Susah Tapi Pasti Bisa – Part 1
Oke. Ini masih dalam kepedulian terhadap pembangunan perpustakaan THGB. Atau kalo gue boleh menyebutnya, ini adalah sekuel (lanjutan) dari Surat Terbuka gue kepada temen-temen IMQ XI sebelumnya.
Nanti akan terus Part 2, Part 3, Part 4, dst. Dan isinya adalah berita perjuangan kita menyebarkan kepedulian terhadap pembangunan perpustakaan.
Dan yang perlu gue garis bawahi, gue gak mau semangat ini cuma OMONG DOANG. Itu yang gue takutin. Dan gue lakuin selama ini sebelumnya. Ohohohoho.
Yang gue pikirin bagaimana kita membantu?
Dulu gerakan Kembang Perpus berorientasi pada bantuan berupa dana. Membagikan pita merah dengan syarat harus menyumbang terlebih dahulu. Dan hasinya lumayanlah, tiap P4R dulu kita bisa dapet sekitar 200-300ribu rupiah. Wow, dibelikan es dawet dapet berapa tuh? Hehe.
Lalu keraguan muncul. Shiddiqiyyah gak minta-minta, man!
Yak. Salah seorang aktivis pendukung Kembang Perpus (yang namanya tidak bisa disebut karena harus transfer 10 juta dulu) menyadari hal ini pertama kali. Dan membuat merasa ilfil dan gak bisa tidur selama seminggu (yang terakhir bohong). Lalu disampaikan ke gue. Gue juga bingung mau gimana juga.
Dulu selain meminta shodaqoh itu, kita juga mengambil jalan dengan menjual stiker. Mungkin elo-elo semua pernah beli stikernya. Tapi ini gak maksimal penjualannya, dikarenakan berbagai faktor. Kayak desainnya jelek, anak-anak pada gak punya uang, kemahalan, dll.
Kemudian yang terakhir dan yang paling gue pikirin sampe sekarang adalah gagal jualan tas. Aaaaaaa.
Jadi ceritanya, kita hendak menjual tas tersebut pas pameran Orshid kemarin. Dan udah dimodalin sama seseorang. Tapi karena kita gak tau kegunaan tas itu akhirnya gagal marketing.
Tapi untuk itulah gue menulis ini, untuk mencari dukungan dari temen-temen dan juga saran kreatif untuk menangulangi tas yang jumlahnya masih ada puluhan terbengkalai.
Jalan membantu bisa melalui banyak cara. Disini gue lebih ke arah pengembangan dana, dan gue serius loh nyari anggota pengembangan dana!
Karena gue tertarik masalah clothing, sablon, kaos, dan sejenisnya. Maka dari itu gue pengen temen-temen bisa urunan buat modal kita. Tapi untuk usaha ini kita bergerak ke arah distronya, bukan clothing/sablonnya. Mungkin kalo udah bisa, kita bisa menyablon sendiri.
Sebenarnya ada opsi lain sih. Yaitu tiap-tiap anak di IMQ XI sejumlah berapa gitu tiap bulan. Tapi gue berpikir dua kali mendapat jawaban TIDAK dari gue sendiri.
- Gue gak mau terlihat memaksa. Walaupun ketua umum organisasinya adalah gue. Ini karena Kembang Perpus sendiri adalah sebuah semangat. Semua orang berhak ikut mendukung semangat itu, semua orang juga berhak tidak memberi dukungan ke semangat itu.
- Pengalaman pahit, dan pengalaman baru masalah urunan anak-anak. Sejak kita masuk IMQ XI, gue gak bisa menghitung berapa anak-anak ngeluarin uangnya secara mendadak. Dimulai dari iuran wajib sumpah pemuda dan tasyakuran kelulusan yang jumlahnya Rp. 50.000. lalu disusul permintaan mendadak dari panitia TSP tentang donat, lalu disusul iuran Qurban yang semuanya belum lunas. Donat harus ditebus Rp. 400.000 (jadi kita ngutang nih ceritanya). Dan tiap-tiap iuran anak-anak ini hanya 70% yang bayar (gue melihat data iuran tasyakuran). Dan 30%nya gue dapet darimana??
Dan dari pengalaman tersebut maka gue memutuskan untuk meminimalisir iuran terhadap temen-temen semuanya. Gimana caranya? Ya jelas lewat pengembangan dana dong.
Oh iya. Pengembangan dana kita di THGB sebenarnya ada sih, tapi gue gak terlalu mengharapkan itu.
Back to topic, jadi yang mau ikutan distro kecil-kecilan bisa komen di sini. Mari kita belajar! Semangat! UNTUK PEMBANGUNAN PERPUSTAKAAN DAN UNTUK IURAN-IURAN MENDADAK DI IMQ XI!
Oh iya, bisa bertanya, beri saran yang bagus seputar masalah distro yang akan kita bangun.
Sincerely,
Mochammad Iha/Clairefoyant Finansial/@aliasjojoz, Mahasiswa IMQ XI Fakultas Manajemen Semester Pertama (Maba boooo).