Sabtu, 25 Februari 2012

It’s Not Merchandise. It’s Art!

Philosophy is amazing. Membuat sesuatu yang kita anggap rumit itu menjadi lebih mudah dicerna.

Sangat sangat menarik.

Gue suka banged sama filosofi. Tapi jarang banged membaca literatur-literatur di internet, padahal hampir tiap hari gue online. Ini naif sekali.

Jadi apa hubungannya sama postingan ini?

Malam ini hujan.

Joz, fokus. Please.

Ok. So. Gue tadi mencari dan membaca-baca literatur tentang kesuksesan Apple. Alasannya? Karena gue perlu semua itu untuk menambah sebuah rumus untuk hal-hal yang gue lakuin sehari hari akhir akhir ini.


Yang pertama. Sejak gue nonton Paradise Kiss, gue serasa menemukan jalan yang gue cari-cari selama ini. Fashion!

Lalu gue sekilas menonton di televisi sebuah liputan tentang kakak Diana Rikasari yang seorang Blogger Fashion. Dari situ gue serasa mendapat pencerahan.

“Ternyata ada juga orang-orang kayak gini”

Setelah itu dimulailah pencarian literatur-literatur informasi tentang pelaku Blogger Fashion di tanah air, dan ketemulah gue dengan beberapa orang. Meskipun pada akhirnya di Blognya kak Diana lah semua link Fashionista dipasang.

Lalu gue mulailah mengikuti perkembangan mereka yang sangat cepat sekali mengupdate blognya. Hampir setiap hari malahan. Gilak.

Setelah itu gue berhasil menonton The Social Network, film tentang keberhasilan Mark Zuckerberg (gue jadi pengen nonton lagi deh Smile with tongue out). Dan dalam sebuah adegan, Mark menganalogikan Fashion!

“It (maksudnya Facebook) would’nt to be finish. That’s the point. Like Fashion. Fashion is never finish”

Dan gue pikir-pikir bener juga. Fashion gak pernah mati, apalagi di jaman sekarang dimana informasi bisa diakses dengan jari.

“Fashion is never finish”

Kok bisa ya?


Yang kedua. Gue membaca sebuah artikel di detikinet, tentang pertarungan terus menerus antara Apple dan Google, cs. Dan penulisnya mengungkapkan dengan gamblang sebuah sifat asli Apple dan yang lainnya.

Apa itu?

“Designer vs Enginering”.

Gamblang sekali. Sangat sangat jelas.

Google mewakili para Engineer yang hanya menciptakan alat tanpa ada nilai lebih di dalamnya. Engineer menurut gue seperti menjalankan sesuatu tanpa adanya sebuah nilai. Seringkali tidak inovasi dalam produknya itu.

Sedangkan Apple mewakili para Designer yang membuat produk dengan memasukkan nilai seni ke dalam produknya. Dan biasanya karya seni itu mempunyai nilai filosofi di dalamnya (supaya nyambung dengan tulisan gue di atas).

Dan Apple bersama Steve Jobs berhasil dengan ini. Berhasil menguasai pasar dengan produk-produk inovasinya itu!

Gak hanya sukses, tapi produknya juga bermanfaat. Menciptakan sebuah sistem baru yang memudahkan. Contohnya iTune Store.

Jadi apa hubungannya dengan Fashion?


Gue sekilas membaca sebuah pertanyaan di Twitland (btw follow me @aliasjojoz).

“Kata Designer itu identik dengan…….”

Besoknya gue nyadar kalo ada hubungan antara Designer Fashion dengan Designer Produk Apple.

Mereka memakai seni! Mereka memasukkan nilai seni!

Memasukkan nilai estetika keindahan yang tiada tara!

Keindahan? Maksud loh?

Emang kedengeran bullshit kan? Art is bullshit.

Gue juga mengiyakan. Kadang hal yang dianggap sebuah seni, malah dianggap suatu hal yang tidak etis bahkan vulgar!

Tapi dengerin gue dulu.

Ada seorang cewek yang dengan beban pikiran tugas sekolah yang menumpuk pulang sekolah dengan wajah kusut, lalu kemudian dia dilihat oleh seorang fotografer. Fotografer itu mencegatnya, memperkenalkan diri dan menawarin dia untuk menjadi cover girl di sebuah majalah. Dia pun pergi tanpa lupa ngasi kartu namanya dia.

Terbiasa dengan cerita itu kan? From Zero to Hero.

Orang-orang seperti fotografer itu lah yang mengerti ada suatu nilai keindahan dalam seorang gadis yang wajahnya kusut itu tadi.

Amazing bagi gue. Atau mungkin contoh yang lain.

Alm Mr Wadi punya banyak karya-karya seni berupa lukisan di rumahnya. Dan seringkali banyak orang yang tanya tentang koleksi lukisan-lukisan beliau. Dan yang menarik perhatian gue adalah, lukisan sebuah hutan yang dipasang di ruang tamunya. Waktu itu seseorang bertanya:

“Lho ini hutan, pak?”

“Iya”

“Kok gak jelas gini gambarnya pak?”

“Memang gak jelas kalo ditaruh di rumah jelek kayak gini. Tapi kalo kamu melihat lukisan ini di sebuah Galeri modern yang bagus atau Hotel berbintang, maka kamu akan merasakan sebuah estetika dari lukisan itu”.

Begitulah kira-kira percakapannya.

Jadi. Seni itu gak bisa dirasakan secara langsung. Ada langkah-langkah, situasi dan kondisi tertentu yang membuat perasaan kita merasakan estetika keindahan.

Cause art, its all about beauty.


Dan hal keindahan lah yang menyebabkan karya-karya Apple menjadi mahal, karya-karya para Designer Fashion menjadi mahal!

Dan mereka semua menjadi kaya! hahahahah

“Fashion is never finish”

Art is never finish! Seni gak akan berhenti!

Lihat aja, dari dulu sampai sekarang seniman itu masih ada aja. Seolah-olah ada daya tarik yang terus menerus.

Don’t Know Why.

Maka dari itu gue merevolusi…

Cara gue menganggap sesuatu yang gue buat.


Ini bukan barang dagangan, ini karya seni!

Semoga Alloh meridloi kita semua. Amin

2 komentar: