sekali. Kalo manggung pasti penuh berdesakan. Gue sekali lihat mereka dan memang benar-benar memecah suasana, emang daya magis nya Gania ini bener-bener keren hahahah bercanda.

Jadi bulan Juni kemarin mereka resmi rilis full album dan langsung menghajar para fans nya dengan ngadain Brave Tour Jawa-Bali. Sebelumnya mereka juga bikin mini dokumenter yang terbagi jadi 4 episode menceritakan bagaimana proses pengerjaan Brave.







Ada satu lagu dalam album Brave yang melenceng jauh dari genre mereka sendiri, nah itu yang pengen gue review hahaha.

Memories of Mine dibuka dengan sebuah melodi pelan yang kedengarannya bersatu dengan ketukan drum dan iringan rhytm-nya. Mengingatkan pada lagu-lagu "sendu" nya Blink 182 (ex: I Miss You) hahaha. Suara Gania mengalir tanpa ada power yang cukup signifikan. Cocok banget didengerin ketika kita berada pada sebuah perjalanan atau ketika jam-jam pulang dari kantor atau sekedar menemani ketika kita merasa sendirian. Lagu ini dijamin bakal jadi hits besar di dunia mainstream jikalau punya agensi yang paham betul pasar mainstream di Indonesia, dan melupakan sejenak bahwa Billfold adalah band garis keras hahahah. Iseng banget nih temen-temen Billfold bikin lagu ini.

Belum ada yang bocorin liriknya di Internet, tapi albumnya sudah bocor di Youtube. Gue tau memang salah, etikanya memang salah ketika CD nya belum habis namun sudah ada yang sharing musik yang mungkin beberapa orang tau cara mendownload nya secara gratis.

Namun sejak awal ketika mendengar kabar bahwa Billfold mencetak album Brave dengan CD, gue langsung kecewa. Kenapa gue kecewa alasannya ada di artikel ini, jadi baca sendiri hahaha. atau yang ini

Tapi menurut gue skena musik Bandung itu unik sekali, cara teraneh yang menolak pakem yang ada mereka bisa bertahan bahkan semakin besar. Contohnya mungkin banyak sekali sekarang band-band di Bandung yang masih pake sistem jual CD dan masih terngiang namanya.



Sukses terus buat Billfold!

----------------------------------------------------------------------

Akhirnya nemu juga liriknya hueheheh.

Lirik lagu

Billfold - Memories Of Mine

Watching the clock counting down the hours
Just stare out the window sit and look at the street light
The trees dancing and just ask myself
I've thrown my voice out at more than one litle
Trying to make that smiley face stick where the lips split
On this road trip

Wheels and singing hills join the chors
Just close my eyes and the memories take me home
Didn't think it would be this hard
Look happy or i will ruin all the fun
Throw my hands in the air and every wind
That blows and windows down chillin with a songs

Oh... Another day another round
And the days gone by
Listen closer to this song
Just a memory of mine
And the days gone by

-----------------------

Whoever Sydney G is, Thank you very much! :D

Btw ada beberapa lirik lagu Billfold yang lain di sini https://community.musixmatch.com/lyrics/Billfold/Memory-Of-Mine

---------------------------------------------------------------------------
Jombang, 17 Maret 2016

Karena sebagian besar pengunjung blog ini mencari arti lirik dari lagu ini, maka saya jadi ingin menerjemahkannya. Baiklah ini terjemahan manual dan kasar, enjoy.

Memories of Mine (Kenangan Milikku) by Billfold

Memandang jam yang berdetik menghitung waktu.
Hanya duduk menatap jauh lewat jendela dan melihat pada lampu lalu lintas.
Pepohonan menari dan bertanya pada diriku.
Aku mengeluarkan suaraku lebih dari sekali.
Mencoba untuk menempel senyum di wajah meski bibir ini robek.
Dalam perjalanan ini.

Roda dan bukit bernyanyi ikut meramaikan suasana.
Aku hanya menutup mata dan anganku membawaku ke rumah.
Tidak pernah berpikir bakal sulit begini.
Berusaha terlihat bahagia atau aku bakal melewatkan semua kesenangan.
Aku melemparkan tanganku ke udara, setiap angin yang bertiup dan jendela menutup tenang dengan sebuah lagu berputar.

Oh, lain hari, lain babak.
Dan hari pun berlalu.
Mendengarkan lagu ini lebih dekat.
Hanya kenangan milikku.
Dan hari pun berlalu.***

Interpretasi: ini sebuah lagu road trip, lagu yang bisa disetel di mobil dalam sebuah perjalanan jauh dalam keadaan hujan. Sang protagonis menggambarkan dirinya dalam keadaan bosan, terasing, seperti menjalani rutinitas biasa. Mungkin Billfold terilhami dari perjalanan tur panjang mereka sebelum menulis album penuh pertama mereka ini. Atau mungkin juga tidak, who knows? Menjalani tur panjang dengan kegiatan manggung-tidur-main2-menempuh jalan jauh-tidur-manggung, dst terdengar membosankan. Namun lagu ini bisa juga diinterpretasikan pada kaum urban kelas menengah yang terjebak macet di jalanan, membenarkan kredo tua di jalan dengan sublim: berusaha ingin terlihat bahagia, namun tetap saja frustasi.***

Sabtu, 28 Juni 2014

[Review Awam] Thirteen - Klimaks (ft Fajar Ibel)

Thirteen adalah sebuah band Electro-Post-Hardcore/Screamo berasal dari Jakarta. Penuh kenangan kalo nulis tentang Thirteen, apalagi nyemplungnya gue di dunia underground music movement gegara lihat perform mereka di Radio Show:



Setelah itu gue sempet pasang foto personilnya sebagai header di Facebook, dan langsung jatuh cinta sama musik mereka. Apalagi sejarah mereka panjang sekali di lingkungan skena musik Jakarta, menurut gue semua anak-anak di skena mungkin hormat sama mereka (tapi entah di jaman hardcore/punk sekarang hahaha).




Setelah album pertama mereka keluar, udah terjadi pergantian personil. Lalu setelah album kedua, Epidemic rilis tahun 2011 jarak 3 tahun kemudian (tepatnya tahun 2014) growl vocal mereka, Raynard memutuskan keluar. Lalu baru-baru ini basist dan drummer mereka, Jodi dan Akbar/Radit memutuskan keluar juga. Sedikit kecewa sih, tapi hidup terus harus moving on kan. Lagian Thirteen itu adalah satu dari sekian band yang hidup di jaringan skena musik underground/indie movement Jakarta, jadi meski gak bermain bersama Thirteen lagi, dalam hati mereka tetap dukung karena mereka masih berada satu lingkungan, satu roots, satu akar, apalagi Akbar termasuk salah satu pendiri Thirteen.

Oke kelamaan basa-basinya hahahaha.


Klimaks adalah single Thirteen untuk pemanasan sebelum Undead, judul EP mereka rilis secara resmi. Intronya ada manipulasi suara sedikit (yang familiar)  namun ketika vokal sudah masuk langsung mengingatkan gue pada lagu BMTH - Fuck namun tanpa melodic. Gue kira Thirteen bakal ganti genre Metalcore, namun pada part lagu selanjutnya langsung menyadarkan gue bahwa mereka masih Thirteen yang mengeluarkan album Epidemic, lalu part selanjutnya sedikit ada melodic tetapi masih dengan ketukan yang sering terdengar di album Epidemic. Dua part ini mengingatkan gue pada lagu Hip Your Hop di Epidemic namun tanpa melodi dari synth. Lalu kemudian sahutan rap dengan ketukan nu metal/hip rock. Lalu di lanjut dengan part clean vokal yang kali ini dengan tempo yang lebih santai. Memang pada perpindahan part rap ke clean vokal menurut gue rada sedikit miss, tapi selanjutnya dibayar lunas dengan raungan distorsi dan growl vokal yang cukup membawa suasana. Keren. Lalu ditutup dengan breakdown dengan nada-nada synth yang mengiringinya.

Overall menurut gue ini Thirteen yang sama, namun tanpa growl vokal Raynard yang garang itu dan tanpa clean vokal Jodi, mungkin karena masih ada Eponk dan Bondry yang mengisi departemen gitar dan synthezizer. Tapi vokal clean dan growl yang ini juga (gue gak tau siapa hahaha) keren juga kok, seperti rasa baru dari Thirteen. Mungkin intronya sendiri yang lebih metal sih menurut gue. Dan Thirteen selalu mix and match musik dengan genre lain, dan memasukkan rap di dalam lagu mereka itulah bukti mereka masih mempertahankan ciri Thirteen yang kita kenal selama ini.


Panjang umur, Thirteen!

Selasa, 17 Juni 2014

[Review Awam] Just For Today - Gold, Glory And Gospel (2013)





Karena seorang cewek, jadi dengerin lagi band-band metalcore. Langsung teringat ada temen yang pengen kita ngereview album mereka, sebuah band dari skena musik keras Jombang bernama Just For Today.





Band ini cukup punya nama di skena Jombang meskipun baru didirikan sekitar tahun 2011 (menurut situs reverbnation mereka). Sempat gue nulis tentang event launching album mereka setahun yang lalu, dan sedikit gue review album mereka di postingan itu. Karena gue emang anak baru di skena, jadi ya mohon maklum kalo reviewnya awam banget hehehe. Apalagi metalcore yang gue tau cuma segelintir, itupun sebagian besar generasi-generasi nya BMTH, dan teman-temannya x)

Awalnya gue kaget-sekagetnya ketika genre mereka dirubah, dari awal yang gue kenal mereka bergenre  Deathronic (bener kan deathronic?) menjadi Metalcore. Yak, kekagetan itu terjadi setelah mereka menggratiskan single mereka, The Unseen Hands. Dan temen-temen gue yang lain yang kenal sama JFT dengan Superman Is My Hero juga mengatakan hal yang sama.

Pada saat awal melihat album mereka di genggaman, menurut gue dari awal konsep mereka sudah jelas, menurut gue mereka memakai mitos-mitos Masonic sebagai konsep utamanya. Mulai dari judul lagu macam For All People Who Called One Eye (Teruntuk semua orang yang disebut mata satu) dan The Unseen Hands (tangan yang tak terlihat), (mungkin) lirik lagu, judul album, desain packaging albumnya.

Hal yang memorable dari track pertama Gold, Glory and Gospel, Tortured (Tersiksa) adalah breakdown yang "gak seperti biasanya"  hahahaha menurut gue itu jenius sekali! Diawali dengan suara harmoni piano yang minimalis tapi dramatis (mengingatkan gue sama backsound nya game Yugi-oh di Playstation yang dulu cukup fenomenal di masa SD gue hahaha yang sama-sama memakai tema masonic). Ada part dimana masih ada unsur synth keyboard yang menurut gue bener-bener ciri khas dari JFT (Just For Today) yang bener-bener enjoyable banget dengerinnya.

Track kedua, For All People Who Called One Eye (Untuk Semua Orang Yang Dipanggil Satu Mata--google translate). Pernah lihat lagu ini dibawakan pada sebuah gigs--kalo gak salah Battle Party #1. Masih berada akar yang sama dengan track awal namun lebih banyak breakdown yang lebih metal di lagu ini (menurut kamus orang awam hahaha). Ditambah porsi synth yang lebih banyak, dan ada part harmoni piano yang dramatis lagi disambung dengan rythym gitar dengan keras. Mungkin gegara lagu ini, sampai ada temen gue yang bilang genre mereka jadi Gothic metal. Kalo gotik-goyang itik mah tampil di tivi bro hahahai.

Victim (Korban) berada di track ketiga. Mungkin hal yang memorable adalah harmoni dari piano, breakdown dan growl yang bener-bener pas yang bener-bener membangkitkan semangat untuk berpogo. Kalo saja kamar gue segede lapangan mungkin udah moshing gue hahaha. Kemudian ada part dimana ada pembacaan sebuah rangkaian kata-kata dalam bahasa Inggris (gue sih nyebutnya puisi hahaha) diiringi dengan melodi gitar dan harmoni dari piano. Vokal serak-serak (?) dan growl yang bersahut-sahutan, bener-bener asoy. Dan diakhiri dengan

Librarim menjadi track keempat yang menemani kita bermosh-ria. Diawali dengan melodi gitar berdistorsi yang bersahutan dengan dobel pedal, metal sekali. Di track inilah gue menyadari ada unsur metal di album ini (dari tadi kemana aja vroh x). Namun menurut gue, formulanya hampir gak ada perbedaan dengan track-track sebelumnya.

Mungkin The Unseen Hand adalah lagu yang paling nempel di otak gue. Ada beberapa part yang gue suka. Pertama, ketika di awal vokal growlnya masuk ke lagu. Kedua, suara synthesizer nya masuk dan disambung dengan growl kemudian disambung dengan melodi gitar yang bersahutan dengan vokal serak-serak (?) dan begitu kerennya ketika suara pianonya memakai skill kecepatan dengan harmoni seperti itu bersahutan dengan distorsi gitar.



Breath of Ruins menjadi penutup mini album temen-temen kita. Intronya bener-bener keren bro! Dan nilai sendiri di official lyric video mereka!


Kesimpulannya, kalo kalian yang kenal JFT dari lagu-lagu mereka sebelum ini pasti juga bakalan kaget. Tapi menurut gue mereka juga gak meninggalkan akar musik mereka yang dahulu, masih dengan synth, full distorsi, double pedal, breakdown dan growl. Cuma bedanya ada sound melodi gitar dan sound piano yang cukup banyak porsinya, mereka gak pake scream dengan nada tinggi lagi (begitulah gue menyebut scream nya deatchcore hahaha).

Lalu bagi kalian yang penasaran dengan konsep mereka coba aja cari soundtrack-soundtrack game persian macam Assasin's Creed atau game mitologi Yunani macam God Of War. Atau tonton kembali film-film kolosal mitologi macam 300, Gladiator, dll. Menurut gue sih konsep musik JFT kurang lebih mirip dengan soundtrack-soundtrack tersebut, cuma lebih dark aja sih mereka. Maaf sotoy x)

Tapi bagi kalian yang mencoba search google dengan keyword masonic music, mungkin bakal menemukan nama Mozart. Dan setelah gue cek di youtube, ternyata musik nya Mozart jauh dari yang gue cari hahaha. Lebih klasik ternyata.

Dan bagi kalian yang mau order CD mereka bolehlah menghubungi



Kemudian untuk musisi-musisi skena di era digital ini gue mau share satu link artikel dari Robin, gitarisnya Puppen:

Sejarah Unresolved

Semoga bermanfaat :D

Sekian review awam kali ini. Orang awam jadi review nya pun awam. Saking awamnya butuh dua malam buat nulisnya hihihi :p

Kamis, 05 Juni 2014

[Behind The Scene] Jokowi vs Prabowo

Hai, pembaca blog gue yang tercinta yang tak dapat terdeteksi, atau lo emang robot hahaha bercanda. Kali ini gue mau sharing tentang artwork yang kemarin gue posting di Instagram.


Sedang hangat-hangatnya pemilu pilpres untuk memutuskan masa depan bangsa ini. Mau diteruskan atau adanya perubahan. 2 kandidat bersaing kuat, kalau dilihat track record partainya. Kedua kubu ini adalah oposisi di masa pemerintahan kedua presiden SBY. Jadi gue sangat suka bilang pemilu tahun ini adalah kemenangan oposisi--yah meskipun akhirnya perpecahan jadi dua.
Dalam postingan gue di Instagram gue menyebut orang-orang Orde Baru di belakang kedua kandidat tersebut. Jadi kali ini gue akan jabarkan 1 poin mengapa gue gak suka sama orang Orde baru.

Mereka Gak Peduli Keadaan Bangsa Ini

Soeharto memang sudah mati. Sebenernya meskipun orang-orang ini baik hati dan memperjuangkan keadaan orang banyak di jaman Orde Baru, mereka akan takut sama satu orang ini. Jadi ketika mereka ditanya tentang pertanggung-jawabannya atas perbuatan di masa lalu mereka bakal mengkambinghitamkan Soeharto.
Memang kelihatan masuk akal, gue pun setuju tapi gue dengar orang-orang ini ada yang memanfaatkan kedudukan mereka dengan menjilat Soeharto. Mulai dari bisnis keluarga sampai kekuatan politik. Dan itu terjadi sampai sekarang, siapa pun yang berkuasa. Bagi mereka apalah nasib bangsa Indonesia ini. Sehingga gue berpikir mempertanyakan, pejuang-pejuang reformasi belum tuntas perjuangannya tapi momentum mereka sudah lenyap.

Kapitalisme selalu menjadi debat yang tak berakhir. Kekuatan besar yang dihadapi benar-benar kuat, katanya. Tapi setelah bertahun-tahun berjuang merubah hidup kemiskinan namun tetap miskin, timbul pertanyaan apakah hidup dalam kemiskinan itu hal yang normal?


Senin, 26 Mei 2014

[Review] Ever Rest Indonesian Tour 2014: Givers And Takers, Jombang




Udah kali kedua ini lihat gigs di Devys Cafe, Jombang. Yang pertama adalah Havoc Indonesian Tour. Panitianya masih sama, orang-orang yang seringkali ngundang ben-ben Hardcore ke Jombang. Dan yang bikin resek pun masih sama hahahha.

Kemudian terpikir pertanyaan, apa sekarang udah gak boleh bikin gigs di Gedung Juang ya? Pertanyaan itu sempet dijawab sama Mukri, salah satu temen gue yang cukup kenal beberapa temen-temen di skena ini. Katanya sih sekarang sih cuma bisa dipakai event 2 kali dalam setahun. Wahh. Apa ini akan menjadi titik awal tenggelamnya skena Jombang?

Tapi sebelum membahas itu lebih jauh, mari kita review acaranya dulu. Gue tiba di venue sekitar sebelum maghrib. Karena merasa capek gegara cuaca yang lumayan panas akhirnya kita duduk-duduk di parkiran sampai break maghrib selesai. OTS nya hanya sekitar Rp. 15.000 mendapat tanda masuk sebuah stiker.

Line up malam itu all HC, sebelum Bouncer dari Madiun main ada ben HC yang cukup bersih mainnya. Lalu disambung Bouncer yang vokalisnya cukup aktif memancing mosh circle. Lalu estafet panggung disambung Losershead yang kali kedua ini gue ngelihat mereka bener-bener dihormati dengan main sebelum guest star utamanya hahaha. Good job guys! Sempet diwarnai kericuhan yang tidak perlu, kayak ngeliat drama anak kecil bikin gak bisa enjoy nikmatin gigs ini.

Akhirnya guest star utamanya muncul, Ever Rest. Salut dengan cara sosialisasi mereka yang terkesan mau belajar. Vokalis mereka juga cukup aktif menyapa teman-teman. Yang paling memorable mungkin kata-kata KITA SEMUA SODARA yang diucapkan kayak semacam kampanye gitu hahaha. Mungkin yang paling cocok menggambarkan musik mereka adalah post-hardcore, atau mungkin karena pengetahuan gue yang cetek kali ya, gak tahu hardcore macam apa yang mereka mainkan--yang bukan beatdown macam Fraud, atau Oldchool youth crew macam Warzone. Tapi dibalik itu semua, gue suka banget sound bass nya! Masih penasaran dengan cara anak-anak bikin sound bass kayak gitu. Dinaikin suaranya apa gimana, gak tau hehehe.

Kemudian hal yang perlu gue garis bawahin sih, kalo next time bikin acara lagi sampek ada yang resek lagi kemungkinan gue gak bakal datang lagi sih. Ini kayaknya juga dirasain sama anak-anak, tapi gue gak tau juga. Pengennya gue gak ambil pusing, tapi kalo diterus-terusin yah kasian panitianya juga kan namanya jadi jelek.

Kemudian sejak gigs kemarin itu, gue jadi kangen gigs di Gedung Juang. Melihat betapa luasnya venue gak sesempit di Devys Cafe, jadi bisa dance dengan sesuka di hati tanpa menimbulkan kericuhan yang gak perlu. Hihihi.

Balik lagi ke topik awal, apakah ini jadi titik awal keterpurukan skena? Gak tahu juga. Ya mudahan aja bapak-bapak yang pikirannya Orde Baru bisa memfasilitasi tempat yang punya potensi buat acara musik yang maksimal. Amin.

Rabu, 21 Mei 2014

[Review] Forbidden Party #1 Mojokerto x Indie Clothing Carnival, Rampal Malang

Karena gak sempet untuk syuting dan editing, buat Gigs Exploration menyusul yaa hahaha. Ngeles banget nih ceritanya.




Kita mulai dengan Forbidden Party ya. Jadi ceritanya saya di sini gak ngerti apa-apa masalah event ini, tiba-tiba ada bbm masuk dan ngajakin berangkat. Dibayarin lagi. Aseekk.

Tempatnya sendiri di Gor Majaphit, Mojokerto. Acaranya all genre. Karena baru pertama kali ke situ, jadi keheranan banget kalo tempatnya lumayan gede banget. Tapi gak imbang sama penontonnya. Ada tribun di kanan kiri yang di isi penonton tapi gak mengisi ruang festival. Jadi kelihatan kosong melompong gitu, gak kayak Gedung Juang. Untuk sound-nya sih sama aja kayak Gedung Juang, pada mantul suaranya.

Kekurangan sih pintu masuknya. Jadi gak dibedakan antara pintu masuk dan keluar. Sayang banget.

Karena gak begitu kenal sama skena Mojokerto jadi gak begitu menikmati acaranya. Lebih lengkap ntar nonton aja Gigs Exploration yah hehehe.



Event selanjutnya yang gue datengin adalah Indie Clothing Carnival di Lap Rampal, Malang. Gue lupa tanggalnya, tapi pada waktu itu gue dateng saat Guest Starnya Outright. Temen gue yang salah satu fansnya ngajakin berangkat berdua. Gue iyain aja.

Awalnya gue dan Rizki, temen gue udah diwanti-wanti sama Andik, empunya kos yang bersedia di inepin rumahnya buat berhati-hati di Rampal, karena sangat rawan kecopetan di event-event ramai seperti ini. Gue juga udah menunggu penampilan penampilan pembuka Outright, yaitu Sharkbite. Melewatkan beberapa lagu dari mereka tapi 5 lagu terakhir bisa gue nikmatin meski udah jarang lagi dengerin Sharkbite hahaha. Tapi gue rasa kayaknya vokalisnya lagi capek karena penampilan mereka kayaknya kurang maksimal. Dan kemudian mimpi terburuknya adalah BB nya Rizki hilang. Tsah.

Gue taunya pas Sharkbite menyelesaikan penampilan mereka. Screaming Out naik panggung selanjutnya, tapi gue istirahatkan dulu tenaga gue buat Outright. Outright kemudian naik panggung dan di tengah-tengah penampilan, mereka memperkenalkan vokalis saat itu yang ternyata ada pergantian personil di tubuh mereka. Baru tau gue. Tapi memang sih ben-ben indie sering sekali gonta-ganti personil, jadi memang hal yang biasa.

Entah kenapa gue membandingkan Rosemary sama Outright. Pelafalan bahasa Inggris Outright bener-bener lancar sekali. Kalo Rosemary yang fun abis dengan aksen Sunda yang kental, berkebalikan sama Outright. Hahaha.

Tapi di luar itu, penampilan Outright bener-bener maksimal. Stamina gue aja gak bisa menandingin penampilan mereka sampai akhir, bahkan kaki gue hampir kram hahaha. Dan ikut pertama kali masuk moshpit aja gue terpelanting dengan alas aspal, kebayang kan sakitnya? Sampe sekarang sakitnya kerasa padahal udah lewat seminggu acaranya hahaha.

Mungkin tips yang gue bagikan kali ini adalah: lebih baik simpan semua barang dari hape sampe dompet di jok motor. Dompetnya beserta surat-surat diambil, tapi uangnya masukin kantong aja. Kalo ada yang bisa dititipin di venue ya titipin aja, tapi kalo memang masih was-was mending balik ke parkiran taruh semua barang berharga di motor. Jadi gak usah bawa banyak barang deh.

Mungkin gue bakal nunggu ada event gigs yang punya jasa penitipan barang macam supermarket gitu. Panitia untung, penonton juga untung. Hahaha. Mungkin next time gue bakal ngevideoin acara, setelah itu balik ke parkiran buat nyimpan hapenya hahaha. Sip.

Jumat, 02 Mei 2014

[Review] Just For Today New Merch Tee 2014

Awalnya iseng mesen tapi akhirnya jadi beli juga hahaha. Di detik detik akhir malah ganti ukuran maunya yang XXL, biar cocok sama animo HC di Jombang hhohohoho. Dasar emang tukang ngikut trend. Tapi unik juga sih, kaos metal tapi fashion nya HC. Wah wah wah. But, who's care. Pokoknya support terus hohoho.




Menurut informasi yang gue terima, vendornya dari Kediri. Dan gue juga termasuk dibilang langganan dari brand yang pake vendor tersebut--gak usah sebut merek deh ya hahaha. Gue sama Just For Today udah kenal lama, masa awal-awal ketika gue mengenal tentang scene underground Jombang sekitar masa dimana demam awal HC yang akhirnya sekarang rata-rata tiap anak SMA di Jombang memakai dress code hip hop.

After all, tentang kaosnya mungkin gue nilai 6 karena kualitas sablonnya. Ini karena menurut gue hasil sablonnya tidak sesuai dengan gambar desainnya. Emang sih gue menyadari kalo emang sulit sekali menyablon kaos dengan kualitas sama dengan desainnya. Apalagi format photoshop. Begini perbandingannya.







Yang di atas yang gue beli dan yang di bawah adalah desain yang disebarkan sebagai Pre Order. Saran gue sih next time, desainnya pake format vector aja jangan bitmap heheheeh.

Kalo kalian mau beli juga segera aja Chargecity x Inception 99 di Jalan Pahlawan, Jombang. Ada bonus CD + sticker juga dari Just For Today.



Happy weekend, fellas!

Jumat, 28 Maret 2014

Inside x Dead Trap: Havoc - The Undiscovery Paradise Indonesian Tour 2014 Jombang



Jikalau kalian udah nonton video di bawah ini duluan, ada dua hal yang gue kasi tau.



Pertama, kalian pembaca setia blog ini. Terimakasih atas apresiasi kalian.

Dua, video tersebut udah mencerminkan apa yang mau gue tulis di postingan ini. Hehehe. Jadi untuk memperlengkap video nya maka dari itu gue harus menambahi beberapa hal.

kalo gak salah Brightside Haze pas lagi sound check

Hal yang pertama adalah susunan band yang perform. Di video ada beberapa band yang enggak gue sebutin karena salah baca banner (bannernya terus di update sama panitia hingga hari H, jadi gue kebingungan nyari yang mana harus dibaca hahaha.

Kedua, layar hitam yang kalian lihat di pertengahan video itu gak sengaja sih. Jadi ada satu scene gak penting dan gue kehabisan ide buat ngeditnya. Dan hasilnya gue suka! Hahaha seringkali ketika gue lihat videonya jadi kaget sendiri, apa ada yang rusak sama lepi gue hahaha. Nice try!

Ketiga, kenapa namanya Gigs Exploration? Sebenernya itu gegara Jaenab.



Nah karena masih nyambung sama postingannya Jaenab jadi lebih baik pake nama yang sama. Cihuy.

Ohiya, thumbnail video nya sebenernya udah diganti tapi kok sama aja yak. Ini thumbnail resminya.


Apalagi yak. Mungkin dalam waktu dekat belum ada lagi, karena gigs di Jombang masih belum ada yang menarik buat di review. Tapi gak menutup kemungkinan gig-gig yang ada di Jombang doang, mungkin di luar kota gue juga bakal review dan videoin.

Ohiya, inspirasi utama untuk bikin video ini adalah seperti apa yang gue bilang adalah anak-anak dari Roadkill Picture. Mas-mas mantan mahasiswa jurusan film ini menyalurkan keahlian akademisnya dengan menggabungkan hobinya idolling, itupun awalnya cuma 2 orang, akhirnya bertambah banyak yang ikutan. Menurut mereka pada suatu wawancara, awalnya banyak acara sejenis tapi satu-satu berguguran dan hanya menyisakan mereka seorang dan sekarang sudah 51 episode webseries mereka online di youtube.

follow  @officialumn48

Udah ah gitu aja.

Bonus:



Minggu, 23 Februari 2014

Review: Bising Rock Merch - Secret Weapon

Jadi kemaren iseng beli kaos lagi, buat di review (aslinya sih emang niat banget buat beli kaos x)). Asli, lama-lama posting kayak gini lagi jadi kayak fashion blogger ahahaha. Sebenernya gak ada yang salah dengan jadi fashion blogger, toh fashion sendiri membuat diri kita menjadi percaya diri layaknya superstar.


Bising Rock Merch sendiri adalah clothing apparel yang sepertinya mengkhususkan diri di bidang merchandise band (fanpage mereka). Berbasis di Surabaya, namun aku sendiri beli produk mereka di Inside Store Jombang.

Ngomong-ngomong, akhir-akhir ini mikir juga kalo membuat merch ben kepastian perputaran uangnya terjamin, karena pendengar setia sebuah ben atau musisi pasti memandang produk seperti ini more valuable dan menandakan identitas mereka. Cocok buat kamu yang emang nyari biaya hidup dari bisnis clothing line. Aku sendiri juga lumayan tertarik dan mau pindah konsep lagi hahaha, karena memang membangun brand yang independent dan terkenal butuh investment yang tidak sedikit bro.







Kainnya sendiri lebih ke arah combed cotton dengan jahitan 30s (dimana clothing line yang lain sekarang berlomba-lomba membuat produk dari bahan bamboo cotton yang lebih halus dengan teknologi anti-bakteri CMIIW). Print (sablon) nya sendiri aku gak yakin antara discharge ink (standard clothing line saat ini) atau rubber ink, yang jelas mereka menambah glitter ink agar terlihat berkelap-kelip seperti kunang-kunang hehehe (kidding). Ini sebenernya review ngaco sih. Hahhaa. Ohiya, print bagian depan katanya Fatih, owner Inside itu anak-anak HC Jombang semua yang ketangkep kamera ketika Secret Weapon mampir ke Kediri dalam rangka United By HardCore tour tahun 2013 yang lalu. Bener-bener kebetulan hahaha.

Animo hardcore fashion style dengan kaos big size+big print, snapback, shortpants sporty, bandana, style like a gangsta, bahkan handuk, varsity jacket, vans shoes bahkan running shoes, etc lagi puncak-puncaknya di Jombang, apalagi minggu depan ada acara ini dengan full line up ben HC. Gile.

Btw, Secret Weapon adalah ben Hardcore asal Pontianak, Kalimantan Barat. Mereka sendiri menyebut musik mereka dengan "rentetan beat ala madball dan raungan vokal ala beastie boys". Kalo kamu doyan hip hop pasti bakal suka dengan mereka, meski kayaknya mereka gak mau disebut Rapcore.



Gimana? Mantep kan? Hahhaa. Sekian review kali ini, next time I kill you eh maksudnya see you di next review! And enjoy your Sunday!

Senin, 17 Februari 2014

Jombang Hardfest 2014: Perjudian Besar


Judulnya sok kontroversial hehehe. Padahal isinya biasa-biasa aja. Tapi memang intinya memang perjudian sih, menggagas sebuah acara yang dinilai beberapa teman bakal jadi bentrokan antar skena metal, punk dan hardcore.

gedung juang
Hadir sangat terlambat karena pada awalnya tidak begitu bersemangat dengan line up yang dijanjikan. Jadi melewatkan perform dari teman-teman GM (mereka bawa banner GM Familia yang super besar di dalam venue hahaha). Jadi enjoy saja menikmati perform seadanya, tak mengerti tentang rundown acara, sambil menjadikan venue ajang saling sapa ke teman-teman yang terlihat familiar dan sering ketemu di event-event seperti ini serta juga menikmati beberapa wajah-wajah ayu yang meng-eksiskan diri di ranah underground, bahkan ada yang sampai pamer paha. Kamu memang putri hari itu, lady.

gedung KPRI nih http://aldocyber.blogspot.com/
Overall permulaan yang bagus untuk tahun ini sebagai event yang dinantikan oleh para scenester Jombang yah terutama oase buat para hatkor kit sih. Terakhir mungkin Metal Blast 2013 Desember yang lalu, entah event-event metal yang lain yang mungkin gak terendus hidungku hehehe sejak Januari yang lalu.

Kekhawatiran terjadi bentrokan yang besar ternyata tidak terjadi, guys. Meskipun pada akhirnya ada saja bentrokan-bentrokan kecil yang mungkin gak sampai berujung tawuran saat Battle Party kemarin. Yah, mungkin peristiwa itu jadi pelajaran buat kita semua sebagai supporter indie music movement di Jombang. Namun beberapa teman sudah hapal dengan aktor-aktor dibalik bentrokan-bentrokan yang seharusnya tidak perlu terjadi itu.

Tempatnya benar-benar sampah, sungguh Gedung Juang itu tidak layak pakai untuk event music, dengan sound yang benar-benar tidak maksimal bekerja. Ditambah dengan adanya himbauan untuk tidak melaksanakan acara hingga malam hari yang sudah menjadi rahasia umum di tengah teman-teman. Mungkin karena proses ijin yang mudah serta sudah friendly dengan teman-teman, maka tempat itu jadi selalu jadi pilihan teman-teman buat melaksanakan acaranya. Mungkin lain kali ngambil gambar tempatnya deh ya.

Panitia acaranya sendiri friendly dan terlihat sudah berpengalaman dalam melaksanakan acara-acara seperti ini. Mulai dari ticketing, pemasangan banner dan yang memorable adalah area jalur masuk dan keluar yang diberi pagar-pagar besi sehingga teman-teman bisa masuk dengan tertib. Sungguh kreatif sekali. Jempol deh. Dan baru kali ini melihat event dengan penuh logo-logo sponsor seperti itu, meski yah banyaknya sponsor tidak menandakan dana yang diterima panitia juga besar. Kemudian juga baru kali menemukan beberapa teman skinhead lengkap dengan sepatu "doc marten" nya hahaha.

Ben-ben semacam gothic metal banyak yang hadir buat main, namun ini baru pertama kalinya aku lihat para metalhead Jombang ber-headbang ria dengan tertib. Beda sekali ketika salah satu temen HC yang tiba gilirannya untuk bermain malah 75% venue digunakan oleh para hc kids untuk ajang "berolahraga". Seru sekali. Hahaha. Maka dari itu kadang memang terasa ada diskriminasi tertentu antara para hc kids dengan metalhead mengenai apresiasi musik terhadap ben-ben yang main.

Tapi pada dasarnya niat kita ikut event apa sih? Ya bersenang-senang dong, masa bodoh, peduli setan, persetan dengan diskriminasi, fasis dan istilah-istilah yang menandakan ada tembok di antara kita.

Ya kan? Ya dong.

Rabu, 29 Januari 2014

Apakah Hanya Euforia Sesaat Yang Gampang Dilupakan?

Rossi Musik Fatmawati -- salah satu venue tersibuk untuk event-event underground di Jakarta
(menurut aku sih hihi)
Suatu hari cak Herman, salah satu kakak kelas yang suka naik gunung bertanya.

"Sebenernya konser-konser yang mengatasnamakan sosial, penggalangan dana itu dampak sosial yang jauh itu apakah ada atau cuma hanya euforia tanpa edukasi?"

Sebenernya pertanyaannya gak sepanjang itu kalimatnya, cuma aku nangkepnya seperti itu. Maksud si cak Man juga bukan untuk event-event kecil saja, tapi event-event besar yang punya guest star seperti Slank, dkk. Kan kebanyakan bikin konser amal untuk tema tertentu. Namun yang kita lihat hanya sebentar saja dampaknya, tak ada kelanjutan.

Yang aku juga ingin tanyakan apakah konser-konser itu hanya euforia semalam? Atau hanya ketika ada yang bersuara untuk keprihatinan? Gak ada dampak sosial yang jauh yang merubah derajat sosial seseorang? Dari yang miskin kemudian mendapat penghasilan? Gak ada dampak yang lebih konkret hingga mereka bisa terlepas dari jerat-jerat lintah-lintah penguasa yang menghisap mereka? Ah rasanya terlalu lebay ini tulisannya (karena memang rasanya diri sendiri juga belum bisa melakukan hal yang konkret seperti di atas).

Kemarin sempet baca salah satu thread di Kaskus tentang sudut pandang orang mengenai uang.


Sementara baca aja dulu dan dengerin salah satu lagu JKT48 favorit aku X)


Sudah?

Line yang paling aku suka adalah "orang-orang yang gemar berkorupsi itu seringkali menyimpan uang dan menghambat jalannya perputaran uang" hahahah. Ini bener banget, salah satu faktor kenapa Indonesia bertahan pada krisis global karena daya beli masyarakat yang kuat sekali. Jadi pandangan-pandangan seperti menabung sepertinya menyesatkan hahaha. Dulu waktu kecil juga sering diberi sugesti-sugesti tentang menabung. Jadi kalau dipikir sangat menyesatkan juga hahahah.

Kembali lagi ke topiknya ya. Aku sekarang ini juga ikut ke organisasi kemanusiaan dimana agenda tahunannya adalah membangun rumah untuk fakir dan miskin yang telah di survei sebelumnya oleh tim independen.


Tapi apakah itu membuat mereka derajat sosialnya naik? Apakah mereka mendapat penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka? Ya, setidaknya mereka punya rumah untuk mereka berlindung untuk berkumpul dan untuk kesehatan mereka.

Saran untuk skena? Ya mungkin yang aku harapkan agenda sosialnya harus rutin dan tepat sasaran aja, bukan ketika ada kejadian duka seperti sekarang aja. Tapi tetap aku acungin jempol buat para pionir di skena yang membuat agenda sosial seperti ini. Kita harus sama-sama belajar lagi untuk kebaikan ke depannya :)

Membahas topik ini bikin aku inget juga salah satu nilai dari semangat DIY yang dielu-elukan sama skena HC/Punk/Metal adalah dengan inget darimana kita berasal. Ini pelajaran buat semua orang yang memulai kesuksesan dari nol, dimana masih banyak orang-orang yang sama sepertinya dulu.

Apa mau menimbun harta untuk diri sendiri? Oh ayolah ini harga dari kesuksesan tapi hei! untuk apa harta-harta itu kalau tidak digunakan untuk kebaikan diri sendiri atau malah untuk kebaikan orang banyak. Mari kita belajar untuk mengejar kebaikan.

Happy Wednesday!