Judulnya
kayak sponsornya Doni Pradipta (kalo gak salah nama) pembalap ituloh. Hehehe.
Entah gimana kabarnya tu anak, kabar terakhir yang gue denger dia sekarang
masuk kelas 500cc.
Okey,
jadi akan membahas tentang introvert dan ekstrovert. Gue herannya kenapa
hollywood banyak sekali membuat film tentang seorang introvert yang bersemangat
sekali ingin berubah. Dan temanya sama semua, from zero to hero.
Kali
ini gue gak membahas introvertnya, lebih menarik kalo kita membahas seorang
ekstrovert. Kalo gue teliti, pola yang sama dari seorang introvert adalah orang
tua mereka sangat protektif banged. Seperti yang gue lihat di Paradise Kiss
(ini film jepang, tapi rumah produksinya Warner Bros –gege-) dan Transformers.
Nah
pola dari sang ekstrovert? Ya semua tergantung sih, gak mesti introvert selalu
di protektif. Kalo gue liat, ada juga introvert yang broken home dan jadi
anak-anak emo gegege.
Jadi
gimana?
Sebenarnya
kebingungan gue terletak pada rumusan faktor apa aja yang membuat seorang
menjadi introvert dan ekstrovert. Itu hal yang membingungkan.
Kalo
gue sendiri?
Gue
introvert. Hehehe. Dan bokap nyokap gue gak ada yang mengakui ini sifat dari
siapa, malah mereka melemparkan sifat ini dari kakek gue yang udah meninggal
sebelum gue ngelihat sifatnya.
Sendirian
itu gak enak. Ramai-ramai pun gak enak, bahkan gue jadi pengen nantangin
berantem aja. Hah. Jadi curhat.
Sebenarnya
bisa dibilang, gue gak terlalu inrovert kalo sekarang. Ini didasarkan pada satu
kriteria sebagai berikut: Gue pernah jalan sama cewek.
Hahahaha.
Yah
mending sih, ketimbang si Jed Revolutia :p (hehe, sori om Jed). Kalo gak ngerti
baca aja bukunya dia, You Likeable.
Tapi
tetep aja. Gue merasa sepi, meski sekeliling gue ada banyak orang. Banyak orang
tapi gue serasa gak diterima. Hah.
Mungkin
kalo Jed denger itu, dia bakal ngingetin kalo semua ‘perasaan gak diterima’ itu
hanya sugesti buruk (hantu-hantu gentayangan) yang selalu membayangi masa lalu
dan trauma kita.
Iya,
gue sadar itu kok. Dan gue sadar gue hanya memandang setengah gelas yang
kosong. Memandang hal-hal yang belum pernah gue punya. Dan mengabaikan setengah
hal yang terisi. Mengabaikan segala yang Tuhan beri ke gue.
Yak.
Baru nyadar kalo syukur itu sulit.
Jojoz
On Revolutia. Jojoz dalam masa revolusi diri.
Semangat!
Ganbatte Kudasai! \^o^/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar