Rabu, 10 Februari 2016

Galak



Alkisah seorang gadis perempuan difitnah oleh salah satu kekasih karibnya. Fitnahnya pun seperti sinetron dengan tema cinta segitiga, si kekasih menyukai si gadis sehingga membuat karibnya murka. Motifnya pun sepele dan terkesan arogan, hanya karena ingin diperhatikan. Si gadis pun tak terima diadu domba dengan karibnya sendiri. Parahnya karibnya pun dengan naif menerima fitnah itu tanpa curiga sedikitpun. Si gadis pun bersumpah di tengah derasnya hujan dan petir yang menggelegar, ia akan melawan patriarki!

Dengan saran seorang aktivis pergerakan libertarian, si gadis kesana kemari mencari dukungan teman-temannya yang lain. Satu demi satu teman-temannya menyatakan dukungannya, bahkan sebagian besar terenyuh oleh kisah pilu si gadis yang menjadi korban fitnah. Mulai dari teman-teman karibnya yang lain, lalu satu kelas mendukung dan lalu satu angkatan pun mendukung si gadis.

Si gadis pun langsung mengadakan konsolidasi bersama para pendukungnya untuk menentukan langkah selanjutnya. Isu yang dibawa masih sama, yaitu penghapusan terhadap sikap arogan dari seorang patriarkis. Mereka lalu menyusun berbagai kampanye dan tentunya tuntutan permintaan maaf dari si kekasih.

Tuntutannya pun dilakukan secara sistematis dan masif. Pada hari yang telah ditentukan, setiap pendukung akan mengirim foto selfie membawa plakat bertuliskan tuntutan permintaan maaf ke media sosial dan tak lupa menandai si kekasih. Lalu hari yang ditentukan telah tiba, puluhan foto bersarang di dinding si patriarkis dan menjadi perbincangan yang panas diantara para teman-teman kekasih dan berhasil membuat si patriarkis dipermalukan selama berhari-hari.

Polemik ini pun diakhiri permintaan maaf si patriarkis secara terbuka di akun media sosialnya. Si gadis bersama pendukungnya merayakan kemenangannya.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar