Selasa, 26 Juni 2012

The Legend of Guardian Waterfall (Alternate Version)

Alkisah di suatu desa di sebuah pulau hiduplah pasangan suami-istri yang cukup lama menikah. Meski mereka menikah cukup lama menikah, namun mereka belum dikaruniai anak satu pun. Namun sang suami mempunyai ide yang sangat tidak normal.

Setelah berdiskusi, berdebat dan bertengkar dengan istrinya, sang suami mengharap bantuan pada Roh Angin untuk mendapatkan anak. Akhirnya sang istri menyerah dan menuruti kata suaminya. Bersama seorang Rahib, mereka berdua pun pergi ke tebing di ujung pulau dimana Roh Angin bersemayam.

Roh Angin menyetujui permintaan mereka, namun dengan satu perjanjian. Mereka harus menyerahkan anak itu kepada Roh Angin setelah berumur sepuluh tahun. Kali ini sang suami menolak gagasan itu, sang istri pun ikut menolak. Buat apa mendapatkan anak, jika nantinya anak itu akan direnggut.

Sang Rahib berusaha merayu mereka berdua, namun pasangan itu bersikukuh tetap menolak. Mereka berdua pun meninggalkan Roh Angin bersama sang Rahib. Roh Angin tersinggung, namun dia tidak marah karena dia punya rencana licik yang perlu dijalankan.

Berselang satu bulan setelah kejadian itu, sang istri hamil. Pikiran sang suami berkecamuk antara bahagia, bingung, curiga dan gelisah. Namun sang istri berusaha menenangkan pikiran suaminya yang berlebihan.

Tanpa sepengetahuan istrinya, sang suami melakukan konsultasi dengan sang Rahib. Rahib yang baik hati itu berpikiran yang sama dengan sang suami. Dengan bijak, Rahib menenangkan sang suami dengan menjaminkan dirinya untuk melindungi anaknya jika Roh Angin akan datang mengambil anaknya.

Sembilan bulan berlalu. Roh Angin belum menampakkan dirinya pada pasangan yang berbahagia tersebut. Saat persalinan pun tiba. Sang Rahib ikut mengawasi persalinan sang istri dan sang suami bertambah pucat dengan kehadiran sang Rahib, ditambah dengan kegugupan sang istri menjelang persalinan pertamanya.

Pada akhirnya persalinan itu berjalan dengan lancar dengan dibantu seorang bidan desa. Seorang bayi perempuan yang sehat telah tiba lahir ke dunia. Sang suami dan sang istri langsung menyambut bayi tersebut dengan berbahagia.

Tiba-tiba saja angin bertiup dengan kencang disambut dengan hujan deras dan petir yang menggelegar. Pintu ruang bersalin terbuka lebar dan masuklah Roh Angin memamerkan senyum liciknya.

Semua orang di dalam ruangan tersebut bergetar ketakutan dan tanpa aba-aba langsung memberi hormat pada Roh Angin, kecuali sang suami dan istrinya. Sang Rahib bertanya apa maksud kedatangan sang Roh Angin. Dan Roh Angin hanya berkata mengingatkan tentang perjanjiannya dengan pasangan suami-istri tersebut dengan lantang dan mengancam akan menghabisi seluruh desa jika kemauannya tidak dituruti. Sang suami ingin menyela namun terlambat, Roh Angin telah menghilang ditelan badai.

Berita menyebar dengan cepat, seluruh desa pun sudah tahu dengan kejadian tersebut dan membuat mereka salah persepsi. Mayoritas penduduk desa menganggap anak yang lahir tersebut dengan anak sial yang harus dijauhi. Sang suami dan istrinya memohon perlindungan Rahib dan perangkat desa lainnya, namun hal itu sia-sia. Alhasil mereka beserta anak mereka yang baru lahir diasingkan dari desa.

Sepuluh tahun berlalu. Anak perempuan itu tumbuh cepat menjadi gadis kecil yang periang, bertanya tentang segala hal. Dan sepuluh tahun tidak cukup untuk membuat orang tua gadis kecil tenang masa depan anak semata wayangnya.

Dan pada suatu malam dengan hujan yang deras, Roh Angin mendatangi rumah pasangan suami-istri itu. Dia mendobrak pintu rumah mereka, namun dia tak menemukan satu pun orang di dalam rumah itu. Dia pun marah dan mengacak-ngacak rumah itu dan akhirnya membakarnya.

Pada akhirnya Roh Angin menemukan keluarga kecil itu berkumpul di luar rumah basah kuyup terguyur hujan. Tapi mereka tak sendirian, sang Rahib datang membawa puluhan muridnya dengan jubah hitam mereka bersiaga penuh. Roh Angin hanya menyeringai penuh ejek melihat mereka menodongkan Rosario mereka ke arahnya.

Keadaan berlangsung cepat. Roh Angin langsung menerjang para rahib itu dengan brutal. Para rahib satu per satu tumbang diterjang olehnya. Namun sang Rahib tua terus meneriakkan semangat juang pada murid-muridnya. Tapi hal itu sia-sia, korban terus berjatuhan.

Melihat keadaan itu, Sang Rahib tua mengumpulkan muridnya yang tersisa dan mengajak mereka membaca mantera bersama-sama. Seketika itu seberkas energi besar terkumpul pada Rosario sang Rahib tua yang mengarahkannya pada Roh Angin yang mengamuk pada murd-murid Rahib yang menghalanginya.

Energi tersebut ditembakkan, melesat dengan cepat dan buas ke arah Roh Angin dan mengenainya tepat di dadanya. Ledakan hebat tak terelakkan, semua orang terpental ke segala arah.

Sang gadis mengerjap-ngerjapkan matanya bangun. Hujan sudah berhenti dan pagi menjelang, namun dia menangis karena tak bisa membangunkan kedua orang tuanya. Dia terus menangis dengan putus asa hingga dia mendengar sayup-sayup seseorang yang memanggil namanya. Dia tak asing dengan panggilan itu, dan berusaha mencari tahu siapa yang memanggilnya.

Gadis kecil mengenalnya sebagai kakeknya, sang Rahib tua. Dia memapah sang kakek untuk bangun tapi sang kakek menolaknya, dan berusaha memohon gadis kecil untuk mendengarkannya. Gadis kecil memulai tangisan kembali namun sang kakek menyelanya dan memberikan sebuah amplop untuknya. Dia berkata bahwa di dalam amplop tersebut ada surat yang harus diberikan gadis kecil pada seseorang di desa. Sang kakek tidak bisa menemaninya, jadi dia berpesan kepada gadis kecil untuk kuat pergi ke desa sendirian.

Sang kakek pun beristirahat dengan tenang, dibanjiri oleh tangisan sang gadis kecil. Setelah lelah tak tahu harus bagaimana, akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke desa sendirian ditemani dengan sesenggukan tangisnya selama perjalanan. Sesekali dia terjatuh, tersandung akar-akar hutan yang menghalangi jalan. Dia bangun dan berlari hingga menemukan sebuah desa.

Di desa gadis kecil tahu harus kemana. Ayah dan ibunya sesekali ke desa untuk bertemu sang kakek beberapa saat, lalu mereka kembali ke rumah mereka di hutan. Gadis kecil terus berjalan mengikuti memorinya dan membawanya pada sebuah gereja. Dia langsung masuk dan menemukan seorang rahib yang mengenalnya.

Rahib itu membaca surat dari Rahib tua. Rahib tua menyuruhnya untuk menyusupkan sang gadis kecil ke istana kerajaan dimana perlindungannya cukup kuat untuk menahan Roh Angin merenggut gadis kecil itu. Sang rahib muda tau resiko yang dihadapinya, dia tau Roh Angin terlalu kuat bahkan untuk ukuran kerajaan sekalipun. Namun surat Rahib tua meyakinkannya dan mengingatkannya pada sebuah cerita.

Sang Rahib tua pernah bercerita pada sang Rahib muda tentang mimpinya bersama sang gadis kecil. Gadis kecil itu, seorang titisan Roh Angin mempunyai kekuatan untuk menyelamatkan kerajaan. Dan suatu saat gadis itu harus dibawa masuk ke kerajaan.

Besoknya, sang Rahib muda membawa gadis kecil menyeberang pulau menuju ibukota kerajaan. Doa tak ragu lagi membawa sang gadis kecil ke istana. Kesedihan gadis kecil itu sirna ketika dia merasakan pertama kalinya berlayar dengan kapal layar. Dia berkeliling ke seluruh dek dengan ceria dan awak kapal yang bekerja menyapanya dengan ramah.

Mereka tiba di ibukota yang tak jauh dari pelabuhan. Sang Rahib muda langsung membawa gadis kecil ke istana tempat Rahib pemimpin berada. Dia memberi kabar tentang meninggalnya sang Rahib tua dan sang Rahib pemimpin langsung kaget dan syok mendengar kabar tersebut. Dan Rahib muda menjelaskan bahwa permintaan terakhir sang Rahib tua adalah membawa gadis kecil untuk disusupkan ke istana.

Rahib pemimpin langsung menyetujuinya. Dia langsung mengingat kembali tentang kunjungan terakhirnya pada Rahib tua. Kunjungan tersebut telah diketahui lebih dulu oleh Rahib tua tanpa seorang pun tahu. Rahib tua pun menceritakan mimpi yang sama kepadanya, namun dirinya merasa kaget dengan cerita yang tak masuk akal tersebut. Tapi sang Rahib pemimpin tersadar akan kredibilitas sang Rahib tua. Apalagi sang Rahib tua telah menjawab apa maksud tujuan kunjungannya.

Gadis kecil itupun dibawa oleh Rahib pemimpin ke asrama para pelayan kerajaan. Dan dia berpesan pada kepala pelayan untuk merawat gadis ini. Sang gadis kecil pun ditunjukkan kamarnya dan diminta untuk tidur karena malam telah larut. Saat itulah dia pertama kali bermimpi terjatuh dari tebing air terjun dan menemukan sebuah pedang bergagang biru.

Bersambung.

ps: akhirnya gue putusin bersambung juga hehehe XD

 In English


Once upon a time in a village on an island a couple lived long enough to marry. Although they were married long, but they have not been blessed with one child. But the husband had an idea that is not normal.

After discussion, debate and argument with his wife, the husband was expecting help on Holy Wind to have children. Finally, his wife gave up and followed her husband said. With a monk, they both went to the cliff at the end of the island where dwells the Spirit Wind.

The Holy Wind approve their requests, yet with one treaty. They must submit the child to the Holy Wind after the age of ten. This time the husband rejected the idea, the wife too. Why would have a child, if the child will be taken away.

The monk tried to seduce them both, but the couple insist on refusing. They both left with the Holy Wind and Monks. Holy Wind offended, but he was not angry because he had a cunning plan to run.

Came a month after the incident, the wife is pregnant. The husband's mind was racing between happy, confused, suspicious and anxious. But the wife tried to calm her mind too much.

Unbeknownst to his wife, the husband to consult with the monk. Kindly monk who was thinking the same thing with her husband. Wisely, the husband with a calm monk pledged himself to protect her child if the Holy WInd will come pick up her child.

Nine months passed. Holy Wind has not revealed itself in the happy couple. When the delivered arrived, the Monks participate in supervising the labor of the wife and the husband grew pale in the presence of the monk, coupled with the nervousness of his wife before his first delivery.

In the end it's delivery went smoothly with the help of a midwife. A healthy baby girl born into the world. The husband and the wife immediately greeted with a happy baby.

Suddenly the wind blew loudly greeted with torrential rain and thunder boomed. The delivery room door wide open and in walked the Holy Wind exhibit cunning smile.

Everyone in the room shaking fear and without warning directly to salute the Holy Wind, but not the husband and wife. The monk asked what was meant by the coming of the Holy Wind. Holy Wind just said reminded about the deal with married couples with a loud and threatening to kill the entire village if his will is not obeyed. The husband want interrupt but late to, the Holy Wind has been disappeared swallowed by storm.

News spread quickly, the whole village was already out with the event and make them one of perception. The majority of villagers consider a child born with the unfortunate children who must be shunned. The husband and wife begged protection to monk and the other villages, but it was worth it. As a result they and their newborn daughter was exiled from the village.

Ten years passed. The girl grew quickly into a cheerful little girl, asked about everything. And ten years is not enough to make a quiet little girl's parents only child the child's future.

And on a night with heavy rain, the Holy Wind came to the house that the couple. He broke down the door of their home, but he could not find a single person in the house. He was angry and destroy house and eventually burned.

Holy Wind eventually found a small family gathered outside the house soaking wet rain washed. But they are not alone, the monk arrived with dozens of students with their black robes full alert. Holy Wind just grinned full of taunted see the them pointing a Rosario them into her direction.

State is rapid. Holy Wind direct brutal hit to monks. The monks one by one fell, hit by it. But the old monk kept shouting fighting spirit in his students. But it was in vain, the victims continue to fall.

Seeing the situation, the old monk to collect the remaining students and asked them to read the spell together. Immediately, a beam of energy accumulated in the old monk's Rosario who directs the Holy Wind is raging on the murd-student monk in his way.

Energy was fired, and quickly sped toward Spirit ferocious winds and hit him right on his chest. Great explosion is inevitable, everyone bouncing in all directions.

The girl blinked awake. The rain had stopped and the morning rising, but she was crying because she could not wake her parents. She continued to weep in despair until he heard the faint someone calling his name. She know stranger with the call it, and trying to find out who that called it.

The little girl knew her as a grandfather, the old monk. She bolster her grandfather to get up but his grandfather refused, and tried to beg a little girl listening to her. The little girl started crying again, but her grandfather interrupted her and gave her an envelope. He said that in the envelope was a letter that little girl must be given to someone in the village. The old man could not accompany him, so he sends to little girls to be strong going into the village alone.

Her grandfather was resting quietly, tears flooded by little girl. Having tired of not knowing what to do, he finally decided to go to the village alone, accompanied by crying uncontrollably during the trip. Every now and then he fell, tripping over roots of forest stand in the way. She got up and ran to find a village.

In the village the little girl knew where to go. Her father and mother occasionally to the village to meet his grandfather for a while, then they return to their homes in the woods. The little girl continued to follow its memory and take it to a church. He directly incoming and discover a monk who knew him.

The monk was reading a letter from an old monk. Old monk told him to smuggle the girls into the royal palace where the protection is strong enough to resist the Holy Wind snatched the little girl. The young monks know the risks it faces, he knows the Holy Wind is too strong even for the royal though. But the old monk assured him the letter and reminded him of a story.

The old monk had told him about his dream of a young monk with his little girl. The little girl, an incarnation of the Holy Wind has the power to save the kingdom. And one day she should be brought into the kingdom.

Next day, the Monks brought young small girl cross over island of toward the capital of kingdom. Prayer no hesitate anymore of leading his little girl to the palace. The little girl's sadness vanished when she felt the first time sailing on the screen. She traveled all over the deck with a cheerful and crew who worked with a friendly greeting.

They arrived in the capital not far from the harbor. The young monk immediately bring the little girl to the palace where the monk was the leader. He gave the news of the death of the old monk and the monk leaders stunned and shocked to hear the news. And the young monk explained that the old monk's last request was to bring the little girl for smuggled into the palace.

Monk leaders agreed immediately. He instantly recalled the recent trip to the old monk. The visit had been known earlier by the old monk, where no one knows. Old monk was telling her the same dream, but he was surprised by the story that is absurd. But the monk leaders will realize the credibility of the old monk. Moreover, the old monk had said what the intent purpose of his visit.

The little girl was brought by the monk rose to the dorm leader of the royal servants. And he ordered the butler to take care of this girl. The little girl was shown her room and asked to sleep because it was late at night. That's when he first dreamed of falling off the cliff waterfall and found a blue-handled sword.

To be continued.

ps: sorry with the grammar cause I using Google Translate XD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar