Minggu, 29 Januari 2012

Kevin Dan Komunitas Yang Di Belakangnya.




                Gilak. Gue sangat memuja Kevin Aprilio, dan merasa kejeniusannya dia adalah hal yang sangat sangat berharga. Tapi gak hanya itu, sebuah budaya pop mengikuti jalan Kevin menuju label musik Indonesia. Dan mendadak para ABG menggandrungi style mereka.
                Pertama kali gue ngeliat Vierra ketika iklan-iklan klip Dengarkan Curhatku masuk salah satu tv nasional yang terkenal dengan pro musik dalam negeri. Dan seketika itu mereka diperbincangkan.
                Ketika mereka mulai digandrungi dengan musik easy listening dan mulai jadi bintang tamu di berbagai acara tv nasional, mulailah satu persatu teman-teman mereka bermunculan (meskipun gue belum tau itu temennya Kevin!). Mulai dari Pee Wee Gaskins dan yang 2011 kemarin, Killing Me Inside.
                Dan tau gak jalur musik mereka sebelumnya? Indie!
                Yah, sebelum gue menjelaskan betapa kuatnya jaringan komunitas ini gue gak menampik kalo ada cerita bahwa Kevin merekrut personil Vierra dari Friendster. Ya, meskipun mereka dipertemukan lewat dunia maya tapi entah kenapa jaringan mereka sangat kuat banged. Dan mereka orang Jakarta, bukan orang Bandung!
                Emang apa bedanya? Err.. menurut kesok-tauan gue, Bandung terkenal dengan komunitas-komunitas musik kreatif mereka. Gitu deh. Hehehe.
                Yang menarik bagi gue adalah jaringan komunitas ini. Who is them? Berada dimana pergaulannya Kevin? Itu masih misteri, dan mereka semua bertahan pada musik idealis mereka (ya, meskipun Kevin lagi bikin Girlband tapi masih ada style nya Kevin di situ).
                Who is them?
                Mengapa mereka begitu kuat menghadapi persaingan industri musik?
                Mengapa skill mereka bener-bener handal, padahal mereka masih ABG??
                Huh...
                Yak, persoalan komunitas ini adalah hal yang menarik karena dulu gue punya contohnya.
                “Antara komunitas Jazz nya Tompi dengan komunitas Jazz nya Om Indra Lesmana itu beda!”
                Mengapa beda? Karena om Indra memakai Sandy Winarta, bukannya Echa Soemantri. Hihihi. Yang gue tau, Echa itu selalu ngisi drumnya kang Tompi.
                Dan yang menarik ketika gue tau kalo Tompi perform di Red White Lounge, sebuah Jazz Bar punyanya Om Indra. That’s beautiful.
                Lalu siapa yang ngajak Echa ngisi drumnya Trisum? Padahal Tohpati Bertiga drummernya bukan Echa, meski yang megang Bass adalah Om Indro. Terus gak mungkin Balawan, soalnya dia setiap perform pake instrumen-instrumen ethnic, jarang pake yang modern. Apakah mungkin Budjana? Sedangkan om Budjana sendiri itu masuk komunitasnya om Indra!
                Mungkin iya juga sih, soalnya om Budjana itu udah punya nama di tanah air. Jadi jalur jam terbangnya gak sama kayak om Indra.
                Nah ini yang dinamain rumit.
                Dan yang paling menarik, om Indra Jazz entah kenapa selalu mengundang banyak musisi ke Red White. Dan terakhir yang gue denger, beliau berhasil mendatangkan Ahmad Dhani ke Red White!
                Interesting.
                Dunia musik Indonesia sedang bergerak, meski dipenuhi para produk-produk label yang pada nyanyi bareng semua. Gegege.
                Gue gak terlalu anti sih, sekarang malah gue suka yang namanya hip hop. Dan dari produk-produk label inilah membuat komunitas hip hop jadi semakin hidup. Gue lagi nunggu Saykoji muncul nih. Hihi.
                Kalo untuk produk-produk label itu, gue lagi mengamati yang namanya JKT48. Produk Jepang ditengah Indonesia yang lagi demam Korean Pop. Unik kan? Hehe. Mereka punya sistem yang diwariskan dari AKB48, membuat mereka punya sebuah senjata yang membedakan mereka dari produk label yang lain.
                Dunia musik sedang bergerak sodara-sodara.


1 komentar:

  1. A: "i hate them." (gue benci mereka)
    B: "who is them?" (mereka siapa?)

    kalo konteksnya percakapan kayak gitu, "who is them?" itu baru pas, om, karena maknanya jadi "what do you mean by them?"

    tapi kalo ujuk-ujuk "who is them", gimana tuh, om? kenapa ga "who are they?" aja? mohon pencerahannya (atau penggelapannya), om.

    BalasHapus