Sabtu, 28 Februari 2015

Kiri Yang Seksi Dan Memahami Arti Keresahan Sosial

http://trademark.markify.com/trademarks/ctm/kiri/010902682

Ada hal yang berbeda dari gue yang sekarang, ada transformasi pemikiran yang ekstrim. Transformasi pemikiran--begitulah gue menyebutnya-- adalah hal yang bukan menjadi sebuah kekagetan dalam hidup gue selama ini. Tranformasi seperti ini sudah beberapa kali gue alamin, mulai dari jaman anak baru gede yang membaca kebobrokan kapitalis pasca orde baru, kediktatoran orba, kegagalan sukarno, hingga sempat berdamai dengan kapitalis dalam masa-masa gelap gue habis patah hati hahaha dan akhirnya transformasi lagi.

Sepertinya pencarian jati diri gue belum akhir. Di transformasi terakhir ini gue banyak merenung tentang masa depan yang gue bakal hadapi. Gue masih dalam pendidikan berbasis pesantren post-nadhliyin, post-tassawuf--begitulah gue menyebutnya--, lalu ikut pergerakan sosial-filantropi yang begitu dibanggakan. Dan dulu gue memilih untuk bertahan dan menerima resikonya, apapun itu.

Transformasi pemikiran ada berhubungan dengan keresahan, kegelisahan tentang hal-hal yang berada di lingkungan gue: hal yang sama sekali gue barusan paham setelah banyak-banyak membaca tentang sosial-politik--sementara di tahun-tahun sebelumnya gue banyak mendengar hal ini, namun sama sekali belum paham sama sekali.

Ada hubungannya juga dengan suatu pembicaraan suatu hari dengan salah seorang aktivis musik independent Jombang. Doi mengutarakan pemikirannya tentang membuat sebuah zine yang isinya tentang kritik sosial hal-hal lingkungan, namun doi waktu itu belum sempet memaparkan contohnya. Dan gue pada tahun-tahun itu tak paham bahwa hal-hal tersebut tentang kepekaan kita terhadap lingkungan sosial (keresahan sosial), gue masih (pada waktu itu) memahami bahwa harus mengikuti pemikiran orang lain. Namun syukurnya sekarang gue lebih paham dan mulai mencari cara yang relevan untuk membangun masyarakat sesuai dengan basic pendidikan gue.

Karena basic gue adalah pesantren, jadi tak mengenal dengan kehidupan kampus. Namun setelah transformasi ini, sedikit-sedikit gue mempelajari dari luar (tidak bijak rasanya jika tidak mengalaminya langsung) bagaimana istilah-istilah dalam kampus: mulai dari Jurnal (gue berpikir sebuah Zine bisa menjadi sebuah Jurnal) yang berisi tulisan-tulisan untuk membangun intelektual target pembacanya. Gue langsung berpikiran untuk membuat Jurnal/Zine untuk daerah gue sendiri (meskipun gue udah gak aktif di skena musik). Lalu ada KKN yang tujuannya bagaimana memupuk rasa simpati mahasiswa terhadap hal-hal yang mereka temukan di masyarakat. Kemudian studi, yang hasilnya bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan menjadi standar gue dalam menerima berita. Pemahaman gue tentang studi adalah idealnya pekerjaan seorang sarjana, para kaum intelektual untuk membangun masyarakatnya: ketika ada tuduhan kepada mereka yang hanya menjadi pekerja kerah putih setelah lulus.

Hal-hal tersebut tidak relevan dengan basic gue di pesantren, jadi gue mencari cara yang sesuai dengan basic pendidikan gue: hal-hal yang gue lakukan selama ini menyebarkan isu nasional untuk dibuat diskusi bersama, tapi pada akhirnya gue sadar bahwa isu nasional terlalu besar untuk sekarang dan banyak kepentingan-kepentingan hingga dibangun argumen-argumen supportif terhadap para pros dan kontras, akhirnya membuat gue memeriksa sendiri isu-isu lokal (begitu gue menyebutnya) yang masih relevan dengan posisi gue sehingga pada akhirnya gue memahami apa itu keresahan sosial. Gue juga ada proyek membuat musik dengan lirik-lirik keresahan sosial, yang satu-dua liriknya gue upload di facebook, kemungkinan gue bakal membuat penjelasan subyektif untuk masing-masing lirik tersebut. Lalu gue tertarik membuat sebuah jurnal intelektual tentang isu-isu lokal yang gue lihat, tapi gue belum ada organisasi yang mendukung. Dan hal-hal lain yang tercipta karena momentum yang meledak-ledak ini.

Kiri Yang Seksi

Gue kaget sekali bahwa Ruang Rupa dalam kegiatannya memberi edukasi kiri: padahal gue lihat mereka adalah sebuah keberadaan yang dekat sekali dengan para kaum urban yang hedonis (seperti itulah kira-kira pendapat subyektif gue). Lalu melihat tujuan eksplisit seperti itu apakah gerakan kiri merupakan gerakan hip? Seperti kelas menengah yang lagi terpesona dengan batu akik?

Namun dari awal tujuan utama gue adalah kesejahteraan rakyat kecil, membuat mereka mempunyai pendidikan politis dan bisa bersikap terhadap para penipu-penipu yang biasa menipu mereka, membuat mereka lebih kritis terhadap isu-isu yang bermuatan kepentingan (yah minimal) di sekeliling mereka. Dan membuat mereka bisa menyelesaikan masalah yang mereka hadapi.