Sabtu, 02 Januari 2016

Ploso Hari Ini: Sebuah Telaah Kecil



Sejak beberapa hari yang lalu, saya tertarik untuk menuliskan bagaimana sektor ekonomi warga Ploso hidup dan berkembang hari ini. Berawal dari peristiwa melewati salah satu kawasan kumuh Rejoagung, ide untuk menulis hal ini berawal dari pertanyaan apakah banyak sekali penduduk Ploso menggantungkan ekonomi mereka pada sektor informal seperti yang biasa dilihat di kawasan-kawasan kumuh? Kemudian hal ini bisa menguji saya yang sudah tinggal selama 5-6 tahun apakah mengenali lingkungannya sendiri? Saya juga terbuka terhadap kritik dan kemungkinan besar akan terjadi oto-kritik dalam tulisan ini.

Ploso adalah sebuah nama kecamatan yang terletak di kawasan utara dan tergabung dalam kabupaten Jombang. Ploso mungkin bisa dibilang jalan penghubung antara Jombang dan Tuban, Bojonegoro, Lamongan, di sisi lain daerah ini juga menghubungkan Jombang dengan Mojokerto. Ada sungai Brantas sebagai tepi perbatasan. Ada pula Pasar yang cukup besar dan menjadi pusat dari daerah ini. Lalu kemudian di dekatnya ada sebuah Pondok Pesantren besar, pusat perkembangan jama'ah Thoriqoh Shiddiqiyyah.

Melihat pasar yang cukup besar dan aktif setiap hari, tidak bisa ditampik bahwa pusat perekonomian Ploso berada di sini. Jadi bisa dibilang sektor ekonomi warga Ploso salah satunya adalah lingkungan pasar. Dimana ada pasar, disitulah pemukiman padat penduduk berada, jadi di sekitar pasar kawasan kumuh berkumpul mengelilingi pasar, barat, utara, timur, selatan dengan membuka sektor informal. Di sebelah selatan pasar tepatnya di kawasan desa Rejoagung-Losari, berejejeran toko-toko yang menjajakan beraneka ragam dagangan, mulai dari bangunan yang permanen, nir-permanen, hingga semi-permanen muncul menghiasi jalan raya menuju pasar Ploso.

Di sebelah timur pasar Ploso, ada sebuah jalan yang menghubungkan pasar dengan sungai Brantas. Daerah ini sering disebut dengan Ploso. Tidak bisa dipukul rata, bahwa mata pencaharian lingkungan yang cukup kumuh ini masuk dalam lingkungan pasar, namun kian hari berjejeran pedagang dengan di kanan-kiri jalan dengan bangunan permanen, nir-permanen maupun semi permanen.

Di sebelah utara pasar Ploso terdapat sektor pendidikan yang cukup besar berdiri, Pondok Pesantren Majma'al Bahrain Hubbul Wathon Minal Iman - Shiddiqiyyah. Di sinilah penulis sedang mengenyam pendidikan, selain sektor pendidikan, kebanyakan warganya bergantung pada pasar di sebelah selatan, sektor informal dan sektor wisata. Sektor informal ditandai dengan terdapat banyak sekali warung-warung dan toko berdiri di kawasan Pondok Pesantren. Sektor wisata juga hidup di kawasan ini, meskipun dalam waktu harian tidak terdapat pengunjung yang signifikan, namun dalam momen-momen perayaan tertentu pengunjung kawasan ini bisa mencapai angka ribuan dalam sehari-semalam.

Penduduk Ploso juga bermata pencaharian sebagai petani. Sektor pertanian ditandai dengan ditemukannya berhektar-hektar lahan sawah basah, meskipun letaknya berada jauh dalam radius 3-5 kilometer dari Pasar Ploso. Bila musim penghujan, petani Ploso menanam padi, sedang musim kemarau, mereka akan menanam tembakau. Bila dibandingkan secara kasat mata, sektor informal dan sektor pertanian jumlah penduduk Ploso yang menggantungkan hidupnya hampir sama angkanya. Meskipun masih dibutuhkan penelitian empiris yang lebih dalam soal statistik.

Di kawasan Ploso terdapat dua pabrik yang lumayan besar, satu pabrik asal Korea yang memproduksi bahan kimia yang berada di kawasan timur laut Pasar Ploso. Yang kedua, pabrik linting rokok yang berada di utara Pasar Ploso. Kedua pabrik ini memang cukup jauh dari kawasan pusat Ploso. Namun sektor buruh di Ploso berada pada angka yang lumayan besar, meskipun tak sebesar sektor pertanian dan informal. Buruhnya tidak hanya berasal dari Ploso, namun juga berasal dari daerah sekitar Ploso seperti Plandaan.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar