Senin, 29 April 2013

Don't Tell Them If We Talk About Indonesia




Karena postingan gue sendiri di blognya ORANGECAKE Creative, gue jadi pengen ngeben lagi. Pada akhirnya gue ditantang untuk menciptakan lagu sendiri dengan menyampaikan propaganda nasionalisme. Setelah brainstorming akhirnya terciptalah lagu ini.



Judul: 
Don't Tell Them If We Talk About Indonesia

Lirik:
Apanya yang pertumbuhan ekonomi
Bagi kami hanya euforia semu
Ekonomi hanya milik orang kaya raya
Tak merata bagi semua bangsa Indonesia

Tidakkah kamu menuntut keadilan
Walaupun kuping para penguasa telah tuli
Kita disini dipermainkan segelintir orang
Yang selalu haus akan kekuasaan dan serakah

Coba buka matamu dan lihatlah
Sodaramu begitu banyak kemiskinan
Gerakkanlah hatimu untuk menegakkan
Keadilan untuk semua bangsa Indonesia

Tidakkah kamu menuntut keadilan
Walaupun kuping para penguasa telah tuli
Kita disini dipermainkan segelintir orang
Yang selalu haus akan kekuasaan dan serakah


Coba buka matamu dan lihatlah
Sodaramu begitu banyak kemiskinan
Gerakkanlah hatimu untuk menegakkan
Keadilan untuk semua bangsa Indonesia


Wahai pemuda-pemudi penerus bangsa
Lihatlah sekelilingmu! Tetanggamu!
Apakah mereka membutuhkan bantuan?
Apakah mereka membuatmu iba?
Janganlah malu untuk bergerak!
Janganlah malu untuk berbuat kebaikan!
Beranilah! Beranilah berbuat kebaikan!

Coba buka matamu dan lihatlah
Sodaramu begitu banyak kemiskinan
Gerakkanlah hatimu untuk menegakkan
Keadilan untuk semua bangsa Indonesia

Coba buka matamu dan lihatlah
Sodaramu begitu banyak kemiskinan
Gerakkanlah hatimu untuk menegakkan
Keadilan untuk semua bangsa Indonesia
Semua bangsa Indonesia
Semua bangsa Indonesia

Kalo dilihat lebih ke arah kritik sosial daripada propaganda nasionalisme hahaha. Tapi pada dasarnya nasionalisme yang gue ngerti salah satunya adalah dengan peduli dengan sesama, sosialisme lah kata orang akademisi. Tapi bukan sosialisme yang menghalalkan cara, tapi sosialisme yang dibatasi dengan norma-norma kebaikan.

Gue pengennya nama band project seperti judul lagu ini, Don't Tell Them If We Talk About Indonesia jadi penyebutannya gue lebih suka begini "DOTTIWETABI" DOn't Tell Them If WE TAlk About Indonesia. Gue juga pengennya salah satu ciri khasnya adalah pembacaan lirik seperti membaca puisi. Gue gak jago baca puisi, yang lebih berpengalaman baca puisi itu si DF #eh (jadi lo tau kan inspirasinya siapa :p) sebenernya inspirasinya bukan dia sih, tapi gegara lagunya DIVIDE - Titik Dalam Koma pas bagian semua personil pada kayak pembacaan naskah gitu. Gue sekarang lagi dengerin Thirteen, dan lagu Titik Dalam Koma kayak lagu Take Your Foot Out of My Door (btw gue penasaran abis sapa clean vokal di lagu ini, mirip banget sama karakter suaranya Sansan pas di Killms).

Ngomong-ngomong jadi banyak ide nih. Pengennya this project kayak Gorillaz gitu jadi penggabungan visual art + audio (btw yang kayak gini banyak banget sekarang, bahkan jadi urban culture tapi gue belum lihat kayak gimana orang-orang ini perform). Pengen kayak Gorillaz dikarenakan tidak memiliki personil band hahahah. Kalo memilih genre punk 3-4 orang aja cukup sebenernya, cuma gue masih nemu drummernya doang. Tapi bagi gue personil yang kurang itu gak masalah, yang penting kalo diundang main pake additional player yang banyak hahahaha. Dochi PWG juga sempet dateng ke studio rekaman sendirian terus diejek sih sama yang punya studio hahahah.

Oke sekian dulu. Terakhir gue lagi terobsesi sama ini cewek yang gak taunya pada dasarnya dia juga selain dikenal sebagai gitaris death metal kerjanya berhubungan dengan visual art. Enjoy!



sesudah nulis post ini gue juga bikin video art buat lagu ini. minimalis banget tapinya :D
Enjoy!


Dan bisa juga donlot video ini sama mp3 nya di sini :)

Minggu, 14 April 2013

Proses Menghasilkan Design




Dulu gue berpaham idealis dengan mengatakan bahwa desain gue itu bukan merchandise yang dijual banyak orang di jalanan tapi sebuah karya, sebuah art yang penuh dengan proses-proses kreatif dan dijual terbatas. Gue sadar itu pikiran seorang seniman, mungkin gegara dulu gue nongkrongnya sama seniman musik, lalu guru musik gue yang ngasi ujian untuk membuat sebuah lagu, itu semua membuat gue berpaham seniman.

Yah, meskipun pada akhirnya gue banyak belajar bisnis dari artikel-artikel yang gue baca tapi pemahaman seperti ini ternyata mendarah daging di otak gue. ORANGECAKE kalo dilihat perkembangannya memang gue bikin dasarnya dari pemahaman ini. Dari jumlah cetaknya yang sedikit, desain-desain yang penuh konsep dan sangat sulit buat dicerna. Hahahha.

Tapi setelah ketemu cak bendera yang ngajar desain grafis di kampus gue tentang "desain harus universal untuk menyampaikan pesan" membuat gue merasa gagal kalo desain-desain yang gue hasilkan ternyata tidak mampu dipahami oleh orang lain. Hahhaha.

Jadi inget. Kalo ditarik ke belakang lagi, gue pernah nongkrong sama Mr. Wadi, orang yang ternyata doyan banget berfilsafat. Lingkungan gue juga penuh dengan orang-orang filsuf juga. Sang Guru Besar juga sering banget ngasi pelajaran seperti itu. Kalo bahasa beliau disebut "Perumpamaan-Perumpamaan, Tassajudil Makna".

Intinya, gue merasa bisa disejajarkan dengan band indie yang berpaham bahwa "ngeband bukan buat mencari uang, tapi mencari uang buat ngeband". Mereka yang jarang-jarang untuk dapet inspirasi untuk membuat sebuah lagu. Mereka yang ngeluarin uang banyak untuk merekam sebuah lagu. Mereka yang bener-bener bersemangat untuk mengemas album mereka. Mereka yang susah sekali untuk balik modal buat menjual album mereka.

It's not for the money. Gue merasa akhir-akhir begitu untuk menjalankan ORANGECAKE. Entah mungkin untuk sekarang atau seterusnya. Entah apa pemahaman ini juga dimiliki oleh clothing line yang berafiliasi dengan musik indie. Tapi overall, gue tau apa yang gue lakukan.
Gue juga tau kalo orang yang berjualan pasti promo tentan apa yang dijualnya :)

Salam keberanian,
Jojoz

Kamis, 11 April 2013

Sosok Bapak Bangsa di 2013

sidang PPKI


Inilah akibat kuliah dengan mata kuliah wawasan kebangsaan, lalu punya clothing line yang lagi branding dengan semangat nasionalisme. Kalo ini semacam tugas kuliah, bukan sih. Bahkan tugas kuliah gue membahas tentang alasan kenapa Pancasila cocok sebagai dasar negara NKRI.
Berawal dari pemikiran bahwa "nasionalisme bukan hanya tentang soekarno" dari film GIE (yang bener-bener menyoroti pemerintahan bobrok Orde Lama tentang gerakan Nasakom) gue mencari quote-quote dari founding father lainnya selain Soekarno.
Pencarian ini mau gak mau juga membuat gue membuka lembar-lembar sejarah yang kebanyakan berada pada detik-detik kemerdekaan bangsa Indonesia, pendirian NKRI, awal-awal Orde Lama (yang disebut zaman Revolusi) hingga Dekrit Presiden yang mengubah pandangan founding fathers ke Soekarno (gue masih bertanya2 kenapa Bung Karno sampai ngeluarin Dekrit, apa yang terjadi pada Konstituante pada waktu itu).


Zaman Revolusi Yang Kritis
Fakta yang gue baca, tokoh zaman Revolusi setelah bangsa Indonesia merdeka adalah para diplomat-diplomat muda founder negara ini. Nama yang paling beken adalah Sutan Syahrir. Jadi waktu itu Indonesia harus mencari dukungan dari luar negeri agar tak dicap sebagai orang-orang pemberontak dan agar Belanda tidak boleh menjejakkan kembali ke Indonesia.
Pada waktu itu Belanda membranding Indonesia sebagai "pihak pemberontak" orang barbar yang perlu ditumpas. Nah disitulah Sutan Syahrir berusaha membranding Indonesia sebagai pihak korban. Hal itu membawa Bung Syahrir ke sidang PBB dan bertarung dengan diplomat senior dari Belanda. Pukulan telak yang membuat PBB mendukung Indonesia adalah agresi militer Belanda.
Namun tragisnya Bung Syahrir dibunuh oleh bangsanya sendiri.
Dari cerita ini sendiri gue pun berpikir, apa motivasi para founding fathers ini mencari dukungan untuk bangsanya? Mengapa mereka niat sekali untuk membangun sebuah negara? Mengapa mereka tidak memikirkan diri mereka sendiri (yang kebanyakan kita temui di 2013 ini)?


The Grand Old Man
Agus Salim. Bapak para founding fathers. Diplomat ulung yang menguasai berbagai bahasa. Para founding fathers seperti Soekarno, Hatta, Syahrir, Yamin, Natsir, Hamka, dll semua hormat kepadanya.
Beliau ini yang mendapatkan dukungan dari Timur Tengah saat Revolusi berlangsung. Pimpinan Syarikat Islam yang berubah jadi Masyumi.
Jujur, gue lupa apa yang gue mau tulis tentang orang ini tapi gue sangat yakin kita butuh bapak bangsa seperti Agus Salim.


Orang-Orang Orde Baru
Dosen wawasan kebangsaan gue ternyata adalah aktivis reformasi yang berusaha menggulingkan rezim Soeharto (seperti film GIE). Dari beliau gue mendapat fakta bahwa pada awalnya Soeharto sangat baik memimpin Indonesia, apalagi keadaan saat itu Indonesia sedang menikmati kenaikan minyak dunia. Namun setelah dunia krisis karena minyak dunia turun drastis, cadangan devisa Indonesia hilang yang tidak tahu kemana.
Zaman Orde Baru katanya mengerikan. Masa remaja gue dihabiskan di periodenya pak beye, jadi gue gak pernah merasakan kejamnya pemerintahan Orde Baru. Namun orang-orang Orde Baru yang berlindung di belakang Soeharto masih ada. Orang-orang yang tidak pernah tahu menderitanya bangsa Indonesia saat Orde Baru.
Pak beye ini pun sebenernya orang Orba. Dan gue melihat calon-calon presiden di 2014 besok adalah orang-orang Orba semua, membuat gue pesimistis.
Iya, Indonesia masih akan ada, masih akan berdiri namun kapitalisme masih akan ada, masih menhisap bangsa Indonesia layaknya jaman penjajahan jaman dahulu kala. Sangat bertentangan dengan cita-cita luhur para founding fathers saat mendirikan negara ini.