Selasa, 18 September 2012

Fokus


Fokus.

http://www.photographytips.com.au/images/focus-photography-experts-natgeo1.jpg


Gue orangnya kalo udah fokus sama sesuatu kadang gak bisa digugat, kadang juga menyerah sama keadaan dan berpindah fokus. Maklumlah namanya juga cowok, beda sama cewek yang bisa melakukan berbagai macam hal dalam satu waktu. Itu kata orang-orang ahli psikologi, katanya sih.

Bukan mengeluh atau gimana, gue punya cita-cita untuk menjadi seorang yang bebas finansial lewat entrepreneur. Dan entah kenapa lingkungan gue di sini tidak mendukung untuk itu. Ajaran, doktrin, kebiasaan, adat tidak ada yang sama sekali memfokuskan diri gue untuk menjadi seorang entrepreneur. Malah lebih ke arah aktivis sosial, you know.

Update-nya mungkin lama, itu ketakutan gue. Seperti seorang Ibu Shof yang baru kali pertama ini gue denger bicara tentang pentingnya sebuah mimpi.

"Mimpi dulu! Berharap yang baik dulu sudah lebih baik daripada tidak berharap sama sekali"

Nah ketakutan gue adalah ketika gue udah tidak lagi fokus pada entrepreneur dan lebih pure ke aktivis sosial, orang-orang sini malah ngajarin tentang entrepreneur. Ketakutan gue ini berdasarkan pengamatan gue yang sudah-sudah. Kan percuma kan.

--------------------------------------------

Fokus itu penting. Tapi ketika sebuah mimpi gak sejalan dengan dukungan orang-orang, itulah dimana ujian kita dimulai. Pilihan-pilihan bermunculan seringkali membuat kita menunda mimpi kita dulu.

Banyak para motivator bisnis kayak @JayaYEA, @TungDW dan banyak lagi bahwa fokus bisnis di satu bisnis lebih efektif daripada membangun banyak bisnis.

Keadaan gue yang sekarang adalah mau merintis kembali sebuah bisnis dengan membawa brand yang akan menggemparkan seluruh dunia. Namun cita-cita itu harus berhadapan dengan program-program organisasi yang gak ada habisnya. Mulai dari RLHS, Sirri's program, bahkan Oktober besok gue harus siap-siap dengan acara Sumpah Pemuda.

Gue pengen sekali melihat perspektifnya DF, satu-satunya orang yang gue yakini punya mimpi banyak kayak gue. Tapi seringkali ketika kita berdua berkomunikasi, bahasa yang kita pakai tak sama dan seringkali kita tak mengerti apa yang kita mau tuju dari komunikasi itu.

Jadi menangguhkan mimpi atau melanjutkan mimpi? Itu intinya sih.

Dilemanya adalah ketika menangguhkan mimpi, gue takut terlalu tua untuk menikmati apa yang gue perjuangkan. Ada banyak orang sukses di usia muda bahkan seusia gue yang 20 tahun pun ada!

@hamasacorp itu seumuran gue. Seperti apa yang gue baca di internet, dia mulai bisnis sejak SMP-SMA hingga suatu hari dia berani minjem uang ayahnya 70 juta buat membuka bisnis franchise.

Rahasianya dia yang paling out of the box dari yang lain adalah ketika semua orang mulai dari nol, dia langsung loncat ke tangga nomer lima. Dia berusaha mengambil bisnis orang lain yang sudah lemah dan memperbaikinya dan jadilah Hamasa Corp yang bergerak di bidang meubel. Itu katanya sih.

Namun brandingnya @hamasacorp ini untuk anak-anak muda jadi dia gak pernah mempromosikan bisnisnya kepada para followernya di Twitland dikarenakan banyak followernya itu cewek-cewek ababil yang memuja dia bagaikan seorang personil boyband (sori Ham, gue pake ibarat boyband di sini :p) dan meubel bukan pasar yang tepat untuk follower-nya.

Dia bikin buku tentang rahasia kesuksesannya. Sudah bisa diorder dan dibeli cek aja TL nya dia di Twitland. Tapi gue gak tertarik untuk beli, bukan tidak tertarik sih, cuma khawatir aja kalo gue udah beli dan gue belum bisa praktek dikarenakan lingkungan gak mendukung kan sama aja bohong.

Kalo gue belum bisa fokus di bisnis ngapain juga gue beli buku bisnis kan?

Kalo gue melanjutkan mimpi, gue nanti dibilang bagai kacang lupa sama kulitnya. Mana ada orang yang mau dikatain gitu kan ya? Sialan. Dibilang gak mau ngurusin lah, jiwa-jiwa yang gak mau bersyukurlah, dan lain dan sebagainya.

Sekarang gue cuma bisa mencuri-curi waktu. Membagi waktu antara belajar menjadi pengusaha, belajar menjadi desainer grafis, belajar menjadi seorang sufi, belajar menjadi orang yang peduli dengan tanah air dan kemanusiaan. Gila aja. Hahahha.

Mudahan gue bisa cepet menyelesaikan Sirri's Program biar hati ini gak gampang goyah kalo menghadapi suatu masalah :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar