Senin, 15 Agustus 2016

Daftar Film Bajakan yang Saya Simpan Meski Sudah Ditonton (Part 1)




Saya pikir saya termasuk generasi yang berhasil dibombardir oleh spectacle kapitalisme kontemporer sehingga bisa-bisanya mengaku sebagai pecinta kebudayaan populer. Madesv memang, masa depan svram. Meskipun di daftar ini ada film yang saya anggap kvlt, namun tetap saja masih ada film yang lebih kvlt dari film yang ada di daftar ini. Dan saya baru nyadar, film-film ini ternyata hollywood-centris dan oscar-centris, tapi sepertinya tidak semuanya.

Filmnya akan dibahas satu persatu, jadi kemungkinan bakal panjang berjilid-jilid seperti novel dan film Harry Potter. Namun saya hanya akan mengingat dan menerangkan detil-detil yang saya ingat saja tentang filmnya. Soalnya ada film yang mungkin sudah setahun lebih bersemayam dalam hardisk.

Alasan menyimpan? Entahlah. Awalnya mungkin karena sayang saja karena sudah didonlot bergiga-giga, namun dihapus begitu saja. Ada beberapa yang saya simpan karena filmnya sendiri sangat memorable, lalu ada yang saya simpan karena film itu sebuah prekuel, bila film sekuelnya sendiri telah keluar dan saya tak ingat bagaimana kejadian prekuelnya saya bisa melihat kembali. Ada pula film-film yang saya simpan untuk saya bagikan kepada orang-orang sebagai bentuk (niatnya sih) propaganda. Hahaha.

Mungkin setelah menulis daftar ini, saya akan menghapusnya karena bisa saja saya akan dilaporkan ke pihak berwajib dan kena UU ITE yang sudah memakan korban lumayan banyak itu.


1.       Frances Ha (2012)



Frances Ha itu menyenangkan, meskipun first impress ketika melihatnya sebagai film hitam-putih mengharuskan menguatkan niat untuk melanjutkan filmnya. Film ini sendiri saya pikir termasuk film bertema coming of age (dimana saya sangat suka sekali dengan tema ini), namun tidak dibawakan dengan nuansa depresif. Tokoh utamanya sendiri awalnya menghadapi hidup dengan naif, lalu bertubrukan dengan kenyataan masyarakat kapitalisme neoliberal kontemporer yang membuatnya sementara jatuh tersungkur. Lalu perlahan-lahan ia mulai beradaptasi dengan dunia yang menghilangkan kemanusiaan kita ini. Tapi saya heran sih, tokoh utamanya tetap ceria begitu. Hahaha.

 


2.       Alkinemokiye (2012)


Film ini adalah film dokumenter yang menyoroti para pekerja di Freeport Indonesia. Saya hanya ingat beberapa detil film ini, salah satunya adalah bagaimana kritik film ini terhadap upah yang dibayarkan Freeport Indonesia terhadap pekerja tambangnya di Indonesia yang lebih rendah daripada pekerja tambang Freeport di negeri lain, apalagi tambang Freeport di Papua termasuk tambang emas yang menghasilkan hasil tambang yang paling besar di Indonesia.


3.       Belakang Hotel


Film ini satu produksi dengan film Alkinemokiye, yaitu WatchDoc Image. Film dokumenter yang menyoroti pembangunan hotel yang masif di Yogyakarta sehingga mengakibatkan krisis air yang menimpa warga Yogyakarta di sekitar hotel. Seingat saya, hotel membuat sumur airnya sendiri yang lebih besar dan menyedot air lebih besar juga dari warga, sehingga terjadi ketidakseimbangan penggunaan air antara warga dan pihak hotel. Saya ingat bagaimana sebuah keluarga menggunakan dua mesin pompa air untuk mendapatkan air dari sumur namun hasilnya tidak bisa diharapkan.

 

4.       Cart


Cart adalah film fiksi asal dari negeri Gingseng, Korea. Film ini konon terilhami dari peristiwa nyata, bercerita tentang pemogokan buruh kontrak supermarket besar yang menuntut diangkat sebagai pekerja tetap. Menurut saya film ini lumayan berhasil mengangkat kondisi buruh kontrak dimanapun, termasuk di Indonesia. Saya ingat bagaimana film ini tidak hanya menggambarkan intrik-intrik pihak supermarket untuk mensabotase pemogokan, namun film ini juga mengangkat keadaan keluarga para buruh di rumah, dimana dua hal ini bukan hal yang terpisah bila kita berbicara kondisi buruh di era kapitalisme kontemporer hari ini.

 

5.       Kala Benoa


Kala Benoa merupakan film produksi WatchDoc yang dibuat dalam rangkaian Ekspedisi Indonesia Biru. Menyoroti gerakan penolakan reklamasi Teluk Benoa, sang filmmaker mendekati para nelayan yang beroperasi di teluk Benoa  yang bakal menerima dampak dari reklamasi. Penonton juga dibawa melihat proyek reklamasi sebelumnya di salah satu bagian Bali yang mengakibatkan bencana lingkungan yang sampai hari ini belum ada bentuk penangannya. Itu saja yang saya ingat.

 

6.       Samin vs Semen


Seingat saya, ini adalah film pertama WatchDoc yang saya tonton. Menyoroti warga pegunungan Kendeng yang menolak pembangunan pabrik semen di daerah mereka. Saya lupa detil-detilnya, tapi yang jelas pembangunan pabrik semen itu membuat warga desa terbagi dua kubu yang saling bermusuhan, sedang sebelum pabrik semen hadir mereka hidup rukun. Setelah diterima presiden Jokowi di Istana Negara pada awal Agustus ini, ternyata bukan menjadi akhir yang bahagia bagi masyarakat Kendeng. Perjuangan masih panjang, dan semangat warga Tegaldowo ini tetap teguh, tak pernah luntur, meskipun saya percaya menaruh kepercayaan pada elit pemerintahan itu beresiko tinggi.

 

7.       Inside Job (2010)


Saya jadi ingat menyimpan film ini karena saya gak benar-benar paham dengan isinya saat pertama kali menontonnya (apalagi subtitle yang ada berbahasa inggris). Kalau tidak salah film ini muncul menjadi salah satu nominasi piala Oscar. Inside Job sendiri menyoroti krisis ekonomi besar yang terjadi di Amerika pada tahun 2008 lalu. Setelah film ini sendiri, saya juga mendapati film-film yang menyoroti hal yang sama (The Big Short (2015), Where to Invade Next (2015)). Dan setelah menonton rangkaian film-film ini, saya jadi tau bahwa Bank adalah setan yang nyata.

 

8.       The Intern (2015)


Film komedi romantis yang segar dan digarap cukup bagus. Temanya cukup segar menyoroti fenomena perusahaan digital yang sedang seksi-seksinya di mata investor, juga tentang fenomena “bapak rumah tangga”. Pemainnya apalagi, sekaliber Anne Hathaway dan Robert de Niro. Tidak cheesy-cheesy amat, dan tidak juga membuat kita kagum setengah mampus, tapi masih bisa kita nikmati dengan segelas capcin dingin yang kita beli di pinggir jalan.

 

9.       The Martian (2015)


Selain saya ingat ini film Ridley Scott, entah kenapa saya ingatnya malah Matt Damon. Dalam waktu yang berdekatan Matt Damon bermain di film bertema luar angkasa dua kali yang sebelumnya bermain di Interstellar-nya Christopher Nolan (Jessica Chastain juga bermain dalam film yang sama ternyata). Saya ingat bagaimana Matt Damon berhasil membuat kentang tumbuh di dataran tandus Mars, lalu kemudian alam yang kejam merampas kebahagiaannya. Ah, saya jadi ingin menonton lagi.

 

10.   Steve Jobs (2015)


Svngkem sama Aaron Sorkin, sang penulis naskah. Apa yang saya ingat apalagi kalau bukan selain dialog-dialog yang tajam yang berhasil memainkan emosi saya. Apalagi pemainnya sekaliber Michael Fassbender dan Kate Winslet. Sepertinya sudah tidak perlu diperbincangkan lagi kekaguman saya. Namun apa itu semua berlebihan ya? Ngomong-ngomong Aaron Sorkin juga sempat bekerja sama dengan sutradara sekaliber David Fincher dan membrojolkan sebuah karya pertama Fincher yang saya tonton pertama kali: The Social Network.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar