Rabu, 29 Januari 2014

Apakah Hanya Euforia Sesaat Yang Gampang Dilupakan?

Rossi Musik Fatmawati -- salah satu venue tersibuk untuk event-event underground di Jakarta
(menurut aku sih hihi)
Suatu hari cak Herman, salah satu kakak kelas yang suka naik gunung bertanya.

"Sebenernya konser-konser yang mengatasnamakan sosial, penggalangan dana itu dampak sosial yang jauh itu apakah ada atau cuma hanya euforia tanpa edukasi?"

Sebenernya pertanyaannya gak sepanjang itu kalimatnya, cuma aku nangkepnya seperti itu. Maksud si cak Man juga bukan untuk event-event kecil saja, tapi event-event besar yang punya guest star seperti Slank, dkk. Kan kebanyakan bikin konser amal untuk tema tertentu. Namun yang kita lihat hanya sebentar saja dampaknya, tak ada kelanjutan.

Yang aku juga ingin tanyakan apakah konser-konser itu hanya euforia semalam? Atau hanya ketika ada yang bersuara untuk keprihatinan? Gak ada dampak sosial yang jauh yang merubah derajat sosial seseorang? Dari yang miskin kemudian mendapat penghasilan? Gak ada dampak yang lebih konkret hingga mereka bisa terlepas dari jerat-jerat lintah-lintah penguasa yang menghisap mereka? Ah rasanya terlalu lebay ini tulisannya (karena memang rasanya diri sendiri juga belum bisa melakukan hal yang konkret seperti di atas).

Kemarin sempet baca salah satu thread di Kaskus tentang sudut pandang orang mengenai uang.


Sementara baca aja dulu dan dengerin salah satu lagu JKT48 favorit aku X)


Sudah?

Line yang paling aku suka adalah "orang-orang yang gemar berkorupsi itu seringkali menyimpan uang dan menghambat jalannya perputaran uang" hahahah. Ini bener banget, salah satu faktor kenapa Indonesia bertahan pada krisis global karena daya beli masyarakat yang kuat sekali. Jadi pandangan-pandangan seperti menabung sepertinya menyesatkan hahaha. Dulu waktu kecil juga sering diberi sugesti-sugesti tentang menabung. Jadi kalau dipikir sangat menyesatkan juga hahahah.

Kembali lagi ke topiknya ya. Aku sekarang ini juga ikut ke organisasi kemanusiaan dimana agenda tahunannya adalah membangun rumah untuk fakir dan miskin yang telah di survei sebelumnya oleh tim independen.


Tapi apakah itu membuat mereka derajat sosialnya naik? Apakah mereka mendapat penghasilan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka? Ya, setidaknya mereka punya rumah untuk mereka berlindung untuk berkumpul dan untuk kesehatan mereka.

Saran untuk skena? Ya mungkin yang aku harapkan agenda sosialnya harus rutin dan tepat sasaran aja, bukan ketika ada kejadian duka seperti sekarang aja. Tapi tetap aku acungin jempol buat para pionir di skena yang membuat agenda sosial seperti ini. Kita harus sama-sama belajar lagi untuk kebaikan ke depannya :)

Membahas topik ini bikin aku inget juga salah satu nilai dari semangat DIY yang dielu-elukan sama skena HC/Punk/Metal adalah dengan inget darimana kita berasal. Ini pelajaran buat semua orang yang memulai kesuksesan dari nol, dimana masih banyak orang-orang yang sama sepertinya dulu.

Apa mau menimbun harta untuk diri sendiri? Oh ayolah ini harga dari kesuksesan tapi hei! untuk apa harta-harta itu kalau tidak digunakan untuk kebaikan diri sendiri atau malah untuk kebaikan orang banyak. Mari kita belajar untuk mengejar kebaikan.

Happy Wednesday!

Minggu, 26 Januari 2014

Eksploitasi Mengatasnamakan Indie Movement

Setelah baca-baca link ini dan ini jadi banyak dapet pencerahan.

Sementara baca dulu aja opini dan interview nya dan play Bohemian Rhapsody berikut ini.


Ketika indie movement menjadi hip dan massa-nya semakin hari semakin ramai maka banyak orang-orang melihat adanya keuntungan yang bersifat kapitalisme--atau bahasa kasarnya "orang-orang rakus" yang berdatangan untuk bermain di skena.

Yah, kapitalisme memang seperti itu. Artikel yang pertama memang isinya mengeluhkan tapi juga memberi peringatan ke kita semua, juga memberi pekerjaan rumah ke kita untuk mencari jalan bagaimana agar nilai-nilai DIY dan indie movement gak rancu dengan kapitalisme.

Kapitalisme memang dibutuhkan tapi nilai-nilai dan semangat DIY jangan sampai luntur.

Artikel interview yang kedua berbicara tentang kapitalisme yang merayap pada brand-brand clothing lokal yang menyoroti kegiatan mereka yang lebih banyak membuat produk laku daripada membuat produk yang bagus.

Ini pencerahan sih buat aku dimana banyak temen-temen skena beranggapan membuat sebuah brand itu bukan menjadi sebuah pekerjaan tetap. Dalam pandanganku yang sekarang, jika kita membuat bisnis clothing menjadi pekerjaan tetap maka hal yang kita lakukan setiap hari adalah membuat barang-barang yang laku bukan membuat produk yang bagus dan berkualitas.

Barang yang berkualitas itu barang yang keren dan dibutuhkan orang-orang yang udah kecewa membeli barang yang tidak berkualitas. Hahaha.

So, enjoy your weekend and stay safe(?)!

http://twitter.com/jazzjombang

Sabtu, 25 Januari 2014

Jazz Jombang: First Gathering on RC Foodcourt

Lupa kalo punya janji buat diri sendiri buat nulis ini minggu kemarin hahaha.

Mr. Sony, cs
Sebenernya dari dulu Jombang punya orang-orang mumpuni yang berkutat di musik Jazz, cuma pergerakannya timbul dan tenggelam. Meski begitu orang-orangnya tetap sama dan semangatnya tetap sama. Meskipun panitianya kali ini orangnya bukan orang yang sama tapi pengisinya orang-orang yang sama hahaha.

Awalnya ada kabar-kabar mau mengadakan Jazz show, tapi gak tau kalo rencana itu ternyata tinggal eksekusi, seminggu sebelum acara (acaranya Sabtu Malam Minggu, 18 Januari 2014) baru tau dan gak sempet latihan (padahal niatnya emang gak mau tampil hahaha).

Malah selepas acara diminta kak Sony ngisi buat minggu depan. Aih matek.

So, ada beberapa saran sih. Sebenernya kalo tiap minggu bikin acara rasanya terlalu sering. Seperti kata-kata temen dari skena, lebih baik jangan sering bikin event sehingga orang-orang bakal nunggu-nunggu event dari kita.

Kemudian, komunitas lintas genre juga diundang kalo bisa, kalo bisa yang skena hardcore, metal sama punk juga hahaha. Entah ini saran yang baik atau buruk. Tapi aku sendiri berkeyakinan, fenomena di kota-kota besar sekarang genre kian rancu. Metalhead temenan dengan anak-anak hipster indie pop, anak-anak hipster temenan sama orang Jazz. Jadi bukan hanya tentang satu roots, tapi malah lebih luas lagi (meskipun semuanya berakar dari Blues). Jadi bukan hal yang aneh lagi ketika lintas genre berkumpul pada satu event.

Ohiya sekedar informasi, mereka tiap minggu bikin music show (bukan murni jazz show) di salah satu foodcourt di Ringin Contong (depan BCA Jombang). Tagline mereka, "bikin event music di titik nol kota Jombang". Hahaha.

So, enjoy your weekend!