Senin, 24 Agustus 2009

Project Kord G

“Gubrak !”

Tong sampah itu terguling tak sengaja tertabrak sepeda abu-abu yang kukendarai, isinya pun termuntahkan berhamburan keluar, berserakan.

‘Ceroboh’, memang. Telah kuhitung, sudah tiga kali aku melakukan hal yang sama.

Bergegas kuparkirkan sepeda abu-abu (model terbaru) itu ditempat yang aman dan kutegakkan kembali tong itu, ungkin benda itu meringis kesakitan tertabrak oleh sepedaku batinku. Melihat sapu lidi yang menganggur ria bersama ‘pengangkut’ nya, aku mengambil mereka berdua dan mulai mengembalikan sampah-sampah yang tercecer kembali ke tempatnya.

Hatiku masih membela diri,

“Siapa suruh naruh tempat sampah ditengah jalan, kan membahayakan orang !”.

Peluh mulai membasahi leherku, ‘Baru aja berangkat sekolah udah bersih-bersih’ tawaku dalam hati.

Cepat-cepat aku menyelesaikannya, kali ini kutata kerudungku merapikan penampilan yang mulai kusut dan hamper lupa mengambil tas merah yang tergeletak di keranjang sepedaku.

Saat kususuri jalan setapak menuju kelas, tak sengaja mataku menangkap sosok seorang cowok berseragam sekolah sepertiku. Ya, aku mengenalnya. Sedikit ‘curi-curi pandang’ aku memperhatikannya. Dia berjalan lurus dan hany menundukkan kepalanya, ungkin terlalu silau dengan cahaya matahari langsung jam dua belas langsung didepan mukanya, tetapi ‘dia’ mu memberi rasa penasaran dan menggerogoti hatiku.

“Duk !”

tiba-tiba saja kaki menendang sebuah batu, dan hamper terjatuh tersandung dibuatnya. Tidak tersungkur, karena tangan ini sigap sekali menampa tubuhku walu sedikit lecet. Sebagian orang-orang didepan kelas terdengar tawanya dan memang menertawaiku, membuatku malu !

bak Fida, teman sekealsku yang dari tadi (rela) membarengiku berjalan kaget.

“Kenapa Nin??”.

Tanyanya seraya mengulurkan tangan kananya yang kusambut dengan manis.

“Kesandung mbak….hehe” cengirku.

Kualihkan pandanganku ke cowok tadi, ku tau dia sempat memperhatikanku ketika terjatuh tetapi buru-buru dia buang pandangannya.

***********************

“Nindy, Sherin ….. tolong bawakan bukunya anak-anak” suruh pak Indra. Dan orang itu pun keluar kelas dengan santainya.

Aku melirik Sherin, dia pun melirikku.

“Daahh…. “ jawabnya.

Aku tau dia akan kabur ke kantin jadi tanpa basa-basi ku tarik saja lengannya takkan ku lepas.

“Rin, jangan gitu dong.. bentar aja kok… “.

“AH<>

“I don’t care…. Pokoknya kamu harus bantu !” paksaku.

Kutarik sherin menghampiri buku-buku itu, terlihat wajah imutnya cemberut.

Kami berdua membagi tumpukan buku itu sama rata. Sherin berjalan duluan lebih cepat tapi dia berhenti di depan pintu. Aku menghampirinya tepat dibelakangnya.

“Kenapa rin ?”.

Dia berbalik kearahku, tersenyum simpul terasa ada tanduk kecil diatas kerudungnya.

“Nin, sori yah…”.

Astaga, dia menumpuk bagiannya diatas bagianku.

“Hei… !” pekikku.

“Sori Nin, perut dah gag kuat lagi nihieyh…. I Love You so much….”.

Larilah dia meninggalkanku sendiri membawa tumpukan buku.

“Heudeuhh….” Kurapatkan buku-buku itu, kukuatkan pijakkannya dan mulai berangkat ke kantor.

Suasana sekolah ketika istirahat memang hampir selalu sepi. Ini bukan berarti murid-muridnya kurang tetapi sekolah membuka lebar-lebar pintu gerbang. Hanya kelihatan 1-2 orang yang nongkrong di depan kelasnya. Tetapi aku tak memperhatikan mereka, raut kesal di wajahkulah alasannya.

Entah kurang beruntung atau Tuhan memberiku rentetan cobaan. Aku menabrak sebuah bangku.

“Brakkk !!”

Tentu saja tumpukan yang kubawa berhamburan.

“Duhh…” ringisku.

Sekelilingku pun tertawa. Tubuh mungilku hampir tak sanggup menjaga keseimbangan. Aku hanya bisa menunduk malu ditambah kesal yang menjadi-jadi merapikan buku-buku yang berserakan. Sosok cowok itu pun hadir lagi dimataku. Aku tahu dia berpura-pura tak tahu saat teman-temannya menertawaiku.

“Ati-ati to mbakk….”

“Deg !”

Tak ku sangka seorang cowok ikut berjongkok membantuku merapikan buku.

“Iyo e…. pikiran lagi melayang neh, entah kemana….” Jawabku.

Saat buku terakhir, tanganku erpegang pada buku yang sama dengannya. Kutarik tetapi dia menarik juga dan berniat tuk berlomba ‘tarik buku’ denganku.

“Ich….” Sedikit kesal saat dia tersenyum penuh kemenangan.

Kami berdua yang-jadi-korban-dari-perselingkuhan (???) eh bukan, penyiksaan (???) terlalu sadis..hehe whateverlah.. mulai membawa seluruh buku, tapi cowok itu memaksa tuk mambawa semuanya sendirian.

“Mmmm…. Antarkan sampai kantor yah…” pintaku.

“Okeh .. “ dia tersenyum lagi.

“Makasih“.

Aku pun meninggalkannya, berbelok ke arah yang berlawanan menuju kantin, karena perut sudah ‘kerucuk-kerucuk’ dari tadi hehe.


*************************


Bersambung dulu :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar