Kamis, 03 Januari 2013

Perbedaan Band Festival Dan Indie

http://reelradionetwork.com/page11.html

Seperti orang mainstream lainnya, pertama-tama gue mau ngucapin selamat tahun baru 2013 buat semuanya. Udah masang resolusi? Hahaha. Seperti kata mas Ndop bilang, dia lebih ke arah spontanitas. Gue juga sependapat, kebanyakan anak muda yang bisa spontanitas kayak gitu. Dan menurut gue lebih baik spontanitas. Gue juga pernah bilang kalo resolusi gue itungannya bulan, bukan tahun :D

Malah oot. Oke. Gue mendapat idealisme ini dari temen-temen MYLMO - GM Manajemen Jombang. Hahaha. Well, kalo dipikir-pikir apa bedanya sih band festival sama band indie? Selama ini gue menganggap band indie itu bertahan dari festival ke festival yang lain. Eh ternyata gue salah, atau mungkin ada idealisme yang berbeda. Ya koreksi aja deh kalo gue salah. Here we go!

1. Band Indie Gak Akan Pernah Ikut Lomba Band

Entah mereka terlalu percaya diri dengan skill mereka, atau terlalu sombong hingga menganggap peserta lombanya yang gak sepadan. Tapi yang pasti ada dasar yang pasti kenapa gue beranggapan seperti itu. Paradigma yang beredar di indie scene, bahwa lomba-lomba band yang masih dilaksanakan di Indonesia ini penjuriannya "miring sebelah", dimana anak-anak asuh jurinya lah yang kebanyakan memenangkan lomba-lombanya itu.

2. Band Indie Gak Akan Pernah Registrasi

Dalam festival-festival musik yang diadakan oleh sponsor besar maupun oleh indie scene sendiri, biasanya ada pendaftaran untuk band-band yang ingin unjuk gigi. Kenapa band indie gak mau registrasi? Karena orang-orang indie scene gak akan bergantung pada sebuah EO atau acara. Dimana mereka gak akan membayar uang registrasi kepada EO. Ini memang tentang harga diri.

3. Band Indie Main Di Festival Hanya Ketika Diundang

Yap. Mereka mau main di festival-festival musik hanya ketika mereka diundang. Ini pun ada beberapa band yang memilih-milih scene mana yang mengundang mereka, apakah cocok dengan scene mereka atau tidak. Karena bila beda scene, dikhawatirkan akan membuat suasanan menjadi ricuh.

Ya begitulah band indie. Sebenernya gak jauh sama dengan band-band label besar. Band-band label besar ketika promo album mereka atau single mereka, mereka akan mengeluarkan biaya yang gak sedikit kok. Tapi mereka gak merasa kehilangan uang karena yang bayarin mereka mulai dari produksi sampai promo itu adalah label mereka. Kalo mereka sudah cukup sering promo dan dana sudah habis, akan ada promotor-promotor berdatangan untuk mengundang mereka.

Sedangkan band-band indie, mereka mulai dari produksi lagu sampai promosi, mereka mengeluarkan uang cukup banyak. Itupun belum tentu mereka akan balik modal, tapi mereka mendapat pelajaran dari situ. Belajar banyak tentang melakukan semuanya sendirian. Ketika semuanya memang pada saatnya untuk merekrut orang, maka bertambah pekerjaan mereka. Semangat Do It Yourself, scene yang mendukung ditambah dengan channel yang banyak telah membuat mereka bertahan selama ini.

Ada lagi satu hal yang gue pelajarin dari band-band indie ini. Mereka lebih menekankan aksi panggung dan performance mereka daripada menunjukkan skill. Jadi mereka dituntut untuk menjadi entertainer dan menghibur, dituntut untuk memiliki idealisme yang dibalut dengan konsep. Entah itu musik cadas atau musik indie pop atau jazz candy semisal Mocca atau White Shoes and The Couples Company. Sama sekali berbeda dengan lingkungan gue sebelumnya yang lebih akademik dalam bidang musik.

----------------------
Lingkungan gue ini juga indie scene sebenernya, tapi mereka bergerak lebih ke arah mendalami musik dengan harmoni. Dimana istilah-istilah musik harus dipahami dan dipelajari. Para akademisi, gue lebih suka menyebutnya. Dimana mereka mendapatkan uang hidup dari tur-tur yang orang siapkan untuk mereka. Sebut nama-nama besar seperti Indra Lesmana, Bubi Chen, Tohpati, Balawan dan lain-lain. Itulah orang-orang yang gue sebut indie semua, dimana musik mereka hanya dinikmati oleh orang-orang tertentu tapi kepastian tentang kehidupan mereka juga terjamin. Tapi seringkali ada juga orang-orang punya skill tinggi seperti mereka tapi mencari uang hidup dengan masuk label besar semisal Dewa Budjana, orang jarang ada yang tau kalo influence nya Bli Budjana adalah gitaris jazz dunia yang sering memainkan lick-lick kromatik bernama John Mc Laughlin :)

Begitulah pelajaran yang gue selama ini. Mohon koreksinya :)

Jangan lupa kunjungi portal blog kita di http://orangecakecreative.blogspot.com :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar