Minggu, 18 Maret 2012

Kenapa Kita Harus Ba’iat?

Setelah telah 3 tahun bai’at, gue baru mendapat jawaban tersebut. Itupun dalam kehidupan gue selama itu, gue sama sekali gak pernah menanyakan hal itu. Muahahaha.

Dan yang bikin aneh lagi, jawaban dari pertanyaan ini muncul saat pelajaran kosong yang diganti dengan pelajaran pengganti. Nah bagaimana bisa gak pas sama sekali gitu ya? Padahal kedudukan pertanyaan ini sangat dalam sekali dan penting banged buat para warga Shiddiqiyyah. Bikin ilfil ya kan? Nah syukurlah gue dalam keadaan yang fit saat menerima pelajaran ini, yah meski gue ngerasa ‘gak banged’ bahasan ini ada di pelajaran pengganti.

Dan lagi, gue waktu itu abis dimarahin kakak kelas karena gak cepet-cepet mengadakan pembahasan untuk peresmian organisasi. Bikin bad mood seketika, yah itu emang hal yang biasa. Meskipun gue mempercepat peresmian organisasi bakalan ada juga yang masih protes tentang hal yang lain. Itu biasa. Karena manusia gak pernah puas. Nyiahahahaha.

Oke. Dalam keterangannya Bapak Sunardi. Gue baru ngeh kalo ada tiga proses syarat buat di Ba’iat.

Yang pertama, adalah mandi dengan niat.

Dalam AlQur’an diterangkan: “Hai manusia masuklah kamu ke agama Islam, seluruhnya”. Yak, karena gue gak bakat menghapal dalil, jadi gue gak sertakan dimana ayatnya berada Smile with tongue out

Kemudian, Pak Nardi bertanya, “Kapankah kita masuk Islam?” Apa sejak lahir? Apa sejak baligh? Apa sejak dalam kandungan? Dalam agama-agama lain, yang gue tau dalam hal ini adalah agama kristen: masuknya lewat pembaptisan. Terus katanya Pak Nardi, kalo agama Hindu masuk ke sungai Gangga. Kalo agama Islam? Mandi dengan niat.

Pak Nardi gak sempet nerangin dasarnya darimana mandi dengan niat itu, tapi kalo gak salah gue rasa itu dari Hadits Nabi. Dan gue emang diajarin hal ini lima tahun silam, dan keterangan ini pun menjadi bahan pokok pelajaran gue di sini. Kalo lo anak THGB, lo pasti tau buku induk Open-mouthed smile

Oh iya. Kalo ada istilah ‘masuk’ kita harus mengetahui pintu gerbangnya. Gak mungkin kan kita masuk lewat jendela? Yang lebih baik emang harus dari pintu. Nah jadi apa pintu gerbangnya Islam itu? Bismillahirrohmanirrohiim.

Yah. Ketika Pak Nardi menerangkan ini, gue jadi nostalgia jaman-jaman gue waktu SMA, bahkan SMP waktu gue unyu-unyu dan melahap habis isi dari buku induk THGB. Open-mouthed smile

Jadi. Bismillahirrohmanirrohim mandi dengan niat.

So. Jadi apa hubungannya dengan masuk Shiddiqiyyah? Hubungannya dengan ba’iat?

Dalam niat mandi sendiri ada kalimat, metu saka lali mlebu marang eling. Nah yang gue tangkep di sini, kita diingetin kalo kita masuk shiddiqiyyah juga masuk Islam juga. Mhihihihi.

Saking lucunya, temen gue ada yang nyeletuk. “Wah baru kemarin dong pak”.

Yang kedua, Puasa.

Secara gamblang Pak Nardi menyebutkan bahwa puasa ini tujuannya untuk menyeimbangkan keempat zat annatsir yang menyusun manusia. Api, Angin, Air, Tanah (by the way gue inget dulu pernah bikin cerita fantasi tentang ini Smile with tongue out)

Menyeimbangkan dari kelebihan zat-zat tadi dari kelebihan.

Menurut gue hal ini yang paling ditekan kan sama Pak Nardi, karena sampai pelajaran mau berakhir pun masih diingetkan. dan gue juga malah inget pelajaran yang diterangin sama Bos Behi kemaren (mungkin bakal gue terangin di sini).

Kalo kita kelebihan Angin ~ Maka akan bingung. Meskipun sudah dijelaskan dengan sedetil-detilnya tetap saja bingung.

Kalo kita kelebihan Api ~ Bawaannya akan marah terus. Maka hal-hal yang remeh sekalipun bisa membuat kita marah. Istilahnya, Senggol Murup.

Kalo kita kelebihan Air ~ Bawaannya akan minder terus. Dan jadinya akan putus asa (ini juga berhubungan sama pelajarannya Mas Behi).

Kalo kita kelebihan Tanah ~ Bawaannya malah menjadi pendiammm banged sampe gak tau apa-apa. Pak Nardi sendiri mengambil orang-orang Papua. Orang-orang Papua itu tidur di atas emas, tapi kehidupannya masih tetap seperti itu saja. Miris kan? padahal sifat tanah sendiri itu kaya dan menunduk.

Jadi untuk menyeimbangkan keempat elemen zat itu adalah dengan puasa.

Yang ketiga, Bai’at.

Bai’at ini Pak Nardi mengambil falsafahnya Instalasi Listrik dan perlunya Juru Bai’at menjadi Instalator. Absurd ya? Hihihi.

Bayngkan kita punya rumah (jiyeee) yang sudah siap dengan stop kotak, kabel-kabel listrik dan lain lain. Namun ketika kita menyalakan lampu. Loh gak nyala-nyala? Nah karena kabel-kabelnya belum disambung. Dan kita perlu jasa Instalator Listrik untuk menyambung kabel-kabel tersebut ke tempat-tempat yang benar dan perlu.

Dan gue gak mau terlalu membhas ini terdalam. Hihihi. Sebenernya ada banyak yang perlu gue pahamin lebih lanjut. Jadi kalo ada yang mau nambahin ya silahkan. Gue gak keberatan kok Smile

Dan Pak Nardi menutup penjelasan dengan quote seorang Al Ghazali atau Averroes (bener ya Averroes? Gue rada ragu soalnya) seorang filsuf Islam yang merubah zaman.

“Mudah bagi air untuk menjadi dingin, mudah bagi api untuk menjadi panas. Tapi sulit bagi manusia untuk menjadi manusia”.

Ini penjelasannya ada di nomer dua Smile

Udah ah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar